Perjuangan Sopir Bongkar Muat di Pelabuhan Panjang, Rela Kerja 24 Jam demi Kirim Uang ke Kampung

Jimmy sudah 7 tahun atau sejak 2015 bekerja sebagai sopir dump truck yang mengangkut komoditas yang dibongkar muat di Pelabuhan Panjang.

Penulis: Gustina Asmara | Editor: taryono
Tribun Lampung/Gustina Asmara
ANTRE Sejumlah dump truck antre menunggu giliran muat barang di Dermaga C, Pelabuhan Panjang, Senin (12/9/2022). 

Selama September ini menurutnya, sudah ada 5 kapal yang bongkar muat. Ia pun mengaku baru mendapat 5 rid. Namun rata-rata dalam sebulan ia mendapat 40 rid.

Sama seperti Jimmy, dia mengakui, jika saat ini aktivitas di Pelabuhan Panjang lebih ketat. Aktivitas bongkar muat barang saat ini diawasi oleh pemilik barang atau gudang maupun penjaga di pelabuhan.

"Yang paling terasa itu, truk-truk kita itu tidak boleh parkir lagi di dalam pelabuhan jika sudah selesai bongkar muat barang. Kalau dulu kan masih boleh," tuturnya.

Antre Lama

Kisah lain diungkapkan Yanto. Pria 42 tahun ini mengaku sudah 9 tahun menjadi sopir dump truck yang melakukan bongkar muat di Pelabuhan Panjang.

Hari itu, Senin (12/9/2022), sekitar pukul 11.00 WIB, ia terlihat sedang bersandar di kursi kemudi dump truck-nya. Di depan, samping kiri, dan kanannya juga terlihat sejumlah truk yang sedang antre untuk mengangkut bungkil.

Ia bercerita, saat itu sedang menunggu antrean muat barang. Ia mengantre sudah dari jam 04.00 dini hari, Senin (12/9). Namun sampai jam 11.00 siang, masih belum mendapat giliran untuk muat bungkil.

Menurut dia, kapal tongkang yang sedang sandar itu membawa sekitar 7.000 ton bungkil dan sudah sejak Minggu sore melakukan proses bongkar muatan.

Ia mengaku, profesinya tidak mengenal jam kerja. Saat ada kapal sandar untuk melakukan bongkar muat, maka mereka pun harus segera mengantre untuk bisa dapat order mengangkut barang.

"Tidak tentu. Kadang antre dari pagi, baru malam dapat muatan. Kadang antre dari subuh baru sore dapat muatan. Jadi selalu siaga 24 jam," tuturnya.

Dan dalam sehari itu paling hanya dapat satu rid saja. Menurutnya, saat ini ada banyak dump truck yang beroperasi di Pelabuhan Panjang.

"Sekitar 400 unit lebih," katanya.

Dulu, kata dia, hanya sekitar 300-an unit dump truck. Alhasil, jumlah muatan yang didapat para sopir pun berkurang.

"Kalau dulu bisa dapat Rp 4 juta sebulan, sekarang hanya sekitar Rp 2 juta," cerita Yanto.

Namun, ia masih bersyukur, dengan uang tersebut, ia bisa menafkahi istri dan ketiga anaknya. Ia mengaku, anak pertamanya sudah duduk di kelas 1 SMA, anak kedua SMP, dan anak ketiga masih berusia 4 tahun.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved