Bandar Lampung
BMKG Imbau Waspada Rob di Pesisir Bandar Lampung, Warga: Hanya Bisa Prediksi, Tidak untuk Antisipasi
Warga pesisir Kota Bandar Lampung masih diminta untuk mewaspadai potensi bencana alam banjir rob atau banjir pesisir.
Penulis: Vincensius Soma Ferrer | Editor: Teguh Prasetyo
Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Warga pesisir Kota Bandar Lampung masih diminta untuk mewaspadai potensi bencana alam banjir rob atau banjir pesisir.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Lampung merilis informasi potensi banjir rob di wilayah pesisir Bandar Lampung pada 31 Mei kemarin hingga 3 Juni 2022 nanti.
Naiknya air diprediksi akan terjadi pada pagi hari, dengan puncak ketinggian sekira pukul 08.00 WIB.
Adapun puncak ketinggian adalah 1,5 meter lebih tinggi dari rata-rata permukaan air laut secara normal.
Kepada Tribun Lampung, warga pesisir Kota Bandar Lampung tepatnya warga Pulau Pasaran, mengaku banyak warga pesisir sudah mendapat informasi tersebut.
Baca juga: Warga Pesisir Bandar Lampung Mulai Keluhkan Banjir Rob yang Kini Lebih Sering Terjadi
Informasi mengenai potensi banjir rob mereka dapatkan secara mandiri dari beragam aplikasi yang ada di telepon genggamnya, seperti BMKG, aplikasi cuaca, angin dan ombak serta informasi dari laman berita online.
"Informasinya sudah tahu, warga juga sudah bisa prediksi sendiri dengan bantuan aplikasi," kata Ketua RT 09, LK 2, Kelurahan Kota Karang, Bandar Lampung, Said, Rabu (1/6/2022).
Meski sudah bisa melakukan langkah prediksi, kata Said, warga tetap berpasrah diri soal rob ini.
Hal itu karena hampir setiap rob terjadi, genangan air laut selalu masuk ke kediaman penduduk.
Sementara aktivitas ekonomi, pendidikan hingga sosial tetap harus mereka lakukan di pulau yang berisi ratusan KK itu.
Terlebih, banjir rob di pesisir disebutkannya saat ini terjadi dalam beda waktu yang cukup dekat.
"Karena walau rob naik, aktivitas pengerajin ikan asin biasanya tetap, kecuali memang kondisinya memang tidak bisa untuk menjemur ikan. Bisa dibilang warga sudah terbiasa dengan roh ini," ujar dia.
"Bedanya mungkin dulu rob ini musiman, sekarang jadi lebih rutin. Pertengahan Mei kemarin saja ada rob sampai seminggu," lanjutnya.
Melihat banyaknya aktivitas lokal yang terjadi di Pulau Pasaran, ia berharap agar segera adanya langkah antisipatif dari pemerintah.
"Kalau dari warga mungkin usulnya adalah dibangunnya tembok rob di beberapa bagian pulau yang rendah," ucapnya.
"Karena Pulau Pasaran ini cukup banyak pesisir yang rendah, bisa tujuh sampai delapan titik di ukuran pulau yang terbilang kecil ini," jelas dia.
(Tribunlampung.co.id / V Soma Ferrer)