Berita Terkini Nasional

Pawang Ular Tewas Digigit King Kobra saat Pelatihan, Lulusan UGM dan Teman Panji Petualang

Aji Rachmat Purwanto yang sempat mengalami koma setelah dipatuk King Kobra saat melatih penanganan ular merupakan rekan Panji Petualang.

|
Editor: Indra Simanjuntak
Instagram
Aji Rachmat Purwanto dikabarkan meninggal dunia saat mengisi pelatihan ular King Kobra 

Tribunlampung.co.id - Sosok ahli pawang ular tewas digigit ular kobra saat pelatihan akhirnya terungkap.

Aji Rachmat Purwanto yang sempat mengalami koma setelah dipatuk King Kobra saat melatih penanganan ular merupakan rekan Panji Petualang yang telah dianggap saudara.

Aji Rachmat Purwanto dikabarkan meninggal dunia saat mengisi pelatihan ular King Kobra bersama petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan.

"Beliau adalah seorang konservator yang luar biasa, edukator yang luar biasa, guru kami," tambah Panji Petualang dalam instagramnya.

Pria tersebut bernama Aji Rachmat itu bahkan merupakan pendiri sekaligus Ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia.

Baca juga: Sahabat Panji Petualang Kembali Tewas Gegara Dipatuk King Kobra

Baca juga: Cuma Gegara Gorengan, Anak Tega Aniaya Ibu Kandung Pakai Kursi

Pawang ular bernama Aji Rachmat itu sedang disoroti karena meskipun menjadi seorang ahli menangani ular, dirinya tetap tak terhindar dari gigitan makhluk hidup berbahaya itu.

Ular memang tak bisa ditebak keinginan hingga aksinya.

Kini sosok Aji Rachmat tinggal kenangan meski sudah sangat berjasa dalam dunia satwa liar itu.

Aji Rachmat merupakan seorang pria yang lulus di universitas terbaik di Indonesia.

Ia mendedikasikan dirinya untuk bekerja sebagai pawang ular di Yayasan Sioux Ular Indonesia.

Melansir dari TribunnewsWiki.com, Aji Rachmat merupakan lulusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada 2001.

Pada 2003, ia merintis Yayasan Sioux Ular Indonesia.

Ia mulai menjadi ketua pada 2010.

Selama hidupnya, Aji Rachmat juga dikenal aktif mengikuti Gerakan Pramuka.

Dikenal sebagai pawang ular yang handal, Aji Rachmat pernah mengikuti beberapa kursus.

Di antaranya adalah kursus snake handling yang kini menjadi keahliannya.

Ia tercatat pernah menjadi Ketua Bidang Pembinaan dan Pengembangan, Dewan Kerja Daerah D.I.Y (2000-2002) dan Ketua Bidang Pembinaan dan Pengembangan, Dewan Kerja Nasional (2002-2003).

Aji Rachmat berakhir meregang nyawanya karena gigitan ular kobra saat mengisi pelatihan pada Minggu (12/2/2023) sore.

Sebelumnya, kabar duka tersebut dibagikan akun Instagram resmi Sioux Indonesia, @ular_indonesia.

Dari unggahan itu, diketahui Aji Rachmat meninggal dunia di RS Ulin Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada Selasa (14/2/2023) pukul 01.32 WITA.

"Semoga semua perbuatan amal baiknya melapangkan kuburannya, dibukakan pintu maaf seluas-luasnya atas kesalahan beliau baik disengaja atau tidak.

Keluarga dan sahabat yang ditinggalkan ikhlas dan sabar. Aamiin," tulis pesan di kolom caption.

Sementara itu, penyebab kematian Aji Rachmat dikabarkan karena ia digigit ular kobra.

Melansir dari TribunBanjarmasin.com, Aji Rachmat digigit ular kobra saat mengisi pelatihan penanganan ular pada Minggu (12/2/2023) sore.

Di acara itu, Aji Rachmat melatih para petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (Kalselteng).

Namun, insiden tak terduga terjadi di tengah-tengah acara pelatihan.

"Kita juga kaget dan sebenarnya tidak menyangka dengan insiden itu," kata Ketua Tim Animal Rescue Banjarmasin, drh Anang Dwijatmiko, dikutip dari TribunBanjarmasin.com.

"Ini merupakan insiden pertama di tempat kita, apalagi saat gelaran pelatihan," tambahnya.

Menurut kronologi yang ia ungkap, acara awalnya berjalan dengan lancar.

Namun, di sesi berikutnya tiba-tiba ular menjadi agresif hingga menggigit tangan kanan Aji Rachmat.

Ia menduga ular tersebut stres lantaran banyaknya peserta dan ruang lingkup yang sempit.

"Kemungkinan ularnya stres dan tidak bisa dikendalikan, alhasil sifat liarnya muncul," jelasnya.

Nyawa Aji Rachmat akhirnya tak tertolong lantaran obat penawar berupa serum ular terlambat diberikan.

Baca juga: Kronologi Asisten Panji Petualang Tewas Dipatuk King Kobra, Sempat Muntah dan Sadar

Jenazah Aji Rachmat telah disemayamkan di tempat asalnya, Yogyakarta.

Ia dimakamkan di Taman Makam Suci, Suren, Panggungan, Tribanggo, Sleman, Yogyakarta.

Sudah banyak kejadian, ular King Kobra bisa menghabisi nyawa manusia dalam sekejap saja.

Tak memandang orang itu merupakan ahli atau pakar ular yang biasanya mengoleksi berbagai jenis ular.

Salah satu yang viral beberapa waktu lalu adalah kematian seorang pria yang diketahui merupakan pawang dan pakar ular.

Ia mengoleksi beragam jenis ular di rumahnya.

Namun pada akhirnya ular-ular tersebut menjadi senjata makan tuan baginya.

Seekor King Kobra akhirnya menjadi pembunuh pria yang tinggal di Trenggalek, Jawa Timur.

Padahal sudah dirawat sampai 8 tahun, King Kobra itu memilih menghabisi majikannya.

Seperti pantauan Tribun Jatim di lapangan, Imam tewas pada Minggu 23 Oktober 2022 malam setelah digigit King Kobra peliharaannya saat hendak mengganti air minum ular pada dini hari.

Seketika itu, kondisi Imam tak sadarkan diri hingga dinyatakan meninggal dunia.

Dua ular King Kobra yang menggigit Imam kini telah dievakuasi oleh petugas Satpol PP dan Damkar.

Namun ternyata, kisah hidup Imam Rokhani alias Kawul saat menghadapi ular cukup menarik.

Puji Setiawan, sahabat Kawul bercerita, jika Imam Rokhani sempat menyampaikan pasrah jika suatu saat ular peliharaannya menggigitnya.

Imam ketika itu mengatakan hal tersebut adalah risiko memelihara ular berbisa.

“Almarhum memiliki prinsip dan sudah pasrah. Apabila suatu saat ia mati digigit ular, itu sudah menjadi resiko dan dia pasrah,” terang Puji Setiawan.

Ditemukan beberapa tahun lalu ular King Kobra yang merenggut nyawa Imam Rokhani, pertama kali ditemukan di permukiman warga yang berada di Dusun Jombreng, Desa Senden, Kecamatan Kampak, Trenggalek.

Awal ditemukan beberapa tahun lalu, ular berbisa tersebut masih sepanjang sekitar tiga meter.

“Pertama ditemukan dulu, panjang ular King Kobra tersebut sekitar tiga meter. Setelah beberapa tahun dirawat, sekarang sekitar 5 meter lebih,” ujar Puji.

Karena dinilai membahayakan warga, Imam membawa pulang King Kobra dan merawat ular tersebut.

“Artinya ular King Kobra yang dirawat oleh Kawul (sapaan akrab almarhum Imam) sudah selama delapan tahun,” ujar Puji yang akrab disapa Ompong.

Selama dipelihara, dua ekor ular King Kobra itu diberi pakan ular lain yang ukurannya lebih kecil.

Biasanya pemberian pakan dilakukan pada malam hari.

“Yang paling sering memberi makan itu pada malam hari. Terakhir sebelum Kawul meninggal dunia, saya datang memberi ular kecil untuk pakan King Kobra. Tidak ada bahasan penting,” terang Puji.

Pernah digigit hingga cacat Puji juga menceritakan, sekitar 10 tahun silam, Imam pernah digigit ular kobra di tangan bagian kanan.

Saat itu, Imam Rokhani menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soedomo selama sekitar satu bulan.

“Sejak saat itu, tangan kanan almarhum (Imam) mengalami cacat permanen,” terang Puji.

Sejak peristiwa tersebut, sahabat maupun keluarga sempat menyarankan agar Imam untuk tidak bermain dengan ular berbisa.

Saran dari kerabat serta keluarga itu pun diikuti oleh Imam.

Selama sekitar dua tahun, dia tak memelihara ular.

“Selama sekitar dua tahunan, kawul istrahat total tidak menyentuh ular apa pun,” ujar Puji.

Dalam kurun waktu tersebut kondisi Imam sudah sembuh total seperti semula.

Hingga akhirnya, imam kembali diminta oleh warga untuk mengevakuasi ular yang sering masuk kandang ayam.

“Karena sudah sembuh, Kawul tidak mampu menolak ketika diminta untuk mengambil ular yang masuk kandang ayam warga,” ujar Puji.

Sejak saat itu, Imam Rokhani kembali tertarik memelihara ular.

Dia kemudian megevakuasi dua ekor ular King Kobra berukuran besar yang akhirnya menggigit dan merenggut nyawanya.

“Kalau ular jenis sanca atau piton, atau ular lain yang tidak berbisa, dilepasliarkan kembali oleh Kawul,"

"Karena ular King Kobra ini berbahaya, maka dibawa pulang dan dirawat,” ujar Puji.

Menolong tanpa mengharap imbalan Selama hidup, almarhum tidak mau disebut pawang atau dukun.

Apabila ada orang atau kawan yang datang menyebut pawang ular, Imam kecewa.

Selama menolong warga untuk mengevakuasi ular, Imam selalu menolak diberi imbalan.

“Belum pernah sama sekali menerima imbalan, siapa pun yang minta tolong ya ditolong. Saya lebih sering ikut kalau evakuasi ular,” kenang Puji Setiawan.

Menurutnya, Imam Rokhani bekerja serabutan.

Kemudian hasil jerih payahnya digunakan untuk biaya perawatan dua ular King Kobra miliknya, serta untuk kebutuhan pribadinya.

Namun pada akhirnya hidup Kawul berakhir saat malam 23 Oktober ia terakhir memberikan makan dan minum untuk peliharaannya itu.

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com

(Tribunlampung.co.id)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved