Berita Lampung

Meski Naik, Stok Elpiji Nonsubsidi di Lampung Utara Tetap Aman

Agen elpiji mengatakan, Bright Gas ukuran 5.5 kg mengalami kenaikan harga dari Rp 92 ribu ke Rp 104 ribu per tabung. 

Penulis: anung bayuardi | Editor: muhammadazhim
tribunlampung.co.id/anung bayuardi
Dinas Perdagangan Kabupaten Lampung Utara memantau stok elpiji di agen daerah setempat, Kamis (14/7/2022). 

Tribunlampung.co.id, Lampung Utara - Harga elpiji nonsubsidi mengalami kenaikan.

Elpiji merek Bright Gas terpantau mengalami kenaikan di Kabupaten Lampung Utara sejak Senin (11/7/2022). 

Bright Gas yang mengalami kenaikan harga adalah ukuran 5.5 kg dan 12 kg, sedangkan untuk ukuran 3 kg atau tabung melon tidak mengalami kenaikan. 

Kenaikan harga Bright Gas ini mulai berlaku sejak tanggal 11 Juli 2022 di kabupaten setempat.

Menurut Murdianto (42) pengurus salah satu agen elpiji di Kotabumi, kenaikan harga ini mulai berlaku sejak (10/7/2022) lalu. 

Kenaikan harga dari Bright Gas tersebut cukup signifikan. 

Ia mengatakan, Bright Gas ukuran 5.5 kg mengalami kenaikan harga dari Rp 92 ribu ke Rp 104 ribu per tabung. 

Untuk ukuran 12 kg, harga sebelumnya berkisar Rp 191 ribu dan sekarang naik menjadi Rp 215 ribu per tabung.

Harga tersebut merupakan harga dari agen ke pangkalan.

Untuk harga pangkalan, harganya sudah berbeda. “Biasanya mencapai Rp 220 ribu per tabung,” ujarnya.

Ia mengatakan bahwa kenaikan ini dapat disebabkan dari kenaikan harga bensin nonsubsidi. 

"Biasanya kenaikan Bright Gas ini seiring kenaikan harga bahan bakar nonsubsidi,” jelasnya.

Ia mengatakan, untuk stok Bright Gas selalu tersedia. 

Untuk elpiji bersubsidi, tempatnya langsung menyalurkannya ke pangkalan.

Dirinya mengatakan bahwa apabila stok gas 3 kg sedang tidak tersedia, maka biasanya warga akan membeli Bright Gas sebagai gantinya. 

"Untuk stok bright gas selalu tersedia, akan tetapi untuk stok gas 3 kg subsidi sering langka, sehingga biasanya masyarakat cenderung menggantinya dengan Bright Gas," katanya.

Murdianto memaklumi stok elpiji 3 kg lebih cepat habis ketimbang elpiji ukuran lainnya, karena dari hitungan harga juga jauh lebih murah.

Sehingga masyarakat yang membelinya juga tidak merasa terbebani.

Sementara Muhammad Rizki salah satu pembeli elpiji nonsubsidi mengaku kewalahan dengan naiknya harga tersebut.

Biasanya gas di jual di bawah Rp 200 ribu sekarang sudah di atas Rp 200 ribu.

“Sekarang apa-apa mahal, pendapatan berkurang, pengeluaran bertambah,” jelas pria yang sehari-hari bekerja sebagai sales ini.

Dirinya berharap, jika barang sudah naik, tidak terjadi kelangkaan. 

Sementara Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Lampung Utara Hendry mengaku pihaknya terus melakukan monitoring terhadap dampak kenaikan elpiji nonsubsidi.

“Hari ini kita tinjau ke agen dan pangkalan elpiji pasca adanya kenaikan harga elpiji nonsubsidi,” jelasnya.

Untuk stok, tidak ada kekurangan baik ukuran elpiji berat 5 kilogram ataupun 12 kilogram.

“Masih banyak stoknya,” kata dia.

Selain melakukan pemantauan kenaikan harga, dirinya juga meninjau ketersediaan elpiji ukuran 3 kilogram.

“Saat ini tidak terjadi kelangkaan,” katanya.

Meski tidak terjadi kelangkaan, Hendry mengimbau kepada pemilik usaha atau agen elpiji tidak melakukan penimbunan barang bersubsidi tersebut.

“Kita sarankan untuk segera menyalurkan ke pedagang apabila stok elpiji 3 kilogram sudah tiba di pangkalan,” imbaunya.

(tribunlampung.co.id/anung bayuardi)

 

 

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved