Lampung Bangkit
Ingin Bangun Pabrik Pupuk di Lampung, Hantoni Hasan: Itu Langkah Konkret, Pemprov Harus Turun Tangan
Informasi dari petani kopi di Ulu Belu, mereka hanya mendapat pasokan pupuk sekitar 300 kilogram dari seharusnya 1,2 juta ton pupuk sehektar.
Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung- Jika bicara mengenai kelangkaan pupuk subsidi memang tidak akan ada habisnya.
Di mana pun, persoalan kelangkaan pupuk sudah menjadi hal jamak yang dirasakan kalangan petani saban tahunnya.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera atau PKS, Hantoni Hasan memandang, pupuk merupakan salah satu sarana produksi pertanian dan perkebunan.
Manurutnya, persoalan pupuk ini harus menjadi perhatian bersama pemerintah daerah di Lampung. Ini sangat penting karena pupuk merupakan kebutuhan utama petani.
"Namun persoalannya pupuk ini subsidinya tidak cukup, begitu dibutuhkan keberadaanya langka dan kalau pun ada harganya mahal. Ini kan berarti ada permainan disitu. Sehingga pemenuhan untuk petani jadi masalah," ungkap Hantoni Hasan kepada Tribunlampung.co.id, Kamis (29/09/2022).
Baca juga: Melalui Wisata Gastronomi, Hantoni Hasan Ingin Masyarakat Tahu Sejarah Seruit, Makanan Khas Lampung
Hantoni yang berniat maju pada kontestasi Pilgub Lampung 2024 itu mencoba menggali informasi dari petani kopi di Kecamatan Ulu Belu Kabupaten Tanggamus.
Hantoni turun blusukan menemui petani untuk mendapat informasi konkret seperti apa pasokan pupuk yang selama ini selalu disebut pemerintah aman sampai ke petani.
"Di Ulu Belu saya diskusi dengan petani kopi. Disana keluhan petani sama, kelangkaan pupuk," ungkap Hantoni.
"Saya tanya, berapa satu hektar kebutuhan pupuk untuk lahan kopi. Jawab mereka paling tidak 1,2 ton kebutuhan pupuknya dalam satu haktar selama dalam satu tahun," tutur Hantoni Hasan.
Namun fakta yang terjadi, berdasarkan informasi yang didapat dari petani kopi di Ulu Belu, mereka hanya mendapat pasokan pupuk sekitar 300 kilogram dari seharusnya 1,2 ton pupuk dalam satu hektarnya.
"Berarti ini kan hanya 25 persen dari keseluruhan kebutuhan pupuk dalam satu hektar. Dan antara pupuk subsidi
dengan pupuk non subsidi ini harganya sangat jomplang. Bisa dua sampai empat kali lipat harganya," papar Hantoni.
Karena kelangkaan pupuk subsidi ini, petani kopi di Ulu Belu terpaksa harus beralih ke pupuk non subsidi.
Ini terpaksa mereka lakukan demi keberhasilan panen kopi yang lebih baik. Meskipun mereka harus menguras kantong, namun tetap mereka beli lantaran susahnya mendapatkan pupuk subsidi.
"Tapi kadang-kadang (pupuk non subsidi) juga susah didapat, meskipun harganya tinggi. Apalagi pupuk subsidi,
susah," terang Hantoni.
Karena itu, menurut Hantoni, jika ingin hasil pertanian di Lampung bagus maka pemerintah provinsi Lampung harus bisa memastikan ketersediaan pupuk khususnya subsidi benar-benar aman sampai ke petani.