Berita Lampung
Viral Nenek Penjual Kerupuk di Pringsewu, Anaknya ODGJ Kini Diperhatikan Pemerintah
Setelah viral, nenek penjual kerupuk di Pringsewu Lampung kini diperhatikan pemerintah. Anaknya yang ODGJ dapat perekaman e-KTP buat mengurus BPJS.
Penulis: Riana Mita Ristanti | Editor: Robertus Didik Budiawan Cahyono
Tribunlampung.co.id, Pringsewu - Nenek Dewi (60) penjual kerupuk di Pringsewu Lampung yang menuntun sepeda hingga berkilo meter demi keuntungan Rp 1000 per bungkus, kini mendapat perhatian pemerintah.
Nenek Dewi berjualan kerupuk karena ingin membantu pendapatan suaminya. Mereka tinggal di Lingkungan Pringkumpul, Kelurahan Pringsewu Selatan, Kecamatan Pringsewu.
Suami nenek Dewi, seorang sopir angkot. Sementara anak-anaknya sudah berkeluarga. Sehingga nenek Dewi besama suaminya tinggal di satu rumah di Pingkumpul Kelurahan Pringsewu Selatan itu.
Selain bersama suami, satu anak nenek Dewi masih tinggal bersama mereka. Yaitu Ahmad Yani (36).
Akan tetapi, putra dari Nenek Dewi tersebut merupakan orang dengan gangguan Jiwa (ODGJ).
Baca juga: Kisah Nenek Penjual Kerupuk di Pringsewu, Menuntun Sepeda Kiloan Meter Demi Rp 1000
Baca juga: Jalinbar Pringsewu Mendapat Perbaikan, Komentar Warga: Jangan Sebentar Rusak Lagi
Eni, salah satu anak nenek Dewi mengatakan, kakaknya Ahmad sudah sejak tahun 2005 mengalami gangguan kejiwaan.
Menurut Eni, kondisi kakaknya itu semenjak pulang bekerja dari Jogja
"Suka melamun, pendiem, sampai sekarang kadang ngamuk sendiri bahkan jalan keliling pasar," kata Eni saat ditemui Tribun Lampung, Selasa (6/9/2022).
Pantaun Tribun Lampung di rumah Nenek Dewi, terlihat ada bagian kaca rumah yang sudah pecah dan bolong.
Terlihat lantai bagian depan sudah berkeramik, namun bagian belakang rumah masih terbuat dari kayu.
"Ya kita sebagai anak, pengen orangtuanya punya tempat tidur, kemudian alasnya keramik, kita rela kereditin," lanjut Eni yang bekerja sebagai penjaga toko di pasar itu.
Eni mengungkapkan, anak nenek Dewi sudah memiliki keluarga masing-masing. Sedangkan Eni sebagai anak yang tinggalnya paling dekat dengan Nenek Dewi, sehingga sering ke rumah menengok orangtuanya.
Baca juga: 40 Persen Petani Pringsewu Tanam Varietas Padi Inpari 32, Dinas Pertanian: Tahan Wereng
Baca juga: Tempat Wisata di Lampung, Nikmati Sejuknya Lembah Akasia Pringsewu
"Ibu itu sudah tua tapi tetep maunya berjualan, selain memang ingin punya kegiatan ya bantu-bantu bapak," tuturnya.
"Karena bapak kerja sebagai sopir angkot dan ibu jualan kerupuk, jadi kadang Ahmad di rumah sendiri, terus pergi keliling sampe pasar," imbuhnya.
Eni mengtakan, bahwa ibunya didatangi Tim Kementerian Sosial bersama Dinas Sosial Pringsewu. Itu setelah kisahnya sebagai nenek penjual kerupuk viral.
"Kemarin tanggal 5 September (2022) sama hari ini perwakilan Kemensos serta Dinsos Pringsewu ke sini, melihat kondisi di sini," ungkap Eni.
Dia mengaku, kakaknya yang ODGJ tersebut selama ini tidak pernah mendapat bantuan jenis apapun.
Kabid Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Pringsewu Masion mengatakan, pihaknya mengetahui adanya salah satu anak nenek Dewi ODGJ, setelah menindaklanjuti berita nenek Dewi yang sempat viral di Pringsewu.
"Dinsos berama Kemensos mendatangi langsung rumah nenek Dewi, kemudian kita mendapati anaknya yang ODGJ," kata Masion.
Oleh karena itu, pihaknya koordinasi dengan Disdukcapil Pringsewu untuk melakukan perekaman KTP pada anak nenek Dewi, Ahmad.
"Belum dapat bantuan sebab yang bersangkutan belum memilik KTP dan belum terdata. Makanya sekarang kita lakukan pendataan untuk kemudian nantainya dibuatakan BPJS," ungkapnya.
Dengan dibuatkan BPJS tersebut, lanjut Masion, nantinya bisa dipergunakan untuk Ahmad berobat ke RSJ.
Ia menjelaskan, BPJS tersebut akan dapat digunakan pada bulan Oktober mendatang.
Menuntun Sepeda Kiloan Meter
Seorang nenek penjual kerupuk, Dwi warga Pringkumpul Pringsewu Lampung bersepeda kiloan meter menjajakan kerupuk jualannya.
Dengan menuntun sepeda ontel, nenek penjual kerupuk bernama Dwi ini menyusuri jalan di Pringsewu menawarkan kerupuk yang tergantung di belakang sepedanya.
Terlihat kerupuk warna-warni tergantung di bagian sisi kanan dan kiri sepeda seorang nenek penjual kerupuk di Pringsewu tersebut.
Sedangkan bagian depan sepeda terdapat keripik singkong dan kerupuk kemplang yang digantung menggunakan kantong plastik.
Wanita 60 tahun ini dengan penuh semangat menyusuri tiap-tiap keramaian yang ada di Pringsewu.
Ia biasa menjajakan kerupuknya di sekeliling Chandra Pringsewu, Pendopo Pringsewu, bahkan Alfamart jalan Kesehatan Pringsewu.
Nenek Dwi mengaku jualan kerupuk dengan harga Rp 6 ribu per bungkus.
"Saya ngambil dari orang lima ribu, kemudian saya jual lagi enam ribu, untung seribu satu plastiknya," katanya saat di temui Tribun Lampung, Jumat (2/9/2022).
Mengenakan sendal jepit lusuhnya, setiap hari nenek Dwi keluar rumah pukul 10.00 pagi hingga 16.00 WIB demi mendapatkan pundi-pundi rupiah.
Ia mengaku, suaminya tak memiliki pekerjaan tetap, dengan begitu ia harus membantunya.
"Suami kerjanya serabutan, jadi ya saya bantu. Sedikit-sedikit ya tapi Alhamdulillah disyukuri," ucapnya sembari mengelap keringat didahi.
Selain itu, ia juga mengaku memiliki 5 anak. Namun, kelimanya sudah hidup berumah tangga masing-masing.
"Anak ada lima, cuma sudah pada di Jawa, sudah berkeluarga," jelasnya.
Selain itu, nenek 5 cucu itu juga mengaku, dibagian sepeda belaknya ia selalu menggantungkan 30-40 bungkus kerupuk.
Namun dalam sehari biasanya ia dapat mejual 5-10 bungkus kerupuk.
Nenek Dwi juga mengungkapkan, ia sudah berkeliling jualan kerupuk sejak 5 tahun lalu.
"Saya sudah 5 tahun lebih jualan kerupuk, ya Allhamdulilah, niatnya cari rejeki jangan malas," ungkapnya.
Ia juga mengungkapkan, jualannya paling laku saat ini menjajakan di area Chandra Pringsewu.
"Kalau di Chandra bisa sampai 10 bungkus karena ramai orang, tapi kan itu jauh, kadang capek jalannya. Jadinya kadang di deket rumah sini aja," katanya.
Ia berharap, jualannya bisa laku banyak setiap harinya, agar uang tersbut dapat membantu suaminya untuk keperluan rumah tangga.
"Kadang sehari cuma laku 5 bungkus dari siang sampai sore," pungkasnnya.
(Tribunlampung.co.id/ Riana Mita Ristanti)