Berita Viral

Nasib 2 Bocah di Lampung Tengah Hidup Bersama Nenek karena Ibu Meninggal Dibunuh Ayah

Peristiwa kelam tersebut terjadi pada 2015 silam dimana sang ayah di Lampung Tengah ini kalap aniaya ibu dua bocah tersebut di hadapan anak-anaknya.

Tribunlampung.co.id/Fajar Ihwani Sidiq
Sulastri selaku nenek yang menanggung hidup dua bocah yang ibunya meninggal karena dianiaya ayah hingga meninggal pada 2015 silam. 

Tribunlampung.co.id, Lampung TengahBeginilah nasib dua bocah di Lampung Tengah hidup bersama nenek renta karena ibunya meninggal dibunuh ayah.

Peristiwa kelam tersebut terjadi pada 2015 silam dimana sang ayah di Lampung Tengah ini kalap aniaya ibu dua bocah tersebut di hadapan anak-anaknya.

Ibu kedua bocah di Lampung Tengah ini sempat menjalani perawatan medis namun tidak tertolong hingga meninggal dunia selang 7 hari penganiayaan.

Kedua bocah tersebut berinisial Ta dan Sa sempat viral karena meminta bantuan kepada Presiden Jokowi dan Kapolri Listyo Sigit Prabowo.

Kedua bocah ini menginginkan ayahnya ditangkap karena setelah peritiwa penganiayaan akibatkan sang ibu meninggal, ayahnya masih melenggang bebas.

Disamping itu sang ayah kabur. Sehingga kedua bocah ini hanya tinggal bersama sang nenek, bernama Sulastri.

Paska peristiwa naas yang disaksikan langsung oleh kedua bocah itu, hingga saat ini mereka tidak pernah bertemu atau berhubungan dengan sang ayah Rangga Prayoga selama 7 tahun.

Kekecewaan Ta dan Sa kepada ayahnya yang tega menganiaya ibu hingga meninggal. Parahnya lagi sang ayah menelantarkan mereka.

Sulastri selaku nenek mengatakan, sejak peristiwa nahas itu, Ta yang kini duduk di bangku kelas VI SD harus membantu dirinya bekerja sebagai buruh serabutan tebas tebu.

Sebab Sulastri yang sudah tua  hanya kerja sebagai buruh kasar panggilan. Kondisi itu memaksa dua cucunya harus tegar menghadapi pahitnya kehidupan.

"Kalau ada orang nyuruh ya saya kerja, misal musim panen tebu, saya bisa mendapat uang Rp 80 - 100 ribu," kata Sulastri kepada Tribunlampung.co.id, Senin (24/7/2023).

Dengan kondisinya saat ini, Sulastri mengaku penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari.

Apa lagi ketika tidak ada panen tebu, Sulastri harus hilir mudik mencari apa yang bisa dikerjakan seperti buruh semprot tebu atau memupuk singkong dengan upah sekedarnya.

"Semoga rejekinya lancar terus dan dua cucu yang saya rawat masa depannya baik," harapnya.

Sulastri menceritakan, apa yang dialami kedua bocah ini bermula tahun 2015 saat bulan ramadhan.

Mereka berkumpul untuk buka puasa bersama, dengan status ayah dan ibu telah bercerai.

Saat itu sulastri sedang pergi bekerja membuat kue untuk lebaran.

"Saya baru mau mulai kerja, tau-tau saya dipanggil suruh pulang. Setibanya di rumah pukul 21.00 WIB  Sutrisnawati (Ibu) sudah terkapar bersimbah darah dihadapan kedua anakny," ujarnya.

"Saya masih sempat merawatnya (Ibu 2 bocah) saat dirawat di rumah sakit selama 7 hari, sebelum akhirnya meninggal," tambahnya.

Menurut  Sulastri, saat masih dalam perawatan ibu dari dua bocah tersebut sempat siuman.

Sulastri pun mencoba menanyakan apa yang terjadi padanya.

Namun sang ibu enggan menceritakan yang terjadi hingga menghembuskan napas terakhir.

"Sang ibu sebelum meninggal hanya berwasiat, jangan sampai Ta dan Sa dibawa ayahnya," kata Sulastri.

Sehingga, kata Sulastri, sampai kini jika ada yang ingin meminta izin untuk membawa dan merawat dua cucunya, dirinya tidak mengizinkan.

Sulastri menyebut, jika Ta dan Sa akhirnya meminta bantuan pada presiden dan kapolri karena sang ayah tak kunjung tertangkap.

Sejak dilaporkannya kejadian itu pada 2015 lalu, tidak ada tindakan bahkan sang ayah masih berkeliaran bebas tanpa tanggung jawab.

"Ta, Sa, dan keluarga besar sudah setuju jika sang ayah ditangkap dan dipenjara. Namun tidak ada kepastian dari polisi hingga saat ini," tandasnya. (Tribunlampung.co.id/Fajar Ihwani Sidiq)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved