Berita Lampung
Harga Anjlok, Petani Damar Mata Kucing Pesisir Barat Lampung Cemas
Damar mata kucing berasal dari getah pohon damar. Pohon damar di Pesisi Barat biasanya tumbuh hingga 500 meter di atas permukaan air laut.
Tribunlampung.co.id, Pesisir Barat- Damar mata kucing merupakan satu diantara kekayaan yang dimiliki Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.
Damar mata kucing berasal dari getah pohon damar. Pohon damar di Pesisi Barat biasanya tumbuh 1 hingga 500 meter diatas permukaan air laut.
Ketinggian pohon damar di Pesisir Barat ini bisa mencapai 60 meter.
Masyarakat Pesisir Barat sejak lama sudah membudidayakan tanaman ini.
" Pohon ini yang nanam tamong saya," ungkap Sopyan petani damar di Pekon Penengahan.
Baca juga: Polres Lampung Barat Gelar Simulasi Pengamanan Pilratin Serentak 2022 di Pesisir Barat
Baca juga: Jalan Berlumpur dan Tak Ada Listrik Sejak 1814, Warga Way Haru Pesisir Barat Minta Tolong Presiden
Menurut Sopyan, tanaman ini baru bisa menghasilkan getah damar berusia 20 tahun hingga 50 tahun.
Biasanya pohon damar yang berusia 20-50 tahun baru bisa menghasilkan getah damar berkualitas, berwarna putih bening seperti kaca atau menyerupai mata kucing.
" Dari sanalah getah pohon damar di Pesisir Barat ini dikenal dengan nama damar mata kucing," beber Sopyan.
Lanjutnya, untuk bisa menghasilkan getah damar , biasanya para petani damar membuat lobang pada tengah pohon damar tersebut.
" Lobang- lobang pada pohon damar itu biasa disebut pepat, dari pepat itulah keluar getah damarnya," kata dia.
Kemudian Sopyan melanjutkan, umumnya pohon damar itu di pepat sebanyak tujuh lobang keatas per ruas.
" Jadi pohon itukan ada empat sisi, setiap sisinya dipepat sebanyak tujuh lobang keatas atau setiap pohon dipepat sebanyak 28 lobang," ungkapnya.
Baca juga: Segarnya Mandi di Mata Air Way Mios Kaki Gunung Betung Pesawaran Lampung
Baca juga: Polres Tulangbawang Gencar Patroli Malam, Cegah Kejahatan di Jalintim Lampung
Untuk memanen getah Pohon damar itu para petani di Pesisir Barat Lampung biasanya menggunakan peralatan yang sederhana.
Mulai dari kapak, tembilung (sejenis ember terbuat dari pelapah pinang) dan Ambon ( tali yang terbuat dari anyaman rotan digunakan untuk memanjat pohon damar).
Memanjat pohon damar menggunakan ambon itu sebenarnya sangat berisiko.
Tapi mestipun begitu, kata Sopyan, risiko itu bisa diminimalisir dengan selalu memperhatikan kondisi Ambon dan selalu menjaga keseimbangan badan saat sedang menggunduh damar.
" Kalau bicara risiko pasti ada, tetapi jangan lupakan setiap pekerjaan itu mempunyai risikonya sendiri-sendiri," ucapnya.
Lalu, biasanya para petani menyebut kebun yang ditanami damar dan sudah bisa diambil getahnya dengan sebutan repong damar.
Jarak dari Pemukiman warga untuk menuju repong damar itu biasanya ditempuh dengan berjalan kaki selama 4 hingga 5 jam menyusuri sungai dan lembah.
" Untuk hasil dari damar perpohon itu sangat beragam, ada yang bisa menghasilkan 5 kilo ada juga yang 3 kilo perpohon, tergantung kualitas dan usia pohon itu sendiri," ungkap Arif warga lain Pekon Penengahan.
" Kita biasanya ngunduh damar ini 1 kali sebulan," lanjutnya.
Arif mengaku rata-rata dalam 1 hektar repong damar itu para petani memiliki 20 hingga 30 pohon damar.
" Kalau bicara hasil mungkin 100 kilo perbulan itu pun kalau gk Dimaling orang," ucapnya.
Jadi untuk jika setiap petani itu bisa menghasilkan 100 kilo damar perbulan dengan harga saat ini Rp 18 ribu, maka penghasilan mereka bisa ditotal menjadi Rp 1.8 juta per bulan.
Meskipun begitu Arif mengaku sangat cemas sebab harga damar saat ini menurun sangat drastis.
" Awal tahun kemarin harganya masih normal Rp 35 ribu perkilo, sekarang tinggal Rp 18 ribu lagi," katanya.
" Kami berharap pemerintah dapat membantu menaikan kembali harga jual damar, sebab kami menggantungkan hidup kami dari hasil jual getah damar ini," sambungnya.
Harapan yang sama juga diungkapkan Pezon (35) warga lainnya pembeli getah damar.
Ia mengatakan, dengan harga yang rendah tersebut tentu sangat mempengaruhi kualitas damar itu sendiri.
" Untuk kualitas damar itu biasanya terbagi menjadi berapa tingkatan ada AB, AC, ABC atau kualitas ekspor," kata dia.
Dengan harga yang murah tersebut menurutnya, para petani yang biasanya mengambil getah satu bulan sekali, sekarang umur satu Minggu juga diunduh getahnya.
" Itu dilakukan petani untuk mengejar kuantitas guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, enak yang punya sawah bisa nabung," ungkapnya.
" Biasanya umur getah damar yang masih muda bisa diketahui dari getahnya yang masih lengket," terangnya.
Ia juga mengaku saat ini damar yang ada di Pesisir Barat sedang macet ditingkat pengepul yang lebih besar.
" Kita pengepul kecil ini bingung juga mau jual kemana, sebab biasanya pengepul besar yang dari Jakarta itu yang beli, sekarang katanya stok barang mereka masih banyak," ucapnya.
(Tribunlampung.co.id /Saidal Arif)