Berita Lampung

Rencana Kenaikan Harga BBM Subsidi, PKS Sebut 2 Juta Nelayan Terancam Menganggur

Ketua DPP PKS Bidang Tani dan Nelayan Riyono menyebutkan, penderitaan nelayan dan dunia perikanan bertambah dengan kenaikan harga BBM subsidi.

Penulis: Riyo Pratama | Editor: Reny Fitriani
Dokumentasi PKS
Riyono ketua DPP PKS Bidang Tani dan Nelayan. Rencana kenaikan harga BBM subsidi, PKS sebut 2 juta nelayan terancam menganggur. 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Rencana kenaikan harga BBM subsidi oleh pemerintah bakal semakin memukul kondisi nelayan kecil. 

Pasalnya, sebelum rencana kenaikan harga BBM subsidi, kenaikan harga solar nonsubsidi sudah memukul nelayan dan dunia perikanan. 

Menanggapi rencana kenaikan harga BBM subsidi, Ketua DPP PKS Bidang Tani dan Nelayan Riyono menyebutkan, penderitaan nelayan dan dunia perikanan bertambah dengan harga solar yang mencapai Rp 23.000. 

"Kalau solar subsidi untuk nelayan dinaikkan, terus nelayan akan makan apa?" Kata Riyono dalam keterangannya, Rabu (24/8/2022).

Lebih lanjut Riyono memaparkan dampak jika BBM naik tentu banyak kapal yang tidak bisa melaut.

Baca juga: Harga BBM Subsidi Disebut Naik Pekan Ini, Presiden Jokowi Beri Pesan ke Menterinya

Baca juga: Harga BBM Subsudi Dikabarkan Naik, Warga Bandar Lampung Kecewa hingga Pasrah

"Ada hampir 3000 kapal tidak bisa melaut karena biaya BBM membengkak sampai 60 persen dari biasanya," ujarnya.

"Kenaikan BBM dan juga diiringi kenaikan perbekalan membuat sekarat nelayan," lanjut Riyono.

Menurutnya, kenaikan BBM ini berdampak sangat serius. 

Riyono menyebutkan ada hampir 7.000 kapal di atas 30 GT izin pusat yang terancam bangkrut akibat kenaikan harga solar ini. 

Belum lagi jika solar subsidi dinaikkan, jumlah nelayan kecil yang terdampak akan sangat besar. 

"Visi poros maritim tidak mampu hadir disaat nelayan susah, negara tidak hadir saat kondisi susah," tuturnya.

Secara tegas, Riyono memaparkan nelayan binaan PKS tegas menolak dan meminta dana pembangunan IKN dialihkan untuk subsidi solar bagi nelayan kecil.

Bagi Riyono, rencana kenaikan BBM subsidi semakin memperberat kondisi sektor perikanan. 

"Harapan baru nelayan dan sektor perikanan mampu bangkit sebagai pengungkit ekonomi nasional terganjal oleh berbagai regulasi dan kondisi yang memberatkan nelayan dan pelaku usaha perikanan," ucapnya.

"Kontroversi PP 85, kenaikan PNBP, sistem penangkapan terukur membuat gaduh dan mandeknya sektor perikanan," kata dia.

"Nampaknya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) belum memahami psikologi serta denyut nadi nelayan," papar Riyono.

Riyono menilai sejak menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Wahyu ST hanya fokus bagaimana meningkatkan pendapatan melalui berbagai aturan yang ujungnya menuai kontroversi dan akhirnya harus direvisi. 

"Berbagai sikap nelayan dari penolakan dan ribut soal PP 85 th 2021 beserta turunannya dalam bentuk permen KP no 85 dan 86 tentang Harga Patokan ikan (HPI) dan PHP(pungutan hasil perikanan) membuktikan bahwa KKP tidak memiliki sense of crisis sekaligus gagal berkomunikasi dengan nelayan, tapi kenapa Presiden Jokowi mendatanginya?" tanya Riyono. 

Riyono mengatakan setelah terbitnya PP 85 th 2021 yang ditindaklanjuti dengan permen KP menjadikan suasana dialog serta komunikasi menjadi kaku, di satu sisi KKP sudah pasang target Rp 12 Triliun untuk PNBP sampai 2024 dengan harapan di 2022 bisa naik menjadi Rp 1 Triliun. 

"Kondisi pandemi nampaknya belum menjadi pertimbangan serius KKP, angka di atas kertas yang disodorkan BPK soal potensi transaksi perikanan yang mencapai Rp 215 Triliun per tahun menjadi acuan target," pungkasnya.

(Tribunlampung co.id/Riyo Pratama)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved