Berita Lampung
Kisah Nenek Hamidiati di Natar Lampung Selatan, Dapat Rp 25 Ribu Sehari dari Sampah
Rasa gatal dan sesak napas seringkali dirasakan Hamidiati tatkala sedang mengumpulkan barang-barang bekas yang bernilai ekonomi.
Penulis: Dominius Desmantri Barus | Editor: Daniel Tri Hardanto
Dengan pendapatannya yang minim tersebut, Hamidiati harus pintar-pintar menggunakan uangnya.
Ditambah lagi, Hamidiati sudah hampir satu tahun tidak lagi menerima bantuan dari pemerintah desa.
Hamidiati tidak mengetahui penyebabnya.
Kali terakhir kali mendapat bantuan, Hamidiati dipaksa membelanjakan uang ke pemerintah desa.
"Iya, waktu itu sempat dapat. Tapi sudah setahun ini sudah nggak dapat bantuan lagi. Terakhir dapat bantuan jumlahnya Rp 600 ribu kalau tidak salah. Nenek juga lupa," katanya.
"Lalu dari uang bantuan Rp 600 ribu itu, dipotong lagi Rp 200 ribu. Kita disuruh belanja ke desa. Iya kita dapat juga sih bantuannya tapi dalam bentuk sembako. Beras, minyak, gula," ucapnya.
Hamidiati berharap bisa mendapatkan bantuan lagi.
Mengingat, ia tinggal sebatang kara.
Anak-anaknya yang sudah lama pergi merantau.
(Tribunlampung.co.id/Dominius Desmantri Barus)
Restoran Jadi Penyumbang Pajak Tertinggi di Pringsewu, Hotel Masih Rendah |
![]() |
---|
Bapenda Pringsewu Optimis Capai Target Pajak 2025, Realisasi Sudah 76,54 Persen |
![]() |
---|
Tiga Investor Minati PLTS Terapung di Kabupaten Lampung Timur |
![]() |
---|
Biro Travel Lampung Ingin Revisi UU Haji dan Umrah Bisa Permudah Administrasi |
![]() |
---|
Dua Perusahaan di Lampung Dapat Izin PLB dari Bea Cukai |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.