Berita Lampung
Disdik Ungkap Penyebab, Banyak Sekolah di Lamteng Belum Menerapkan Kurikulum Merdeka
Disdikbud Lampung Tengah memprediksi rendahnya budaya literasi yang memungkinkan jadi penyebab kurikulum merdeka belum diterapkan banyak sekolah.
Penulis: Fajar Ihwani Sidiq | Editor: Robertus Didik Budiawan Cahyono
Tribunlampung.co.id, Lampung Tengah - Rendahnya budaya literasi, diperkirakan jadi sebab banyaknya sekolah di Lampung Tengah (Lamteng) yang belum menerapkan kurikulum merdeka
Kepala Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) Disdikbud Lampung Tengah Puji Waras Prihanto memprediksi rendahnya budaya literasi yang memungkinkan jadi penyebab kurikulum merdeka belum diterapkan banyak sekolah.
Puji Waras Prihanto mengatakan, saat ini membaca belum menjadi sebuah tradisi bagi banyak orang di negeri ini, tak terkecuali para guru di Lampung Tengah. Sehingga jadi kendala dalam penerapan kurikulum merdeka.
"Maka sesungguhnya, sebelum mengubah kurikulum, pemerintah seharusnya terlebih dulu mengatasi masalah pelik ini," ujar Puji Waras Prihanto.
Ditambahkan Puji Waras Prihanto, satu hal yang perlu disadari adalah kemampuan seorang mengubah mindset-nya. Itu tak terlepas dari tingkat literasi seseorang.
Baca juga: 76 Persen Sekolah di Lampung Tengah Belum Menerapkan Kurikulum Merdeka
Baca juga: Pasar Kreatif Simbar Waringin Jual Produk UMKM dan Buka Tiap Hari Minggu di Trimurjo, Lampung Tengah
Sebab yang paling mendasar untuk diperhatikan dari penerapan kurikulum baru ini adalah kesiapan para guru untuk mengubah paradigma tentang praktik mengajar di kelas.
Oleh karena itu, Puji Waras Prihanto minta para guru berpikir dan bertindak merdeka untuk melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Sebagaimana diamanatkan kurikulum merdeka.
Ia mengatakan, guru adalah pihak yang paling berperan melaksanakan amanat sebuah kurikulum. Semestinya, yang pertama sekali dipersiapkan adalah guru, bukan kurikulum.
Jika tidak demikian, sangat mungkin terjadi kurikulum merdeka hanya sekadar pergeseran nama saja.
Proses belajar mengajar di kelas-kelas tetap sama. Tidak ada perubahan berarti.
Puji Waras Prihanto mengatakan, sudah terlalu banyak diklat yang dilaksanakan pemerintah, selama ini yang tidak membuahkan hasil maksimal.
"Sebutlah diklat sertifikasi guru. Kecil sekali manfaatnya untuk meningkatkan kemampuan pedagogis guru," katanya.
Baca juga: Polisi Gadungan di Lampung Tengah Peras Wanita Kenalan di Sosmed, Ancam Sebar Video Asusila
Baca juga: Kondisi Jalan di Kotagajah-Seputih Raman-Rumbia Lampung Tengah Masih Rusak
"Kesejahteraan guru naik, ya. Tapi tidak dengan kemampuan mengajar," tambahnya.
Puji Waras Prihanto mengatakan, tunjangan profesi yang selama ini diterima justru membuat banyak guru seperti kurang bergairah mengajar dan malas mengembangkan kompetensinya.
Menurutnya, ketika pola pikir guru secara bertahap telah berubah, maka guru dapat memahami maksud dan tujuan kurikulum merdeka serta mampu mengaplikasikannya.
"Ketika mayoritas guru dianggap sudah siap, barulah kurikulum merdeka diperkenalkan, bukan dibalik seperti yang saat ini terjadi," ujarnya.
Di Lampung Tengah, jumlah lembaga pendidikan (PAUD, SD, SMP, SMA) cukup banyak, sangat disayangkan jika pola pikir dan paradigma lama guru diubah.
PAUD negeri 5 lembaga dan swasta 735 sekolah
SD negeri 684 sekolah dan swasta 69 sekolah
SMP negeri 81 sekolah dan swasta 137 sekolah
SMA negeri 24 sekolah dan swasta 49 sekolah
Baru 24 Persen Menerapkan Kurikulum Merdeka
Baru 24 persen atau 436 sekolah di Kabupaten Lampung Tengah menerapkan kurikulum merdeka.
Persentase sekolah yang telah menerapkan kurikulum merdeka itu dari sebanyak 1.784 sekolah di Kabupaten Lampung Tengah. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) mengungkap 1.784 sekolah di Lampung Tengah ini terdiri dari PAUD 740 lembaga, 753 SD, 218 SMP, dan 73 SMA.
Sejumlah 24 persen atau 436 sekolah yang menerapkan kurikulum merdeka di Lampung Tengah itu, ada yang dari hasil seleksi Sekolah Penggerak.
Hasil seleksi sekolah penggerak angkatan 1 dan 2 itu sebanyak 129 sekolah. Rincinya, 24 PAUD, 56 SD, 34 SMP, dan 15 SMA. Seluruhnya menerapkan kurikulum merdeka.
Kemudian sekolah yang secara mandiri menerapkan kurikulum merdeka sejumlah 307 sekolah. Terdiri dari SD 250 sekolah, dan SMP 57 sekolah.
Sehingga total sekolah yang menerapkan kurikulum merdeka sebanyak 436 sekolah atau 24 persen.
Lantas dari total 1.784 sekolah di Lampung Tengah itu, masih ada 76 persen sekolah yang belum menerapkan kurikulum merdeka.
Pemerintah Diminta Tingkatkan Kualitas Guru
Kepala Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) Disdikbud Lampung Tengah Puji Waras Prihanto mengatakan, pemerintah seharusnya terlebih dahulu meningkatkan kualitas pedagogis guru.
"Tidak dengan cara-cara kilat seperti selama ini lazim dikerjakan," ujar Kabid PTK.
"Tetapi dengan cara dan pendekatan yang lebih lembut, tidak tergesa-gesa, dan berkelanjutan," tambahnya.
Puji Waras Prihanto mengatakan, pola pendidikan dan latihan (diklat) seperti pada Program Pendidikan Guru Penggerak mungkin dapat diadopsi.
Menurutnya, diklat secara bertahap namun berkelanjutan guru didiklat untuk memperkenalkan strategi-strategi pembelajaran yang berpihak pada murid. Hingga strategi itu menjadi sebuah kebiasaan.
"Dengan demikian kodrat, minat, bakat, dan potensi peserta didik yang beragam dapat bertumbuh secara optimal," ujarnya.
"Maka sekali lagi, langkah pertama yang semestinya ditempuh oleh pemerintah sebelum menerapkan Kurikulum Merdeka adalah dengan mengubah pola pikir dan paradigma lama guru," ujar Puji Waras Prihanto.
"Dengan hal tersebut, Kurikulum Merdeka dapat terlaksana dengan baik," tambahnya.
Menurut Puji Waras Prihanto, pembelajaran yang bermutu dan bermakna akan tersaji di kelas serta kebutuhan belajar siswa yang beragam akan terpenuhi.
"Kodrat, minat, dan bakat anak akan bertumbuh dengan baik. Pun siswa, mereka akan gembira dan merdeka belajar tanpa merasa takut dan tertekan," katanya.
Para guru juga akan mampu mengembangkan kurikulum operasional satuan pendidikan sesuai dengan karakterisktik dan kebutuhan sekolah dan peserta didik sebagai terjemahan dari Kurikulum Merdeka.
Guru juga akan mampu menyusun modul ajarnya sendiri, dapat memberikan asesmen yang baik untuk memetakan kemampuan siswa sebagai dasar untuk perbaikan pada pembelajaran selanjutnya, serta guru tidak lagi terkendala untuk menugasi siswa dengan proyek-proyek berkualitas yang merangsang siswa untuk belajar.
(Tribunlampung.co.id/Fajar Ihwani Sidiq)