Bandar Lampung
Warga Beralih Pakai Elpiji 3 Kg, Pertamina Naikkan Gas Elpiji 5,5 Kg dan 12 Kg
Setelah harga minyak goreng yang naik tinggi dan mengalami kelangkaan, kini giliran gas elpiji 5,5 kg dan 12 kg naik.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Beban masyarakat Provinsi Lampung semakin bertambah.
Setelah harga minyak goreng yang naik tinggi dan mengalami kelangkaan, kini giliran gas elpiji 5,5 kg dan 12 kg naik.
Elpiji 5,5 kg naik Rp 12 ribu-Rp 13 ribu per tabung menjadi Rp 79 ribu-Rp 85 ribu, sementara elpiji berat 12 kg naik sekitar Rp 24 ribu menjadi Rp 189 ribu-Rp 196 ribu.
Sebelumnya, gas elpiji 5,5 kg dijual Rp 79 ribu-Rp 85 ribu, sementara 12 kg Rp 165 ribu-Rp 172 ribu.
Kenaikan harga itu berlaku sejak Senin (28/2/2022) di tingkat agen di Lampung.
Dampak kenaikan, banyak warga yang beralih ke gas subsidi 3 kg yang harganya lebih murah yakni Rp 22 ribu-Rp 23 ribu per tabung di tingkat pengecer.
Namun bukan minyak goreng dan gas elpiji saja yang naik.
Sebelumnya, harga daging sapi juga mengalami kenaikan sebesar Rp 15 ribu per kg.
Bahkan gula pasir juga mengalami kenaikan sebesar Rp 1.000-Rp 1.500 per kg.
Saat ini harga daging sapi menjadi Rp 135 ribu per kg, sementara gula pasir kemasan bermerek menjadi Rp 13.500 per kg atau yang curah Rp 14 ribu per kg di pasaran dari sebelumnya Rp 12.500 per kg.
Baca juga: PPD Bandar Lampung Tetapkan Harga Daging Sapi Rp 135 Ribu per Kg
Penjualan Terdampak
Direktur PT Sony Prayudha, Endin Supriyadi, selaku agen resmi gas elpiji Pertamina di Lampung mengatakan, sebelumnya harga elpiji 12 kg dijual Rp 172 ribu dan elpiji 5,5 kg dijual Rp 85 ribu.
Namun dengan kenaikan Rp 24 ribu, harga elpiji 12 kg menjadi Rp 196 ribu per tabung.
Sementara elpiji 5,5 kg naik Rp 12 ribu sehingga menjadi Rp 97 ribu per tabung.
Menurut dia, kenaikan harga itu bakal semakin menyulitkan masyarakat.
Pihaknya juga akan semakin sulit mendistribusikan gas elpiji 5,5 kg dan 12 kg itu.
Sebab, pada Desember lalu, harga gas elpiji ini sudah naik.
"Kalau sudah naik ini, kita berpikir apa akan beralih ke elpiji 3 kg. Tapi kita tetap komitmen untuk mendistribusikan kepada masyarakat," kata Endin, Senin.
Menurutnya, sejak kenaikan Desember lalu, pihaknya mengalami penurunan penjualan gas elpiji.
Jika sebelumnya rata-rata sebulan menjual 300 ribu metrik ton gas elpiji dengan rincian elpiji 12 kg sebanyak 16 ribu tabung dan 5,5 kg isekitar 19 ribu tabung, kini menjadi 287 metrik ton.
"Jadi ada penurunan sekitar 17 persen sejak Desember lalu. Sekarang naik lagi. Kita memprediksi akan ada penurunan penjualan lagi," kata dia.
Hal senada diungkapkan sales agen elpiji di Jalan Hos Cokroaminoto, Bandar Lampung, Ahmad.
Ia mengatakan, sebelumnya harga elpiji 5,5 kg Rp 79 ribu kini naik jadi Rp 91 ribu atau naik Rp 13 ribu per tabung.
Sementara gas elpiji 12 kg dari semula Rp 165 ribu menjadi Rp 189 ribu per tabung atau naik Rp 24 ribu per tabung. Untuk elpiji subsidi 3 kg tidak naik.
"Padahal pada Desember 2021, elpiji 5,5 kg dan 12 kg ini sudah naik, sekarang naik lagi," kata dia.
Ia mengatakan, harga baru ini memberatkan seluruh rantai distribusi, mulai agen hingga konsumen.
"Kenaikan harga terjadi kemarin, ya mulai kemarin itu jumlah pembeli gas nonsubsidi menurun. Hanya untuk kelompok usaha menengah ke atas saja yang tetap beli, sementara lainnya ada yang beralih ke gas subsidi," jelasnya.
Hal itu juga diakui KD, pemilik warung di Kelurahan Rawa Laut, Kecamatan Enggal, Bandar Lampung.
Menurutnya, pedagang pasti akan mengurangi stok elpiji 5,5 dan 12 kg karena kenaikan harga ini.
"Kalau harganya naik, tentu pembeli juga akan cari alternatif lain, seperti berhemat hingga beralih ke gas subsidi. Karena itu, penghasilan warung juga akan berimbas," kata dia.
Beralih ke Gas 3 Kg
Kepala Bagian ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mesuji Arif Arianto mewakili Asisten Bagian Ekonomi dan Pembangunan mengatakan, kenaikan gas nonsubsidi berlaku sejak Senin 28 Februari 2022.
Namun dampaknya akan mulai terlihat pada Selasa 1 Maret.
"Efek dari kenaikan gas elpiji nonsubsidi ini dikhawatirkan warga akan beralih mengonsumsi elpiji subsidi 3 kg," kata dia.
Ia mengatakan, gas 12 kg di Kabupaten Mesuji banyak dikonsumsi oleh ibu rumah tangga.
Sementara pelaku UMKM banyak memakai gas elpiji subsidi 3 kg.
Di Mesuji, gas elpiji 12 kg di pangkalan kini dijual Rp 193 ribu.
"Dari harga sebelumnya Rp 182 ribu untuk ukuran 12 kg," kata Tiyul, pemilik pangkalan gas elpiji di Desa Agung Batin, Kecamatan Simpang Pematang. Sementara elpiji ukuran 5 kg kini mencapai Rp 93 ribu.
Pemilik warung di Pasar Jatimulyo Kabupaten Lampung Selatan, Zainal mengatakan, saat ini saja dirinya kesulitan menjual tabung gas nonsubsidi. Masyarakat lebih banyak mencari tabung gas elpiji subsidi.
"Jika harga gas elpiji nonsubsidi naik, maka semakin susah ngejualnya. Makanya saya nggak pernah nyetok banyak-banyak. Paling 5 yang warna pink dan 5 yang biru. Soalnya masyarakat malah banyak yang nyari gas yang 3 kg. Karena harganya jauh lebih murah," ujarnya.
Eka, pemilik warung lainnya justru mengaku sudah tidak berjualan gas nonsubidi, karena hargnya yang kerap naik.
"Saya udah nggak jual gas nonsubsidi, tadinya jual. Habisnya nggak laku. Saya sekarang jual yang gas 3 kg aja. Orang ini aja katanya ada naik lagi, untuk gas yang nonsubsidi ya," katanya.
Akibat kenaikan ini banyak warga membeli gas elpiji 3 kg.
Seperti terlihat di pangkalan elpiji di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan milik Firman Tanuwijaya.
"Gara-gara mahal gini (elpiji 5,5 dan 12 kg), banyak masyarakat yang membeli gas 3 kg. Yang beli yang bawa-bawa mobil kebanyakan," kata Rendi, pegawai di pangkalan itu.
Pangkalan lain di Desa Margo Agung, Lampung Selatan, mengaku semakin sulit menjual gas elpiji nonsubsidi.
"Bisa lihat sendiri, tabung-tabung gas nonsubsidi ini masih banyak. Belum lagi yang baru datang ini, ada masuk sekitar 50 tabung. Karena mahal, malah masyarakat sekarang beralih ke elpiji yang subsidi (3 kg)," ujar dia.
Sementara Samron, pengelola Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji (SPBE) nonsubsidi di Jalan Lintas Pantai Timur (Jalinpantim) Bawang Latak Menggala, menuturkan, karena kenaikan baru berlangsung sehingga belum berpengaruh pada permintaan gas elpiji 3 kg.
Namun ia memprediksi bakal ada peningkatan pemakaian tabung elpiji 3 kg.
"Kalau sekarang mungkin karena akhir bulan tutup buku. Karena kuota ini kan Februari. Nanti kita lihat di awal Maret, apakah ada peningkatan pembelian gas elpiji 3 kilogram," kata Samron.
(Tribunlampung.co.id/byu/som/dom/rga/end)