Wawancara Eksklusif

Bincang Pasutri Lampung Lulus Doktor di Jepang Bagian 1, Ingin Pulang dan Bekerja di Indonesia

Pasangan suami istri asal Lampung, Rofiqul Umam dan Endah Kinarya Palupi, berhasil lulus program doktor di Jepang dengan predikat suma cumlaude

|
Penulis: Riyo Pratama | Editor: soni
Tribunlampung.co.id / Dok.
Kolase foto pasangan suami istri asal Lampung, Rofiqul Umam dan Endah Kinarya Palupi, berhasil lulus program doktor di Jepang dengan predikat suma cumlaude. 

Pihak penyeleksinya ternyata orang Indonesia yang dulu pernah ke Jepang dan memiliki hubungan baik dengan pihak Jepang.

Beasiswanya terfokus untuk beberapa kampus, seperti UI, UGM, dan ITB. Sekarang sudah lebih luas lagi. Dan pada 2016, saya diterima. Dari situlah saya mencari kampusnya.

 

Apa kendala yang dihadapi dalam menempuh pendidikan di Jepang? Mungkin masalah bahasa atau lainnya?

Bahasa menjadi salah satu kendala di awal saya ke Jepang. Karena, tidak semua orang Jepang bisa berbahasa Inggris. Sebelumnya ketika apply (mendaftar) beasiswa, bahasa utama yang kami gunakan adalah bahasa Inggris, bukan bahasa Jepang.

Kalau mau melanjutkan dari SMA ke S1, ada pelatihan bahasa Jepang. Kami ‘kan langsung ke S3, jadi tidak diberikan fasilitas pelatihan bahasa Jepang.

Kesulitannya terutama di penulisan Kanji. Kalau yang lainnya, bisa belajar sendiri, tapi kalau Kanji tidak bisa belajar sendiri. Jadi sempat agak kesulitan berkomunikasi.

 

Bagaimana pertama kalinya merasakan empat musim seperti di Jepang?

Musimnya ada empat. Ada musim semi, panas, semi, dan dingin. Untuk musim panas, tidak terlalu shock culture, sudah terbiasa. Namun, untuk musim dingin, di sini kami merasakan dinginnya berbeda dengan di Indoensia.

Suhu paling rendah -6 di tempat saya. Sekarang sedang peralihan dari musim dingin ke musim semi. Haru, istilahnya dalam bahasa Jepang. Musim ketika bunga sakura bermekaran. Kemungkinan dua pekan ke depan sakura sudah mekar sempurna.

 

Makanan dan minuman di sana seperti apa? Cocok atau tidak di lidah?

Untuk makanan, pertama kali saya ke Jepang mengalami kesulitan, apalagi mencari makanan halal yang sangat susah. Ditambah, keterbatasan informasi. Makanan di sini bumbunya sedikit, dan orang Jepang suka makanan ikan mentah.

 

Halaman
123
Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved