Bandar Lampung
Pentolan MACI Lampung Big Berry Berpulang, Yuli: Sempat Bilang Pulang Habis Lebaran
Ketua Harian MACI Lampung, Haji Suko Barisman Pitoro (61), berpulang saat sedang menjalankan hobinya, touring menggunakan motor besar.
Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Penggemar motor antik dan klasik di Lampung berduka.
Ketua Harian Motor Antieq Club Indonesia (MACI) Lampung, Haji Suko Barisman Pitoro (61), berpulang saat sedang menjalankan hobinya, touring menggunakan motor besar, di Nusa Tenggara Barat, Sabtu (19/3/2022) malam.
Suko Barisman lebih dikenal sebagai Big Berry.
Ia telah malang melintang di dunia otomotif Lampung selama puluhan tahun.
Kegemarannya adalah menunggangi motor Harley Davidson Sportster kesayangannya, melanglang buana ke berbagai kota di tanah air, bahkan ke mancanegara.
Perhentian dari perjalanan panjangnya adalah di tepi U-Turn Jalan Raya Bil, Lobar, Lombok, Sabtu malam.
Allah memanggilnya tatkala ia sedang berada di atas motor.
Sempat menepi, lalu berbaring, namun Big Berry akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya.
Ia ditemani motor kesayangannya.
Jenazah almarhum diterbangkan dari Lombok Minggu (20/3/2022) pagi dan tiba di Lampung Minggu siang, dan dimakamkan di TPU Alamulhuda Segalamider Bandar Lampung.
Baca juga: Minyak Goreng Berlimpah di Pasar Bandar Lampung, Harga Masih Mahal Rp 25 Ribu per Liter
Saat Tribun mendatangi rumah duka di Jalan Tupai, Kelurahan Segala Mider, Kecamatan Tanjungkarang Barat, Kota Bandar Lampung, para pelayat datang silih berganti.
Pria kelahiran 1 Januari 1960 silam ini meninggalkan 3 anak dan istri bernama Yuli.
Sepanjang prosesi pemakaman hingga kembali lagi ke rumah, Yuli terus menangis.
Sesekali ia mengusap airmata yang tumpah menggunakan jilbabnya.
Kepada Tribun, Yuli seraya mengusap air mata bercerita, jika mendapat kabar suaminya telah tiada pertama kali dari anak motor yang datang ke rumahnya.
Selama sang suami pergi touring, Yuli mengaku, tidak ada firasat apa-apa.
"Anak-anak sempat berusaha berkomunikasi dengan ayahnya, namun tidak tersambung. Terakhir komunikasi dua hari lalu, dan saat itu masih sehat-sehat saja. Dia sempat ngomong ke saya kalau pulangnya habis lebaran. Dia kan orangnya suka becanda," kenang Yuli seraya terus menangis.
Menurutnya, Big Berry meninggal akibat serangan jantung. Padahal, ia hanya tahu jika suaminya memiliki kolesterol tinggi.
"Saya kaget sekali kalau ada sakit jantung. Memang sakit jantungnya ini disembunyikan oleh almarhum," kata Yuli.
Fabio, anak Big Berry, mengaku kaget saat dapat kabar ayahnya meninggal.
"Ayah itu berangkat touring dari 3 Februari lalu dengan menggunakan Motor Harley Davidson Sportster plat BE 2409 ALB," kata Fabio.
Menurut dia, almarhum berniat ke Kupang.
Dia ingin menghabiskan waktu di Pulau Sulawesi dan Makkasar.
Big Berry berangkat sendiri dengan menggunakan motor Harley Davidson dari kediamannya.
Ia menempuh rute melalui Jakarta kemudian ke Surabaya, menyeberang ke Bali, lalu menyeberang lagi ke Lombok.
Lalu "mengakhiri" perjalanan panjangnya pada Sabtu malam lalu.
Salah satu rekannya yang merasa sangat kehilangan adalah Thomas Azis Riska.
Banyak kenangan bersama Big Berry yang masih lekang dalam ingatannya.
“Kami bersama-sama sangat lama. Dia adalah orang yang memperkenalkan saya kepada hobi motor antik dan klasik dan dia juga yang mengajak saya bergabung ke MACI Lampung,” kata Thomas yang dihubungi Tribun, Minggu.
Thomas menjadi Ketua MACI Lampung selama 11 tahun, kemudian dilanjutkan oleh Dendi Ramadhona (Bupati Pesawaran), lalu Umar Ahmad (Bupati Tulang Bawang Barat).
Thomas bersama Big Berry sudah melakukan touring menggunakan motor besar ke Jogja, Pangandaran, Pelabuhan Ratu, hingga ke Palembang.
“Saya akhirnya berhenti dari MACI setelah mengalami kejadian patah kaki akibat kecelakaan saat naik motor Harley,” tutur Thomas.
Meski demikian, hubungannya dengan Big Berry tidak berhenti.
“Beliau sering datang ke rumah saya, dan kami banyak bercerita mengenai kenangan lalu. Dia juga kerap mengantarkan baju ataupun jaket MACI,” katanya.
Di mata Thomas, Big Berry adalah sosok yang sangat kental dengan persahabatan dan persaudaraan.
“Setiap usai salat Idul Fitri, dia selalu datang ke rumah ibu saya dan kami bersilaturami. Ini sudah rutin berlangsung sekitar 20 tahun,” kenangnya.
MACI Lampung terbentuk sekitar 1993, sebagai wadah berhimpun dan bersilaturahmi para pengemar motor antik dan klasik.
Komunitas ini juga rutin berkumpul dan sharing pengetahuan mengenai motor antik.
(Tribunlampung.co.id/bayu saputra)