Perkelahian Santri di Pesisir Barat
Pemerhati Anak Miris Kasus Santri Tusuk Santri di Pesisir Barat: Harus Ada Asesmen Mendalam
direktur LPHA Lampung, Toni Fiser mengatakan jika pihaknya merasa sangat sedih, miris atas kasus santri tusuk santri di Pesisir Barat.
Penulis: Hurri Agusto | Editor: Reny Fitriani
Ia juga meminta agar orangtua santri ikut terlibat memantau aktivitas anaknya dan memotivasi anak-anaknya untuk belajar.
"Baik guru, orang tua dan semua stocholder harus terlibat untuk mencegah hal ini terjadi lagi," kata dia.
Dikatakannya, selama ini pihak ponpes selalu mengawasi aktivitas santrinya secara ketat mulai dari tidur hingga para santri tidur kembali.
Kejadian itupun sangat disesalkan oleh pihaknya.
"Jadi malam itu memang sudah sempat kita kontrol, kita lihat anak-anak sudah pada tidur," jelasnya.
"Mungkin ini suatu musibah bagi kita semua, karena kita sendiri tidak menyangka hal ini bakal terjadi, keduanya juga berkelahi dibelakang masjid yang memang suasananya cukup gelap dan jauh dari pantauan," sambungnya.
Pihak Pondok Pesantren (Ponpes) Al Falah Krui menjelaskan, kasus perkelahian santri yang mengakibatkan salah satunya tewas diduga karena kesalahpahaman antara keduanya.
KH Nurhadi mengatakan, sebelum kejadian pristiwa tersebut kedua santri itu diketahui tidak ada permasalahan.
"Kalau yang saya ketahui keduanya tidak pernah ada permasalahan," ungkapnya. Jumat (16/9/2022).
Menurutnya, peristiwa nahas tersebut diduga terjadi akibat emosi spontanitas saja, sebab pelaku tersinggung saat ditegur oleh korban karena terlambat datang mengaji.
Untuk diketahui, korban DN (17) sendiri sudah dipercaya untuk membantu mengajar Alquran di Ponpes Al Falah.
Pada saat itu yang mengajar mengaji merupakan korban DN sendiri.
Dikarenakan pelaku terlambat datang mengikuti pelajaran, korbanpun menegur pelaku.
Lalu, pelaku RZ (15) tersinggung dan mengajak berduel korban pada saat suana Ponpes sudah sepi, sekira pukul 00.20 WIB.
Ia mengaku kasus ini sudah diserahkan kepada pihak yang berwajib.