Perjuangan Sopir Bongkar Muat di Pelabuhan Panjang, Rela Kerja 24 Jam demi Kirim Uang ke Kampung

Jimmy sudah 7 tahun atau sejak 2015 bekerja sebagai sopir dump truck yang mengangkut komoditas yang dibongkar muat di Pelabuhan Panjang.

Penulis: Gustina Asmara | Editor: taryono
Tribun Lampung/Gustina Asmara
ANTRE Sejumlah dump truck antre menunggu giliran muat barang di Dermaga C, Pelabuhan Panjang, Senin (12/9/2022). 

Selain itu, selama proses bongkar muat selalu diawasi. Jadi sopir truk tidak bisa mengambil sisa-sisa muatan.

"Jadi sekarang serba ketat dan disiplin. Apalagi sejak pelabuhan merger. Pelabuhan juga lebih rapi," kata dia.

Jimmy mengatakan, pihak pelabuhan dan polisi juga melarang truk-truk parkir di pinggir jalan. Sebab dinilai bisa menimbulkan kecelakaan dan kemacetan.

"Sudah sejak Lebaran kemarin gak boleh lagi parkir di jalan. Harus masuk "kandang" masing-masing," tuturnya seraya menunjukkan jalan di depannya yang sudah tidak ada lagi dump truck parkir.

24 Jam

Jimmy bercerita, bekerja di pelabuhan itu tidak memiliki jam kerja. Para sopir bisa dibilang harus siaga 24 jam menunggu "panggilan" tugas melakukan bongkar muat barang.

"Kadang bongkaran dimulai malam hari kalo kapalnya baru sandar sore. Seperti hari ini, kemungkinan baru bongkar barang habis maghrib. Dan itu belum tentu langsung muat, harus antre dulu. Sebab ada banyak truk yang mau ambil order muat barang," ceritanya.

Ia mengatakan proses bongkar muat juga tergantung cuaca. Jika cuaca hujan, pemilik kapal tidak mau barangnya diturunkan karena khawatir rusak.

"Jadi sopir hanya bisa menunggu sampai hujan berhenti," katanya.

Hal tak jauh berbeda diungkapkan Bim. Ia yang lebih tua dari Jimmy 3 tahun mengaku sebelumnya menjadi sopir dump truck di Jakarta. Dan 5 tahun terakhir pindah ke Pelabuhan Panjang.

Menurut dia, 90 persen sopir dump truck di kawasan pelabuhan itu berasal dari Lahat Sumatera Selatan. Mereka semua merantau dan mengadu nasib demi keluarga di kampung halaman.

Bim mengaku rela bekerja 24 jam bongkar muat barang di pelabuhan demi mengirimkan uang untuk orangtuanya.

"Saya anak tunggal. Orangtua cuma petani kopi di kampung. Sudah 8 tahun ini tidak pulang. Tapi suka kirim kabar. Kadang video call," tuturnya.

Ia bercerita, barang yang diangkut di pelabuhan beragam. Dengan muatan 30 ton, dump truck-nya biasa mengangkut bungkil, kedelai, makanan ayam, pupuk KCL, pupuk Ponska, Urea, kernel.

"Sekarang ini lagi banyak bongkaran bungkil. Itu kapalnya dari Jambi atau Kalimantan," kata dia.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved