Berita Lampung
Kisah Sukses Sapri, Pemilik Kopi Ratu Luwak, Lampung Barat, pernah Tertipu Tetangga Sendiri
Untuk produksi kopi Ratu Luwak, ada 18 karyawan, 20 ekor lebih musang binturung, dan omset Rp 30-50 juta perbulan.
Penulis: Bobby Zoel Saputra | Editor: Tri Yulianto
“Namun saya terus berkebun sambil mengamati dan berpikir kenapa kotoran luwak bisa laku,” tuturnya.
“Disamping itu juga saya sambil berbuat, dan menelusuri ke petani-petani untuk dicarikan kopi tersebut,” ucapnya.
Pada tahun 2008 awal akhirnya Sapri mempunyai simpanan kopi luwak 5 kg yang didapatkannya saat penelusuran ke petani-petani lain.
Setelah itu kopi luwak 5 kg itu dijual Sapri ke orang Jakarta yang sedang berkunjung ke tempatnya seharga Rp 300 ribu.
Sejak itulah orang-orang mulai banyak pesan, dan dari sana Sapri mulai berpikir bahwa kopi luwak memang mempunyai pasar.
Akhirnya di tahun tersebut juga, Sapri langsung memberanikan diri untuk membuka usaha kopi luwaknya sendiri.
Meski banyak kendala di awal-awal berbisnis kopi luwak, Sapri tetap fokus dan terus mau belajar.
“Masalah itu dijadikan bahan evaluasi, tetap fokus dan bekerja,” kata Sapri.
”Semua pengalaman harus dijalankan, harus banyak bertanya juga,” tambahnya.
Setelah menjalani usahanya selama 3 tahun, di tahun 2011 Sapri terjebak dalam investasi bodong yang ditawarkan oleh tetangganya sendiri.
Kini Sapri sudah bisa menikmati hasil dari proses yang telah dilalui selama ini, usaha yang ia bangun pun sukses.
Dengan tempat produksi yang sangat layak bahkan terbilang sangat bagus.
Setiap bulan pun omset bisa masuk sekitar 30-50 juta, dan cita-cita ingin pergi hajinya sudah tercapai di tahun 2019.
Sapri berharap usaha Ratu Luwak yang telah dijalani selama ini akan terus ada dan semakin sukses ke depannya.
“Rencananya juga nanti Ratu Luwak ini akan saya teruskan ke anak-anak, terserah mau mereka apakan nantinya,” tutupnya. (Tribunlampung.co.id/Bobby Zoel Saputra).