Berita Lampung

Istri Kelelahan Tolak Melayani Suami Jelang Sahur, Akhirnya Tewas Dibunuh

Terlalu kesal gegara penolakan, suami melakukan penganiayaan terhadap istrinya hingga tewas.

Tribunlampung.co.id/Fajar Ihwani Sidiq
Ilustrasi garis polisi. Suami kesal nekat bunuh istri gara-gara tolak melayani jelang sahur. Kejadian nahas itu di Pesawaran, Lampung. 

Tribunlampung.co.id, Pesawaran - Nasib nahas dialami seorang istri yang tewas di tangan suaminya sendiri.

Suami tersebut murka gara-gara sang istri tolak melayaninya jelang sahur.

Terlalu kesal gegara penolakan, suami melakukan penganiayaan terhadap istrinya hingga tewas.

Kejadian istri tewas dibunuh suami ini di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

Seorang istri di Pesawaran, Lampung tewas di tangan suaminya sendiri hanya gara-gara tolak melayani jelang sahur.

Sang suami di Pesawaran Lampung ini emosi hingga tega membacok istri sendiri karena sempat menolak keinginannya.

Baca juga: Istri di Lampung Tewas Dibunuh Suami Gegara Tolak Melayani dengan Alasan Kelelahan

Suami tersebut kalap hingga membuat istri tewas kehabisan darah.

Kejadian suami bunuh istri ini pada Senin (17/4/2023) dini hari sekira pukul 02.00 WIB.

Peristiwa nahas suami bunuh istri terjadi di Desa Tri Rahayu, Kecamatan Negeri Katon, Pesawaran.

Kejadian pembunuhan dibenarkan Kapolsek Gedong Tataan, Polres Pesawaran, Polda Lampung Kompol Hapran, pada Senin (17/4/2023).

Hapran mengungkapkan, pelaku pembunuhan Ardiansyah (33), sedangkan korban istrinya sendiri Endang Suwarsih (30).

Hapran menceritakan kronologi perstiwa pembunuhan tersebut saat menjelang sahur.

Pelaku (suami) mememinta istrinya (korban) melayaninya dengan memasak sayur ayam untuk makan sahur.

Sebab pelaku sebelumnya telah menyembelih seekor ayam yang akan dimasak untuk lauk makan sahur.

Namun, istri dari pelaku menolak karena mengeluh kelelahan.

Baca juga: Mengeluh Kelelahan saat Diminta Masak Sayur Ayam untuk Sahur, Suami di Pesawaran Bunuh Istri Sendiri

“Mengetahui hal tersebut, kemudian pelaku naik pitam dengan memaki-maki korban,” ucapnya.

Disaat yang bersamaan, pelaku yang sedang marah malah mengambil sebilah golok dan mengamuk di halaman belakang dengan menebaskan golok pada pohon pepaya.

Ibu pelaku yakni Aminah (60) yang kala itu mendengar dan melihat keributan berinisiatif memasak ayam yang diminta oleh anaknya.

Hapran melanjutkan, setelah melihat sayur telah masak, korban pun menawarkan kepada pelaku untuk makan sahur.

“Akan tetapi korban malah dimaki-maki oleh pelaku saat menawarkan sayur kepada suaminya,” jelasnya.

Pelaku sudah tidak berselera untuk makan dan malah tambah memaki korban.

“Saat itu pelaku bertambah marah dengan mengejar korban yang telah berlari keluar rumah dengan mengacungkan goloknya,” ucap Hapran memberikan keterangan.

Dikatakan Hapran, pembunuhan dilakukan di halaman rumah mereka dengan cara dibacok pada bagian tubuh korban berulang-ulang.

“Akibat kehilangan banyak darah akibat bacokan di sekujur tubuh korban, kemudian korban dinyatakan meninggal,” paparnya.

“Ada banyak luka pada bagian tubuh korban yang menyebabkan korban meninggal dunia,” tambah Harpan.

Lanjut dia, peristiwa tersebut pun mengundang banyak warga yang melihat.

Sehingga warga setempat langsung menghubungi Polsek Gedong Tataan untuk menangkap pelaku.

Tak berselang lama, pelaku berhasil diringkus usai mengamuk oleh polisi dan warga.

Kini pelaku telah diamankan di Mapolres Pesawaran untuk dilakukan diselidiki motif pembunuhannya.

Hapran mengatakan, pelaku sebelumnya pernah memiliki riwayat gangguan jiwa pada tahun 2017.

Pelaku juga pernah dilakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung.

Pasutri di Pesawaran Dibunuh Dukun Pengganda Uang Banjarnegara

Pasangan suami istri ( pasutri ) yang dikenal sebagai perajin tapis di Pesawaran Lampung harus mengalami nasib nahas.

Niat pasutri perajin tapis mendapat keuntungan malah harus kehilangan nyawa akibat ulah Mbah Slamet, penipu dan pembunuh yang bekedok sebagai dukun pengganda uang di Banjarnegara, Jawa Tengah.

Jenazah pasutri asal Pesawaran Lampung ini ditemukan setelah kekejaman Mbah Slamet, dukun pengganda uang Banjarnegara terbongkar.

Itu setelah kurang lebih dua tahun pasutri asal Pesawaran tersebut pamit ke keluarganya untuk pergi bekerja, sejak 2021 silam.

Jenazah pasutri ini telah dibawa pulang ke rumah duka di Desa Tanjung Rejo, Pesawaran Lampung.

Atas tewasnya pasutri ini tetangga merasa kehilangan.

Tetangga kenang Irsad dan istri sebagai perajin tapis yang ulet dan baik.

Hal tersebut disampaikan oleh Tukidi, warga Dusun Simbaretno, Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Negeri Katon yang merupakan tetangga Irsad pada Sabtu (8/4/2023).

Tukidi mengatakan, dirinya mengenal betul almarhum Irsad sebagai perajin terkenal di Desa Tanjung Rejo, juga di Kabupaten Pesawaran.

Bahkan, Irsad penah membuat dan memberikan peci tapis buatannya kepada masyarakat setempat.

“Yang saya pakai ini merupakan peci tapis buatannya,” ucap Tukidi kepada Tribun Lampung.

Tukidi menyebut, sosok Irsad adalah pengusaha yang tekun dalam merintis usaha.

Bahkan, Irsad memiliki usaha sendiri di rumah dengan membuka kursus dan pelatihan membuat tapis.

Sebelum kepergiannya, Irsad telah membuat bangunan yang nanti menjadi rumah produksi untuk membuat tapis.

Bangunan tersebut belum selesai, dan berhenti dibangun pada tahun 2021.

“Masih belum selesai, tinggal pasang rolling door dan perlengkapan lainnya,” tutur Tukidi.

Saat itu Tukidi memaparkan, usaha produksi tapis Irsad sudah mulai maju.

Bahkan Irsad telah memiliki beberapa pekerja yang membantu usahanya tersebut.

“Bangunan yang berada di depan rumahnya kini telah terbengkalai dan tidak dilanjutkan pembangunannya,” jelasnya.

“Padahal itu akan dipakai untuk jadi tempat kerjanya,” imbuh Tukidi.

Dan pada akhirnya pembangunan produksi tapis terhenti sejak Irsad dan istri pergi merantau ke Jawa di tahun 2021.

Tukidi mengatakan, Irsad dan istri adalah sosok yang ramah.

Dikatakannya, almarhum Irsad adalah sosok yang mudah berinteraksi dengan lingkungan.

“Bahkan jadi pribadi yang relegius,” kata dia.

Dengan peristiwa yang menimpa tetangganya tersebut menjadi cerminan bagi dirinya serta masyarakat lainnya.

Untuk tidak melakukan hal serupa, yakni percaya dengan hal-hal di luar nalar.

“Saya tidak menyangka dengan kepergian orang sebaik dia,” pungkasnya.

(Tribunlampung.co.id/Oky Indra Jaya)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved