Pemilu 2024
Profil Fajarullah, dari Novelis Menjadi Ketua PPP Mesuji Lampung
Berikut profil Ketua DPC Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Mesuji Fajarullah. Sebelum menjabat ketua partai, ia dikenal sebagai novelis.
Penulis: M Rangga Yusuf | Editor: Reny Fitriani
"Kita mencoba memberikan warna di dalam perpolitik di Kabupaten Mesuji. Seperti halnya yang saya rasakan ada kebekuan komunikasi antar partai," paparnya.
"Mangkanya saat ini bisa dilihat kan, saya sendiri sebagai Ketua Partai mencoba untuk membangun komunikasi itu antar partai. Mulai dari diskusi yang belum lama ini kita laksanakan," sambungnya.
Menjadi Ketua Partai pun nantinya dimungkinkan bakal mencalonkan diri sebagai anggota DPRD Kabupaten Mesuji.
Itu juga yang menjadikan alasannya untuk terlibat lebih di Parpol.
"Alasan lainya ini ya biar kita tidak ngutuk saja dari luar, tetapi juga harus tau dari dalamnya bagaimana. Dan mungkin soal gerakan yang telah saya lakukan sebenarnya bakal lebih optimal kalau saya ada di bagian anggota dewan," terangnya.
Lebih lanjut, berikut ini daftar riwayat hidup Fajar Mesaz.
Ia dilahirkan pada 2 September 1976 di Kabupaten Mesuji.
Riwayat kependidikan dari SD sampai SMA di Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji.
Sedangkan untuk organisasi yang pernah digeluti mulai dari Ketua Pokja Ruang Belajar Masyarakat (RBM) Kabupaten Mesuji pada 2012-2014.
Kemudian Ketua Yayasan Pendidikan Al Faidzin di Bukoposo pada 2016 sampai sekarang dan Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Mesuji dari 2020 sampai sekarang.
Inisiator Gerakan Riset Pertanian Mandiri Kabupaten Mesuji Q-Farmer mulai 2020 sampai saat ini dan Ketua DPC PPP Kabupaten Mesuji dari 2021 sampai sekarang.
Adapun karya novel cetaknya berjudul Tanah Petarung terbit pada 2015, Maafkan Aku Kuala Mesuji terbit pada 2016 dan cetak ulang berjudul Anak-anak Kuala terbit pada 2017.
Lalu novel berjudul Ketika Ikan-ikan Pergi terbit pada 2018 dan terakhir Begum, Rohingya Itu Mati pada 2019.
Selain itu, novel pada platform noveltoon berjudul Laut Tak Berombak dan Kutunggu Engkau di Tugu Rato.
Sedangkan novel pada flatform novel life berjudul Heart is Not Blind.
(Tribunlampung.co.id /Rangga Yusuf)