Berita Lampung
Dinas Perikanan Tulangbawang Tunggu Hasil Uji Lab Terkait Virus AHPND yang Menyerang Udang
Dinas Perikanan Tulangbawang masih menunggu hasil uji Laboratorium terkait Virus AHPND yang menyerang udang milik para petambak di dua kampung.
Tribunlampung.co.id, Tulangbawang - Dinas Perikanan Tulangbawang masih menunggu hasil uji Laboratorium terkait Virus Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) yang menyerang udang milik para petambak di dua kampung Kecamatan Dente Teladas, Tulangbawang.
Pejabat Fungsional Bidang Pengelola Kesehatan Ikan, Dinas Perikanan Kabupaten Tulangbawang, Samsudin menuturkan, terkait adanya virus AHPND di dua kampung di Kecamatan Dente Teladas.
Pihaknya masih menunggu hasil uji yang dilakukan oleh Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung dan Balai Karantina.
"Untuk masalah ini sudah ditanggulangi oleh pihak BBPBL dan Balai Karantina beberapa waktu lalu, untuk hasil kita masih menunggu dari 2 Balai tersebut," jelas Samsudin, Rabu (21/9/2022).
Karena menurutnya, beberapa pekan lalu pihaknya bersama dua balai setempat sudah melakukan pertemuan kepada para petambak yang ada di Dente Teladas.
Baca juga: Tim Bola Voli Putri Lampung Target Lolos ke Popnas 2023
Baca juga: Warga Tanggamus Tewas Tenggelam di Bendungan Way Sekampung, Pengawas Dinilai Kecolongan
Namun, dikarenakan dalam pertemuan itu tidak ada ahli penelitian yang datang, pihaknya bersama balai setempat hanya mengambil sampel yang nantinya akan dicek laboratorium.
"Waktu turun kemarin, kami selaku Dinas Perikanan hanya mendampingi tim dari balai, untuk hasilnya belum terjawab karena kami masih menunggu jawaban dari dua balai tersebut," ungkapnya.
"Untuk hasil cek uji lab nanti akan dikirim mereka ke dinas Perikanan Kabupaten Tulangbawang," tambahnya.
Diberitakan sebelumnya, Virus Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease (AHPND) menyerang udang milik para petambak wilayah Kampung Beratasena Adiwarna serta Kampung Beratasena Mandiri Kecamatan Dente Teladas.
Akibat adanya virus yang menyerang udang tersebut, membuat ratusan petambak wilayah setempat merugi besar.
Bahkan, tiga siklus per 90 hari dari proses tebar yang sudah dilakukan oleh petambak gagal panen.
"Terhitung sejak bulan November 2021 lalu, hingga kini bulan Agustus 2022 tiga siklus kami gagal panen," keluh Ketua Bumdes Sumber Bahari, Bibit, Kamis (15/9/2022).
Dirinya juga menjelaskan, Virus AHPND yang menyerang udang milik petambak ini sudah muncul sejak tahun 2020 lalu.
Dengan ciri pada udang mortalitas berkala atau kematian sejak usia kecil (DOC)
"Sejak usia benur sampai dengan masa panen, virus ini terus mengintai dan menyerang udang milik petambak," ungkapnya.
Bibit juga menerangkan, virus AHPND yang menginfeksi juvenil atau benur L. vannamei dan P. monodon.
Memiliki angka kematian 100 persen dalam kurun waktu 10 sampai 35 hari setelah ditebar.
"Jumlah kematian udang tinggi akibat virus AHPND ini," ucapnya.
Selain itu, Bakteri V. parahaemolyticus, yang secara alami ditemukan di perairan pesisir dan muara tersebut.
Menyebabkan EMS atau AHPND, mengandung dua gen beracun Pir A dan Pir B.
"Non-V Parahaemolyticus seperti V campbellii, V harveyi, V owensii, dan V. punensis juga ditemukan mengandung gen beracun dan dapat menyebabkan EMS/AHPND," terangnya.
Pendangkalan di main Inlet air bersih untuk budidaya atau sodetan yang di gunakan oleh proyek Dinas PUPR Kabupaten Tulangbawang beberapa waktu lalu belum dibenahi.
Pasca pembangunan proyek jembatan oleh dinas PUPR kabupaten Tulangbawang tersebut, menyisakan PR yang berdampak terhadap budidaya para petambak.
Dimana air yang sudah terkontaminasi masuk ke saluran air petambak Kampung Bratasena Adiwarna dan Kampung Beratasena Mandiri.
"Sehingga menyebabkan Kerugian masyarakat petambak sekitar 18 juta persiklus," tuturnya.
Hal ini yang membuat faktor ekosistem rusak, sehingga menyebabkan adanya kontaminasi antara air laut untuk budidaya dengan air limbah budaya.
Selain itu faktor intensitas hujan mengakibatkan turunnya salinitas air untuk budidaya di wilayah Kampung Beratasena Adiwarna dan Kampung Beratasena Mandiri.
"Sejumlah faktor itu membuat para petambak kini merugi, hingga gagal panen," jelasnya.
(Tribunlampung.co.id/Candra Wijaya)