Mata Lokal Memilih
Petrus Tjandra Optimis Soal Kemandirian Pangan dan Kesejahteraan Petani di Lampung
Desa Sendang Mukti dan Sendang Asri, Lampung Tengah, menjadi saksi keberhasilan Kartawan memanen padi varietas unggul MSP65.
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: Kiki Novilia
Tribunlampung.co.id, Lampung Tengah - Desa Sendang Mukti dan Sendang Asri, Kecamatan Sendang Agung, Lampung Tengah, menjadi saksi keberhasilan Kartawan memanen padi varietas unggul Mari Sejahterakan Petani (MSP65) di lahan demplot seluas 4 hektar.
Produktivitasnya itu bahkan menghasilkan 7,5 ton gabah basah per hektar dan secara riil gabah kering mencapai 6 ton per hektar.
Hasil panen ini membawa harapan bagi kemandirian pangan dan peningkatan taraf hidup petani setempat.
“Setelah akhir Mei lalu kita semai padi, panen MSP65 di lahan demplot seluas empat hektar ini memuaskan,” ujar Petrus Tjandra yang turut memantau aktivitas panen di Desa Sendang Asri, Lampung Tengah, Sabtu (5/8/2023).
Hasil panen pada demplot pertama di Lampung ini akan didistribusikan kepada petani di Lampung.
“Kita perbanyak benihnya. Untuk lahan demplot seluas 4 hektar menghasilkan 20 ton benih dengan asumsi kebutuhan benih antara 17.5 – 20 kilogram per hektar, maka benih MSP65 ini bisa ditanam di lahan seluas 1.000 hektar dengan harapan semakin luas manfaat yang bisa dinikmati oleh masyarakat Lampung,” ucap Petrus optimis.
Semakin meluasnya penyebaran benih padi MSP65 di Lampung, diharapkan produktivitas padi tetap terjaga dan bahkan meningkat.
Langkah ini diharapkan dapat mendorong kemandirian pangan serta meningkatkan taraf hidup para petani, yang merupakan tulang punggung dalam pembangunan pertanian Lampung.
Keunggulan umur panen relatif cepat berkisar 65-70 hari dari benih padi MSP65 menurut Kartawan memberikan keuntungan bagi petani.
Kartawan menjelaskan, secara umum biasanya Musim Tanam (MT I) di awali pada Bulan November yang identik dengan musim penghujan biasanya akan berakhir dengan panen di pertengahan atau akhir Februari.
Untuk MT II di mulai awal atau pertengahan Maret – akhir Juni yang identik dengan musim kemarau atau gadu, dan untuk MT3 diawali Bulan Juli – Akhir Oktober.
“Hasil panen 6 ton riil perhektar ini untuk MT II sudah sangat bagus, karena angka segitu (red: 6 ton) biasanya untuk panen MT I (musim hujan). Rata-rata padi di Lampung akan panen dalam usia 95 – 100 hari setelah tanam artinya masih lebih cepat 20 – 25 hari panennya,” jelas Kartawan.
Kendati mengakui adanya keterlambatan dalam perkiraan panen, disebabkan oleh faktor alam seperti serangan hama walang sangit dan air yang terlalu banyak, Kartawan tetap bangga akan kualitas benih MSP65.
“Panen kali ini kami menggunakan pupuk cair organik dan tambahan pupuk non subsidi. Seneng sekali karena hasil panennya memuaskan. Setelah panen ini saya berharap semua petani sendang tanam MSP65,” lanjutnya.
(Tribunlampung.co.id/ rls)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.