Berita Lampung
Budidaya Jamur Tiram Pemuda di Pringsewu Lampung Raih Omzet Rp 30 Juta per Bulan
Miftahul Sidik, pemuda di Pringsewu tekuni budidaya jamur tiram sejak dua tahun lalu dan kini bisa dapatkan omzet Rp 30 juta tiap bulan.
Penulis: Riana Mita Ristanti | Editor: Tri Yulianto
Tribunlampung.co.id, Pringsewu - Miftahul Sidik (26), pembudidaya jamur tiram di Pekon Wonodadi, Kecamatan Gadingejo, Pringsewu, Lampung bisa raup omzet Rp 30 juta perbulan.
Miftahul membudidayakan jamur tiram manfaatkan gudang di samping rumahnya di Pekon Wonodadi, Kecamatan Gadingejo, Pringsewu Lampung.
Mifatul mulai membudidayakan jamur tiram sejak dua tahun terakhir dan kini usahanya terus berkembang.
"Sebelum pandemi tahun 2022 itu mulai, alhamdulillah pandemi malah banyak peminat jamur tiram," katanya saat ditemui Tribun Lampung, Minggu (18/9/2022).
Di rumah budidaya miliknya itu, Miftahul dapat memanen jamur setiap hari.
Baca juga: Kapolres Pringsewu Minta Warga Tak Rusak TKP saat Ada Kasus Akhiri Hidup
Baca juga: Profil Erwansyah Ketua DPC Gerindra dan Wakil Ketua DPRD Lampung Barat, Miliki Hobi Las
"Masa tanam jamur dari tumbuh sampai mati itu kan sekira 4 bulan, dalam 4 bulan itu saya bisa menghasilkan 3 kwintal jamur tiram," jelasnya.
Ia menjelaskan, massa taman jamur tiram hingga bisa dipanen adalah 50 hari.
Namun tiap jamur ditanam dengan waktu yang berbeda sehingga nantinya bisa panen secara giliran dan terus-menerus.
"Masa tanam hingga masa panen itu sekira 50 hari, tapi di sini kita panen tiap hari," katanya.
Ia juga mengungkapkan, membudidayakan jamur tiram terbilang sudah-susah gampang.
Sebab, jamur merupakan tanaman yang sesitif namun mudah tumbuh.
"Yang penting ruangan harus lembab, disiram sehari satu kali. Budidaya jamur ini memang cocok pada saat musim hujan," ungkapnya.
Baca juga: Ini Harga Tarif Baru Penyeberangan di Pelabuhan Bakauheni Lampung, Ditunda Tunggu Intruksi
Baca juga: Di Launching Serentak di Semua Dealer Honda di Lampung, Honda ADV160 Tampil Lebih Sporty
Miftahul mengatakan, budidaya jamur tiram menggunakan serbuk kayu yang di dalamnya dicampurkan dedak dan gamping.
Setelah dicampurkan, serbuk tersebut dikukus.
Kemudian, tunggu serbuk dingin dan dimasukan dalam plastik bening berukuran 1 kg.