Berita Lampung

Kisah Sukses Sapri, Pemilik Kopi Ratu Luwak, Lampung Barat, pernah Tertipu Tetangga Sendiri

Untuk produksi kopi Ratu Luwak, ada 18 karyawan, 20 ekor lebih musang binturung, dan omset Rp 30-50 juta perbulan.

Penulis: Bobby Zoel Saputra | Editor: Tri Yulianto
Tribunlampung/Bobby Zoel Saputra
Sapri, pemiliki kopi Ratu Luwak, Lampung Barat jatuh bangun menjalani usahanya dari tukang cangkul sampai tertipu investasi bodong. 

Tribunlampung.co.id, Lampung - Kesuksesan usaha kopi bermerek Ratu Luwak yang dijalani pengusaha kopi Sapri di Lampung Barat ternyata tidak diraih mudah.

Siapa sangka, Sapri dulunya tukang cangkul di kebun sayur, namun kini sukses jadi pengusaha kopi asal Lampung Barat dengan produk kopi merek Ratu Luwak.

Untuk produksi kopi Ratu Luwak, Sapri melibatkan 18 karyawan, 20 ekor lebih musang binturung, hingga kopi merek Ratu Luwak capai omset Rp 30-50 juta per bulan.

Produk kopi dari Sapri memang mengambil spesifikasi varian kopi dari binatang luwak, bagian dari kelompok musang.  

Jatuh bangun di usaha pertanian hingga tertipu investasi bodong sudah dirasakan Sapri, hingga kini kini kopi Ratu Luwak, Lampung Barat sukses.

Baca juga: Penyebab Kebakaran Rumah Warga Belalau Lampung Barat Berawal Dari Api Kompor

Baca juga: Tim Pengabdian Masyarakat UM Metro Lakukan Rebranding Pemasaran Internasional Kopi Luwak

Menurut Sapri, pegusaha kopi berusia 56 tahun ini, perjalanan hidupnya telah melewati banyak lika-liku.

Namun dirinya selalu fokus bekerja dan tetap ingin berusaha keras dalam mengejar cita-citanya.

Diawali dari bertani hingga terjebak investasi bodong, telah Sapri rasakan untuk membuat usaha kopi luwaknya menjadi sukses seperti sekarang ini.

Ia memulai semuanya dari tukang cangkul kebun sayur, semua dilakukannya secara otodidak tanpa bantuan siapapun.

Awal-awal bertani, selalu mendapatkan perlakuan diremehkan oleh orang-orang, dikatakan petani itu kotor.

“Petani ini ga hina loh, semua kehidupan di bumi ini berawal dari tani, Pak Harto aja dari tani,” kata Sapri.

Ia menjelaskan bahwa bertani itu sesuatu hal yang mulia, karena keuntungan yang didapat 100 persen halal.

Baca juga: Kuliner Lampung, Ratu Luwak Sajikan Kopi dengan Cita Rasa Bangsawan

Baca juga: Breaking News Truk Bermuatan 8 Ton Kopi Terguling di Bypass Bandar Lampung

Di masa muda, Sapri merupakan orang yang penuh perhitungan dan telah melanglang buana serta menemukan banyak penemuan.

Ketika sudah memasuki umur 40 tahun Sapri mulai memikirkan kehidupannya yang masih begitu-begitu saja.

Sampai waktu ketika di tahun 2007 muncul isu bahwa kopi luwak sedang laku di pasaran, dan ia pun tertarik dengan hal itu.

“Dulu jaman saya masih berkebun itu ada teman bilang kalau kopi luwak itu laku di pasaran, harganya bisa laku Rp 700.000 per kilo dalam bentuk pcs,” kata Sapri.

“Namun saya terus berkebun sambil mengamati dan berpikir kenapa kotoran luwak bisa laku,” tuturnya.

“Disamping itu juga saya sambil berbuat, dan menelusuri ke petani-petani untuk dicarikan kopi tersebut,” ucapnya.

Pada tahun 2008 awal akhirnya Sapri mempunyai simpanan kopi luwak 5 kg yang didapatkannya saat penelusuran ke petani-petani lain.

Setelah itu kopi luwak 5 kg itu dijual Sapri ke orang Jakarta yang sedang berkunjung ke tempatnya seharga Rp 300 ribu.

Sejak itulah orang-orang mulai banyak pesan, dan dari sana Sapri mulai berpikir bahwa kopi luwak memang mempunyai pasar.

Akhirnya di tahun tersebut juga, Sapri langsung memberanikan diri untuk membuka usaha kopi luwaknya sendiri.

Meski banyak kendala di awal-awal berbisnis kopi luwak, Sapri tetap fokus dan terus mau belajar.

“Masalah itu dijadikan bahan evaluasi, tetap fokus dan bekerja,” kata Sapri.

”Semua pengalaman harus dijalankan, harus banyak bertanya juga,” tambahnya.

Setelah menjalani usahanya selama 3 tahun, di tahun 2011 Sapri terjebak dalam investasi bodong yang ditawarkan oleh tetangganya sendiri.

Kini Sapri sudah bisa menikmati hasil dari proses yang telah dilalui selama ini, usaha yang ia bangun pun sukses.

Dengan tempat produksi yang sangat layak bahkan terbilang sangat bagus.

Setiap bulan pun omset bisa masuk sekitar 30-50 juta, dan cita-cita ingin pergi hajinya sudah tercapai di tahun 2019.

Sapri berharap usaha Ratu Luwak yang telah dijalani selama ini akan terus ada dan semakin sukses ke depannya.

“Rencananya juga nanti Ratu Luwak ini akan saya teruskan ke anak-anak, terserah mau mereka apakan nantinya,” tutupnya. (Tribunlampung.co.id/Bobby Zoel Saputra).

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved