Berita Lampung
Dilewati Truk Pasir, Jembatan Usia 51 Tahun Buatan Jepang di Lampung Selatan Ambrol
Atas ambrolnya jembatan yang berusia sekitar 51 tahun tersebut, akses penghubung dua kabupaten di Lampung terputus.
Penulis: Dominius Desmantri Barus | Editor: Robertus Didik Budiawan Cahyono
Tribunlampung.co.id, Lampung Selatan- Satu jembatan penghubung antar dua Kabupaten Lampung Selatan dan Lampung Timur di Provinsi Lampung ambrol, Sabtu (18/2/2023).
Atas ambrolnya jembatan yang berusia sekitar 51 tahun tersebut, akses penghubung dua kabupaten di Lampung terputus.
Alhasil warga harus mencari jalur jalan lain gegara jembatan peninggalan Jepang di Lampung Selatan itu ambrol, yakni dengan memutar supaya bisa melintas.
Jembatan yang ambles tersebut tepatnya berada di Desa Purwotani, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.
Putusnya jembatan sepanjang 12 meter dan lebar 5 meter tersebut juga disebabkan kondisinya yang sudah tidak layak.
Baca juga: Jembatan Way Petanggis Tanah Abang Lampung Utara Putus, 2 Kambing Hanyut
Jembatan ini dibangun pada tahun 1971. Selama 51 tahun jembatan ini jadi akses utama penghubung antara Desa Purwotani Kecamatan Jatiagung, Lampung Selatan dan Desa Sindang Anom, Kecamatan Marga Sekampung, Lampung Timur.
Ambrolnya jembatan diduga karena tidak mampu menahan beban truk colt diesel berplat B 9093 UM muatan pasir sekitar 15 ton.
Akibatnya truk colt diesel berplat Jakarta tersebut jatuh ke dalam sungai yang kedalamannya kurang lebih 6 meter.
Berdasarkan pantauan di lokasi Jembatan Sungai Way Huwi di Desa Purwotani, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan, Minggu (19/2/2023) dari pukul 08.00 WIB-pukul 10.00 WIB truk colt diesel belum dievakuasi dari lokasi.
Ada jalan alternatif yakni melalu jalan dari Desa Komando, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan.
Pengguna jalan atau masyarakat harus melintasi jalan kota baru, lalu melewati jalan di dari Desa Komndo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan, kurang lebih 10-15 km atau diperkirakan sekitar setengah jam.
Menurut seorang warga bernama Bakri, jembatan yang menghubungkan dua kabupaten itu belum pernah tersentuh perbaikan hingga saat ini.
"Jembatan dengan panjang 12 meter dan lebar 5 meter itu kondisinya sangat menghawatirkan bagi pengguna jalan. Bahkan bengunannya sudah miring akibat bagian sayap dan pondasi bangunan sudah ambrol," kata Bakri, Minggu (19/2/2023).
Diceritakannya, jembatan itu dibangun pada tahun 1970 oleh perusahaan PT Mit Segora, dulu yang punya Jepang.
Baca juga: Jembatan Penghubung Lampung Selatan dan Lampung Timur di Jati Agung Patah
Mit Segora itu pergi dari lokasi ini pada tahun 1984, Karena HGU nya habis dan bangkrut.
Jadi Jembatan itu peninggalan orang Jepang diwaktu PT Mit Segora miliknya masih beroperasi.
"Waktu itu orang Jepang mengontrak lahan untuk dibuat pabrik dan ditanami Singkong,Jagung dan Surgum," katanya.
Karena HGUnya antau masa kontraknya habis dan Pailit akhirnya pemilik PT yang diketahui bangsa Jepang itu minggalkan Indonesia pada tahun 1984.
Jadi Jembatan itu dibangun oleh mereka pada tahun 1970 an.
Artinya, jembatan tersebut adalah peninggalan orang Jepang disaat masih mengelola perusahaan di kawasan itu.
Kepala Desa Purwotani Kecamatan Jatiagung Sutrisno mengatakan peristiwa ambrolnya jembatan tersebut terjadi pada siang hari kemarin.
"Beruntung tidak ada korban jiwa, karena pada saat kejadian ada kendaraan melintas tiba-tiba jembatan ambrol," kata Sutrisno, Minggu (19/2/2023)
Akibat peristiwa tersebut, Sutrisno berharap kepada pemerintah daerah maupun provinsi agar segera memperbaiki Jembatan.
Putusnya jembatan yang menjadi akses satu-satunya warga dari dua Desa dua Kabupaten itu tidak bisa dilintasi kendaraan roda empat maupun dua.
Bahkan, warga yang berjalan kaki pun harus memutar arah hingga beberapa kilometer.
"Ya tidak bisa melintas, karena jembatannya cukup panjang dan airnya juga deras," katanya
"Jadi para pejalan kaki juga harus memuter arah nyari jalan alternatif," ujarnya
Selain itu, akibat putusnya jembatan Way Huwi, perkonomian warga menjadi terhambat.
"Di sini kebanyakan warganya yang berjualan dan petani juga. Kalau putus begini mau gimana, kita tidak bisa ikhtiar," ujarnya.
Sementara itu Staf UPT PU-PR Kecamatan Jatiagung, Bani mengatakan pihaknya akan segera berkoordinasi dengan pihak PU-PR Kabupaten maupun BPBD, untuk memperlancar roda perekonomian warga.
"Untuk mempermudah warga yang ingin melintas baik dari Kabupaten Lampung Selatan maupun Kabupaten Lampung Timur.
Saya usulkan agar pemerintah membuat jembatan sementara dulu untuk pejalan kaki dan sepeda motor agar perekonomian masyarakat tidak lumpuh," ujarnya.
( Tribunlampung.co.id / Dominius Desmantri Barus )
Pesawaran Raih Penghargaan Pemerintah Daerah Terbaik di Festival Pesona 2025 |
![]() |
---|
Residivis Curanmor Bersenpi Asal Jabung Diciduk, Polisi Temukan 4 Motor Curian di Rumah Pelaku |
![]() |
---|
Respons Positif Warga Terkait SMA Siger Bandar Lampung Gratis Buat Siswa Tak Mampu |
![]() |
---|
TMMD Ke-125 Di Lampung Tengah Resmi Ditutup, Danrem Gatam Pastikan Warga Rasakan Manfaatnya |
![]() |
---|
Bayi Asal Lampung Selatan Meninggal, Diduga Telat Ditangani Dokter RSUDAM |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.