Berita Lampung
Bahir, Kolektor Uang dan Perangko di Bandar Lampung Ingin Jual Koleksinya 200 Triliun Dolar Amerika
Museum Lampung pernah memberi penghargaan pada Bahir Madri Kasli, atas sumbangannya untuk menambah koleksi uang dan prangko serta gambar ke museum.
Penulis: Mega Ulfa | Editor: Tri Yulianto
Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Bahir Madri Kasli, kolektor uang dan perangko di Bandar Lampung ingin menjual seluruh koleksinya seharga 200 triliun dolar Amerika.
Barang yang dimiliki Bahir Madri Kasli, kolektor uang dan perangko di Bandar Lampung hasil warisan sang ayah dan koleksinya sejak usia 10 tahun.
Museum Lampung pernah memberi penghargaan pada Bahir Madri Kasli, atas sumbangannya untuk menambah koleksi uang dan perangko serta gambar ke museum.
Alasan kakek lanjut usia ini menjual seluruh koleksi uang dan perangkonya karena ingin menjadi miliader, seperti yang diucapkan ayahnya dulu.
Sebab ayahnya dan dia sudah berpuluh-puluh tahun mengumpulkan uang dan perangko lawas hingga kini jadi barang antik.
Baca juga: Ini Jadwal Film Bioskop di Bandar Lampung Hari Ini
Baca juga: Uang Rp 75 Ribu yang Diburu Kolektor dan Dihargai Rp 40 Juta Punya Ciri Khusus
"Kata bapak saya kalau mau kaya itu ada sebabnya, nah dengan menjual perangko dan uang ini, kalau satu perangko satu triliun bisa kaya kita, meski bukan sekarang dijualnya," kata Bahir menirukan pesan ayahnya.
Untuk itu Bahir pun mengaku ingin menjadi miliader seperti apa yang diucapkan ayahnya dulu.
Sebab sudah berpuluh-puluh tahun ia mengumpulkan barang-barang antik tersebut.
Bahir mengaku hobinya mengoleksi barang-barang antik turun dari ayahnya.
Karena sejak kecil, umur 10 tahun ia melihat ayahnya rajin mengumpulkan uang dari berbagai negara dan perangko-perangko juga.
Lalu ia bertanya kepada ayahnya kenapa suka mengumpulkan uang dan perangko tersebut.
Kemudian ayahnya menjawab bahwa semua itu dilakukan untuk investasi Bahir kelak.
Baca juga: Kolektor Cari Uang Kertas Spesial RI Rp 75 Ribu, Siap Bayar Rp 40 Juta per Lembar
Baca juga: Gala Sky Dapat Banyak Uang dari Hadiah Ulang Tahun, Fuji: Kita Tak Akan Pakai
Bahir menceritakan saat ayahnya bekerja dengan kolonial Belanda, ayahnya mendapat gaji Rp 12 ribu sedangkan saat itu gaji Presiden Soekarno masih Rp 1.000 rupiah.
Maklum saja ayah Bahir dulu bekerja dengan Belanda di Badan Perminyakan Maskapai (BPM).
Ayahnya bekerja dari tahun 1950 sampai 1962 karena mengundurkan diri.
Lalu ayahnya ke Lampung tepatnya ke Purbolinggo dan berdagang kayu.
Dari situlah Bahir gemar mengoleksi uang-uang dari berbagai negara dan juga perangko.
Saat ia sudah mulai remaja merantau ke Bandar Lampung dan bekerja menjadi agen mobil transportasi di bawah Ramayana.
Ternyata di bawah Ramayana ada pasar loak dan ia mulai mencari uang-uang jaman dulu.
Di antaranya ia menemukan uang dengan ukuran terbesar yang berasal dari Jerman.
Saat itu pedagang loak bertanya kepadanya untuk diapakan uang-uang tersebut.
Bahir pun menjawab tidak apa-apa hanya untuk koleksi saja.
Setelah 15 tahun berkerja di agen travel, lalu pindah ke Terminal Rajabasa, Bandar Lampung menjadi agen mobil bus.
Selama ia bekerja di terminal tetap melanjutkan hobinya mengoleksi uang-uang dari luar negeri.
Berbagai cara ia lakukan, salah satunya minta ke turis-turis yang singgah di terminal.
"Dulukan banyak turis-turis yang turun di terminal, lalu saya dekati dan saya tanya, mister-mister punya uang dari negara mister tidak?," ujar Bahir.
Lalu turis kerap memberinya uang dari negaranya untuk kenang-kenangan.
Tidak hanya dari turis-turis saja, ia mendapatkan uang asing juga dari para tenaga kerja wanita (TKW) yang pulang dari luar negeri saat singgah di terminal.
Bahir bercerita para TKW banyak berasal dari Hongkong, Taiwan, Arab Saudi, Singapura dan Malaysia.
Dari merekalah pria berdarah Palembang yang miliki nama belakang singkatan dari Kayu Agung asli dapatkan tambahan koleksi uang mancanegara.
Jenis-jenis uang yang ia koleksi ada jenis logam dan kertas.
Apabila ingin melihat koleksi uang dan perangko milik Bahir bisa datangi tempat tinggalnya di sekitar Terminal Rajabasa tepatnya di Jalan Komarudin.
Bahir pun juga menyumbang koleksinya ke Museum Lampung dan mendapat penghargaan atas sumbangannya tersebut.
Hal itu dilakukannya saat peringatan Hari Kartini di Museum Lampung tahun 2018 lalu.
Ada tiga barang yang ia serahkan, di antaranya uang bergambar Ibu Kartini,foto-foto Soekarno, dan uang bergambar Indonesia Serikat (Republik Indonesia Serikat). (Tribunlampung.co.id Mega Ulfa)