Berita Lampung

27 Keluarga Miskin Pesisir Barat Dihapus dari DTKS sehingga Tak Terima Bantuan Lagi

Surat pernyataan untuk menghapus keluarga miskin penerima PKH dari DTKS di Dinas Sosial Pesisir Barat itu disinyalir dipalsukan oleh oknum pemerintah.

Tribunlampung.co.id/ Saidal Arif
Kondisi rumah warga Pesisir Barat Lampung yang dihapuskan dari penerima PKH. Sebanyak 27 keluarga miskin dihapus dari DTKS hingga tak terima bantuan lagi dari pemerintah. 

Tribunlampung.co.id, Pesisir BaratPenghapusan data keluarga miskin dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) diduga sarat dengan tindak pidana.

Surat pernyataan untuk menghapus keluarga miskin penerima PKH dari DTKS di Dinas Sosial Pesisir Barat itu disinyalir dipalsukan oleh oknum pemerintah setempat.

Baca juga: Kades Diduga Palsukan Tanda Tangan, 27 Keluarga Miskin di Pesisir Barat Tak Terima PKH

Baca juga: Pelaku Terkait Brio Merah di Lampung Selatan Kini Hanya Bisa Duduk di Kursi Roda

Sehingga keluarga miskin Pesisir Barat yang tadinya sebagai penerima PKH, tidak tahu alasan dirinya tak lagi terima bantuan pemerintah.

Sebab yang mereka tahu hanya bantuan yang tadinya didapat tidak diterima lagi. Padahal kondisi kehidupannya masih memprihatinkan.

Diketahui sebanyak 27 keluarga kurang mampu di pekon Way Napal Kecamatan Krui Selatan, Pesisir Barat, Lampung dihapuskan dari daftar penerima bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH).

Penghapusan penerima PKH di Pesisir Barat, Lampung itu diduga dilakukan oleh pemerintah setempat tanpa alasan yang jelas.

Akibatnya, semua bantuan sosial yang pernah diterima ke-27 kepala keluarga itu terpaksa putus.

Berdasarkan pantauan Tribun Lampung, salah satu warga yang dihapus dari daftar penerima yakni Saripah.

Ukuran rumahnya kecil, dindingnya terbuat dari kayu sederhana dan sudah bolong di berbagai sudut.

Di rumah semi permanen tersebut, Saripah harus berbagi tempat bersama suami dan 10 orang anaknya.

Peralatan elektronik yang ada di dalam rumah nampak hanya sebuah televisi tua yang ada di ruang tamu.

Ruang tamu itu juga difungsikan sekaligus sebagai tempat menyimpan perabot rumah tangga dan tempat menggantungkam baju.

"Di rumah ini saya tinggal bersama 10 orang termasuk suami," ungkapnya, Kamis (16/11/2023).

Jangankan untuk merenovasi rumah agar lebih layak untuk mencukupi makan sehari-hari saja mereka masih kekurangan.

Sebab Saripah hanya bekerja sebagai buruh serabutan. Ia sering upahan untuk menggarap sawah sedangkan suaminya bekerja sebagai tukang.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved