Kesehatan

Penyebab dan Cara Atasi Kejang pada Anak

dr Huminsa Ranto, Sp.A, M.Sc mengatakan, dalam dunia medis, step adalah kejang demam yakni kejang disertai dengan demam.

Penulis: Jelita Dini Kinanti | Editor: Reny Fitriani
Dokumentasi
dr Huminsa Ranto, Sp.A, M.Sc. Penyebab dan cara atasi kejang pada anak. 

Obat anti kejang dimasukan dalam dubur karena saat kejang mulut anak tidak boleh dimasukan apapun untuk menjaga agar jalan nafas tetap lancar.

Ada juga obat anti kejang oral yang diberikan pada anak saat demam anak 38,5 derajat celcius walaupun sudah diberikan obat penurun panas rutin dan banyak minum air putih selama 2-3 hari

Pemberian obat anti kejang oral ini bertujuan untuk mencegah anak alami kejang. 

"Saya selalu mengatakan ke ibu-ibu, kalau anaknya demam langsung ukur suhu tubuhnya, dan apabila saat diukur suhu tubuh anak sudah sampai 37,5 derajat celcius langsung berikan obat penurun panas  rutin setiap 6 jam sekali selama 2-3 hari disertai banyak minum air putih," ujar dr Ranto.

Selain memberikan obat penurun panas, lanjut dr Ranto, anak juga harus diberikan obat untuk mengatasi penyebab demamnya.

Misal anak alami demam karena batuk pilek, maka berikan obat untuk mengobati batuk pileknya.

Kejang demam tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena risikonya anak bisa alami gangguan otak

Kejang Berulang Tanpa Demam (Epilepsi)

Ada kejang berulang tanpa disertai demam yang disebut epilepsi, dan setelah kejang anak akan langsung sadar. 

dr Ranto menjelaskan 90 persen epilepsi itu idiopatik yang artinya penyebabnya tidak diketahui secara pasti, dan hanya 10 persen penyebab epilepsi yang diketahui seperti  gangguan elektrolit serta kelainan sindrom.

Terhadap penderita epilepsi dokter akan melakukan pemeriksaan electroencephalography (EEG) dan CT scan dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada sesuatu dikepalanya yang menyebabkan epilepsi.

"Salah satu penyebab epilepsi yang sering saya temukan setelah melakukan ct scan adalah hidrosefalus," kata dr Ranto.

Anak-anak yang mengalami epilepsi akan diberikan pengobatan monoterapi yaitu pemberian satu jenis obat, dan pemberian dosis obat ini dimulai dari paling rendah dulu lalu akan dinaikan secara bertahap dengan melihat kondisi.

Pemberian obat akan diberikan selama 2 tahun, dan selain pemberian obat, dokter juga akan meminta pasien untuk rutin kontrol sebulan satu kali.

Setelah 2 tahun biasanya akan bebas kejang dan pemberian obat dihentikan, namun ada beberapa anak yang kejangnya bisa kambuh lagi.

Contohnya dr Ranto pernah bertemu dengan pasien yang di tahun 2019 sudah bebas kejang tapi di tahun 2023 kejangnya kambuh sehingga pasien ini harus diberi obat lagi 

"Epilepsi tidak bisa dibiarkan karena akan membuat anak mengalami gangguan otak, gangguan perkembangan, IQ dan daya tangkap rendah, serta keterlambatan bicara," tutup dr Ranto.

(Tribunlampung.co.id/Jelita Dini Kinanti)

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved