Wawancara Eksklusif

Bincang Pasutri Lampung Lulus Doktor di Jepang Bagian 1, Ingin Pulang dan Bekerja di Indonesia

Pasangan suami istri asal Lampung, Rofiqul Umam dan Endah Kinarya Palupi, berhasil lulus program doktor di Jepang dengan predikat suma cumlaude

|
Penulis: Riyo Pratama | Editor: soni
Tribunlampung.co.id / Dok.
Kolase foto pasangan suami istri asal Lampung, Rofiqul Umam dan Endah Kinarya Palupi, berhasil lulus program doktor di Jepang dengan predikat suma cumlaude. 

Tribunlampung.co.id - Pasangan suami istri asal Lampung, Rofiqul Umam dan Endah Kinarya Palupi, berhasil lulus program doktor di Jepang dengan predikat suma cumlaude.

Keduanya menyelesaikan studi doktor melalui beasiswa di fakultas yang sama di Graduate School of Science and Technology, Kwansei Gakuin University, Japan.

Kini, Rofiqul bergelar lengkap: Ir Rofiqul Umam, S.Si, M.Sc, D.Sc. Sementara Endah bergelar lengkap: Dr Eng Endah Kinarya Palupi, S.Si, M.Si.

Meskipun sama-sama berlatar belakang ilmu fisika murni, tetapi Rofiqul dan Endah mengambil topik riset berbeda.

Rofiqul yang berlatar Departemen Ilmu Fisika, Universitas Gadjah Mada (UGM), melanjutkan doktoral dengan topik riset di bidang geoscience (applied science for environment).

Adapun Endah yang berasal dari Departemen Biofisika, Institut Pertanian Bogor (IPB), melanjutkan doktoral dengan topik riset di bidang nanotechnology (material electronic).

Keduanya masih tinggal di Jepang dan bekerja sebagai research assistant professor di kampus mereka.

Bagaimana cerita mereka melanjutkan pendidikan doktor di Negeri Sakura? Berikut Wawancara Eksklusif Tribun dengan Rofiqul Umam secara daring melalui aplikasi Zoom.

 

Ini pertama kalinya ke Jepang atau sebelumnya sudah pernah?

Seumur hidup saya belum pernah ke luar negeri. Jadi, pertama kalinya ke luar negeri, langsung ke Jepang.

 

Bagaimana awalnya mengambil doktoral di Jepang?

Saya ke Jepang saat belum menikah. Statusnya masih pacaran sama istri. Jadi, awalnya, saat saya sedang menyelesaikan tesis S2 di UGM, jurusan matematika, saya melihat ada pengumuman beasiswa S3 di Jepang di papan mading (majalah dinding) Departemen Fisika. Jika ingin mendaftar, dipersilakan menghubungi alamat email yang tertera.

Di situ saya coba kirim email. Sebelumnya saya tidak memiliki mimpi untuk sampai ke jenjang S3. Namun, karena ada kesempatan, tidak ada salahnya mencoba.

Pihak penyeleksinya ternyata orang Indonesia yang dulu pernah ke Jepang dan memiliki hubungan baik dengan pihak Jepang.

Beasiswanya terfokus untuk beberapa kampus, seperti UI, UGM, dan ITB. Sekarang sudah lebih luas lagi. Dan pada 2016, saya diterima. Dari situlah saya mencari kampusnya.

 

Apa kendala yang dihadapi dalam menempuh pendidikan di Jepang? Mungkin masalah bahasa atau lainnya?

Bahasa menjadi salah satu kendala di awal saya ke Jepang. Karena, tidak semua orang Jepang bisa berbahasa Inggris. Sebelumnya ketika apply (mendaftar) beasiswa, bahasa utama yang kami gunakan adalah bahasa Inggris, bukan bahasa Jepang.

Kalau mau melanjutkan dari SMA ke S1, ada pelatihan bahasa Jepang. Kami ‘kan langsung ke S3, jadi tidak diberikan fasilitas pelatihan bahasa Jepang.

Kesulitannya terutama di penulisan Kanji. Kalau yang lainnya, bisa belajar sendiri, tapi kalau Kanji tidak bisa belajar sendiri. Jadi sempat agak kesulitan berkomunikasi.

 

Bagaimana pertama kalinya merasakan empat musim seperti di Jepang?

Musimnya ada empat. Ada musim semi, panas, semi, dan dingin. Untuk musim panas, tidak terlalu shock culture, sudah terbiasa. Namun, untuk musim dingin, di sini kami merasakan dinginnya berbeda dengan di Indoensia.

Suhu paling rendah -6 di tempat saya. Sekarang sedang peralihan dari musim dingin ke musim semi. Haru, istilahnya dalam bahasa Jepang. Musim ketika bunga sakura bermekaran. Kemungkinan dua pekan ke depan sakura sudah mekar sempurna.

 

Makanan dan minuman di sana seperti apa? Cocok atau tidak di lidah?

Untuk makanan, pertama kali saya ke Jepang mengalami kesulitan, apalagi mencari makanan halal yang sangat susah. Ditambah, keterbatasan informasi. Makanan di sini bumbunya sedikit, dan orang Jepang suka makanan ikan mentah.

 

Makanan Indonesia apa yang dikangeni selama berada di Jepang?

Saya sering kangen gudeg (makanan tradisional di Yogyakarta).

 

Anda lulus dengan predikat suma cumlaude atau sempurna. Apa resepnya?

Kuncinya harus tekun dan fokus dalam belajar dan mencari informasi. Jangan takut mencoba.

 

Apa target selanjutnya? Apakah tetap ingin melanjutkan pendidikan di Jepang atau ada negara lain yang dituju?

Saya bercita-cita untuk pulang ke Indonesia dan mendapat pekerjaan yang layak sesuai bidang saya. Saya juga ingin membagikan hasil riset dan ilmu saya kepada masyarakat Indonesia.

 

Ada pesan untuk anak-anak muda di Indonesia, khususnya di Lampung, agar bisa mengikuti jejak kalian?

Semangat dan jangan takut bercita-cita. Mulailah secara aktif mencari informasi beasiswa, karena terdapat banyak sekali beasiswa yang tidak kita ketahui.

( Tribunlampung.co.id / Riyo Pratama )

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved