Berita Lampung
Pasutri di Lampung Utara Tekuni Usaha Keripik Jengkol, Terkendala Bahan Baku
Usaha keripik jengkol yang ditekuni oleh pasutri Budi Patria dan Astri Maria Ersa sudah dijalani sejak tujuh tahun yang lalu.
Penulis: anung bayuardi | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id, Lampung Utara - Pasangan suami istri di Lampung Utara menekuni usaha keripik jengkol.
Usaha keripik jengkol yang ditekuni oleh pasutri Budi Patria dan Astri Maria Ersa sudah dijalani sejak tujuh tahun yang lalu.
Budi Patria menerangkan usaha keripik jengkol dirintisnya ketika istrinya ingin membuka usaha keripik.
Saat itu, menurutnya usaha keripik pisang dan singkong sudah banyak dilakukan oleh warga.
“Muncul ide untuk membuat usaha keripik jengkol,” katanya.
Awalnya usaha yang di jalani juga pernah mengalami kegagalan.
Baca juga: Pedagang Keluhkan Tumpukan Sampah di Pasar Gadingrejo Lampung yang Tak Diangkut
Baca juga: Motor ART di Perumahan Elite di Bandar Lampung Raib Digasak Maling
Seperti keripik tidak renyah ketika sudah dikemas.
Setiap hari Budi bersama dengan isterinya belajar agar keripiknya renyah ketika disantap meski sudah dikemas.
Akhirnya muncul ide, pemberian sambal menunggu dingin agar keripik renyah.
Dalam berjalannya waktu, usahanya cukup dikenal orang.
Pelanggan tidak hanya sekadar warga di Provinsi Lampung.
Ada juga pelanggar dari Sulawesi, Surabaya, Bogor, Palembang.
Ia mengaku, dirinya memperkenalkan dagangannya melalui media sosial Facebook.
Kemudian, bagi warga yang tertarik akan keripik jengkol miliknya langsung menghubungi via WhatsApp.
“Nanti mereka mesan, baru kita buat pesanannya,” katanya, Selasa (15/11/2022).
Ia mengaku dalam usaha ini, kendalanya pendanaan dan bahan baku.
Bahan baku adalah buah jengkol yang musiman.
Jika sedang tidak musim, harga jengkol bisa berkali lipat dari harga normal.
“Biasanya kalau lagi musim, harga buah jengkol Rp 21-23 ribu perkilogram, tapi kalau gak musim bisa capai Rp 50 ribu perkilogram,” ujarnya.
Dari usahanya tersebut, bisa menutupi kebutuhan sehari-hari seperti jajan anak.
Usahanya dilakoni tidak setiap hari, melainkan ada pesanan dan modal.
Namun jika memang ada pesanan banyak, tentu tetap dibuatkan.
Jengkol yang dijadikan keripik merupakan buah jengkol tua.
Jika masih muda, tentu akan berimbas pada rasa pahit setelah jadi keripik.
Untuk proses pembuatan keripik jengkol sendiri, lanjut Budi, awalnya buah jengkol di belah menjadi dua setelah dikupas kulitnya.
Selanjutnya dilakukan perendaman menggunakan air bersih.
Perendaman buah jengkol bisa dilakukan setengah jam, paling lama satu jam, selanjutnya ditiriskan.
Buah jengkol yang sudah direndam, selanjutnya digoreng.
Penggorengan juga tidak asal memakai minyak.
Ia dan istri menggunakan minyak kemasan, hal ini untuk menjaga kualitas keripik jengkol.
“Kami tidak mau sembarangan pakai minyak bekas. Kalau minyak sudah hitam ya gak dipakai lagi,” katanya.
Selanjutnya, jengkol ditumbuk.
Proses penumbukan ini yang lumayan sulit.
Karena perlu pas untuk ketebalan dari keripik.
Jika terlalu tebal maka tidak akan renyah.
Selesai ditumbuk jengkol yang sudah diletakkan di nampan, siap untuk dijemur.
Penjemuran sendiri tidak memakan waktu lama, tergantung dari panas matahari.
Tahap selanjutnya digoreng dan kemudian menyiapkan sambalnya.
Harga jual keripik jengkol mentah untuk yang kemasan satu kilogram dijual Rp 100 ribu.
Sedangkan untuk yang keripik jengkol yang matang, dijual Rp 130 ribu perkilogram.
Sedangkan, jika untuk rumah tangga, keripik jengkolnya dikemas dengan harga jual Rp 5 ribu.
Dalam satu kemasan bisa berisi lima keripik jengkol, tergantung besar atau kecilnya keripik.
Ia juga membuka layanan penjualan di area Kotabumi.
Bagi warga yang ingin menikmati keripik jengkolnya bisa menghubungi nomor Wa 08978616849.
“Kalau seputar Kotabumi, bisa diantar pesanan, tanpa ongkos kirim alias gratis,” ujarnya.
Cita cita kedepan, dirinya ingin membuka penampungan buah jengkol dan mengembangkan usahanya.
“Ya pingin buat plang nama, buat cetakan nama usaha, buat izin usahanya. Tapi ngumpulin modal dulu,” jelas bapak dua anak ini.
Saat ini, usaha keripik jengkolnya belum memiliki nama.
( Tribunlampung.co.id / Anung Bayuardi )