Berita Lampung
Realisasi Pupuk Bersubsidi di Lampung Barat Capai 47,73 Persen, Pupuk NPK Paling Diminati
Realisasi pupuk bersubsidi untuk petani di Lampung Barat saat ini sudah mencapai 47,73 persen. Saat ini pupuk NPK yang paling banyak diminati.
Penulis: Bobby Zoel Saputra | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id, Lampung Barat - Realisasi pupuk bersubsidi untuk petani di Lampung Barat saat ini sudah mencapai 47,73 persen, Selasa (4/10/2022).
Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (DTPH) Lampung barat mencatat bahwa dari data 47,73 persen bisa dibilang pupuk yang telah didistribusikan ke petani sebesar 13.419.773 kg.
Kepala DTPH Lampung Barat Nata Djudin Amran mengatakan bahwa untuk saat ini pupuk NPK merupakan pupuk yang paling banyak diminati oleh para petani.
Kemudian Nata menambahkan bahwa pupuk lain yang banyak diminati oleh petani merupakan jenis Urea, SP36, ZA, dan Organik Granule.
"Untuk saat ini kita mencatat bahwa pupuk yang paling diminati oleh para petani yaitu jenis pupuk NPK,” kata Nata.
Baca juga: Operasi Zebra di Lampung 3-16 Oktober 2022, Ini 8 Sasaran Tilang Polisi
Baca juga: Cara Pembayaran Tilang Elektronik dari Satlantas Polresta Bandar Lampung
“Disusul dengan Urea, SP36, ZA, kemudian Organik Granule,” terusnya.
“Namun dari Juli hingga Agustus tidak ada serapan untuk jenis pupuk SP36, ZA dan pupuk Organik Granule," lanjutnya.
Diketahui bahwa alokasi pupuk bersubsidi untuk para petani di Lampung Barat mencapai 28.118.088 kg.
Selain itu juga ada enam jenis pupuk bersubsidi yang didistribusikan DTPH Lampung Barat kepada kelompok tani.
Yakni Urea, NPK, SP36, ZA, Organik Granule, dan Organik Cair, realisasi serapan dari pupuk tersebut pun bervariasi.
"Untuk Urea realisai serapan sudah mencapai 58,86 persen atau sebanyak 6.104.636 kg, NPK 66,58 persen atau 5.376.870 kg,” kata Nata.
“Selanjutnya SP36 26,52 persen atau sebanyak 1.098.200 kg, ZA 14,92 persen atau 724.067 kg,” terusnya.
“Kemudian yang terakhir Organik Granule 17,13 persen atau sebanyak 116.000 kg," tambahnya.
Untuk organik cair, Nata menjelaskan bahwa hingga saat ini realisasinya masih di angka nol persen.
Hal itu disebabkan karena hingga saat inibelum ada kelompok tani yang menggunakan jenis pupuk tersebut.