Berita Lampung
Warga 2 Pekon di Bandar Negeri Suoh Lampung Barat Pilih Rakit saat Seberangi Way Semaka
Alasan jarak tempuh memutar yang membuat warga Pekon Tri Mekar Jaya dan Pekon Gunung Ratu pilih gunakan rakit saat seberangi sungai Way Semaka.
Penulis: Bobby Zoel Saputra | Editor: Tri Yulianto
Tribunlampung.co.id, Lampung Barat – Warga Pekon Tri Mekar Jaya dan Pekon Gunung Ratu, Kecamatan Bandar Negeri Suoh Lampung Barat rutin gunakan rakit untuk seberangi sungai Way Semaka.
Sebenarnya untuk seberangi sungai Way Semaka sudah ada jembatan yang bisa digunakan warga Pekon Tri Mekar Jaya dan Pekon Gunung Ratu meski harus memutar dulu lewati Pekon Suoh Kecamatan Bandar Negeri Suoh Lampung Barat.
Alasan jarak tempuh itu yang akhirnya membuat warga Pekon Tri Mekar Jaya dan Pekon Gunung Ratu, Kecamatan Bandar Negeri Suoh Lampung Barat pilih rakit untuk seberangi sungai Way Semaka.
Joko Sutrisno selaku Kepala Pemangku Kalimendong Selatan, Pekon Gunung Ratu mengatakan, rakit tersebut mulai dibuat dan digunakan pada tahun 2000-an.
Rakit tersebut dibuat secara swadaya oleh masyarakat dan yang mengoperasikan adalah masyarakat Pekon Tri Mekar Jaya.
“Rakit yang sudah lama menjadi akses penyeberangan masyarakat ini kira-kira sudah ada dari tahun 2000-an,” ujar Joko, Kamis (15/12/2022).
Baca juga: SK Pj Bupati Lampung Barat dan Tulangbawang Belum Diteken Mendagri
Baca juga: Nukman Disebut Bakal Jadi Pj Bupati Lampung Barat, Sekretaris Komisi III DPRD: Sesuai Usulan
“Setelah selesai dibuat secara swadaya oleh masyarakat kemudian masyarakat jugalah yang mengoperasikan, tepatnya masyarakat Pekon Tri Mekar Jaya,” sambungnya.
Joko mengungkapkan, sebenarnya sudah ada jembatan penghubung yang dibangun di atas aliran Sungai Way Semaka pada tahun 2015.
Namun masyarakat Pekon Tri Mekar Jaya lebih memilih untuk menyeberangi sungai tersebut dengan memakai rakit.
Hal itu mereka pilih karena jika melewati jembatan tersebut, jarak antara Pekon Tri Mekar Jaya menuju Pekon Gunung Ratu memakan waktu yang lebih lama.
Karena yang diketahui, jembatan tersebut merupakan jembatan yang menghubungkan Pekon Tri Mekar Jaya menuju Pekon Suoh, Kecamatan BNS.
Sehingga masyarakat khususnya petani yang ingin ke Pekon Gunung Ratu pun masih setia menaiki rakit tersebut untuk menyeberang.
Selain itu warga juga beranggapan bahwa rakit tersebut dipertahankan agar bisa menjadi bukti sejarah masyarakat dalam usaha menyeberangi Sungai Way Semaka.
Joko menjelaskan, rakit yang sudah puluhan tahun membantu masyarakat untuk menyeberang tersebut hanya bisa dinaiki oleh masyarakat, barang, dan kendaraan roda dua.
Rakit ini pun mempunyai tarif bagi masyarakat yang ingin menaikinya, untuk kendaraan roda dua dikenakan tarif Rp 2 ribu, sedangkan untuk orang dan barang biasanya menggunakan hasil panen.
“Tarif untuk kendaraan roda dua itu biasanya sekitar Rp 2 ribu,” jelas Joko.
“Sementara untuk jasa pengangkut orang dan barang biasanya itu mereka bayar pakai hasil panen,” terusnya.
Diketahui, jika sungai Way Semaka sedang meluap, rakit penyeberangan akan berhenti beroperasi, karena ditakutkan akan menimbulkan resiko yang buruk bagi masyarakat yang naik maupun yang mengoperasikan.
Joko mewakili Pekon Gunung Ratu pun berharap agar pemerintah bisa membangun jembatan di lokasi penyeberangan rakit tersebut.
Dirinya mengungkapkan, hal itu sudah sering diusulkan dalam musrenbang tingkat pekon hingga kecamatan, namun Pemkab Lampung Barang masih belum menyetujuinya.
Namun ia menambahkan, pihak mereka tidak menyalahkan pihak pemkab, karena menurutnya usulan tersebut belum terealisasi lantaran masih ada program penting yang lebih diprioritaskan oleh Pemkab Lampung Barat.
Baca juga: Jelang Nataru Harga Kebutuhan Pokok di Lampung Barat Mulai Naik
Baca juga: Dinas PUPR Lampung Barat Pastikan Pengerjaan 44 Titik Ruas Jalan Rampung Sebelum Akhir Tahun
“Harapannya bisa segera dibangun jembatan, jembatan gantung pun tidak masalah, itu juga sudah sering kita usulkan pada Musrenbang,” harap Joko.
“Tapi sampai sekarang belum terealisasi, kita tidak bisa menyalahkan pemkab, karena kemungkinan masih ada program penting yang lebih diprioritaskan untuk kemaslahatan masyarakat,” pungkasnya.
Adanya sungai di lokasi ini sejak gempa Liwa pada 1994 lalu.
Kini masyarakat kedua pekon itu dan pekon lain sekitarnya menaiki rakit untuk seberangi aliran baru sungai Way Semaka tersebut.
(Tribunlampung.co.id/Bobby Zoel Saputra)