Hari Ibu di Bandar Lampung
Debu Batu Bara Dikeluhkan Warga, PT SME Janji Beri Kompensasi yang Layak
Direktur PT SME William Budiono mengklaim pihaknya sudah mengoptimalkan upaya pengurangan debu akibat aktivitas stockpile batu bara.
Penulis: Vincensius Soma Ferrer | Editor: Daniel Tri Hardanto
Sejak itu, warga lebih sering menghirup debu batu bara.
Ditambah lagi, kondisi cuaca saat itu pada puncak musim kemarau, sehingga membuat debu makin tebal.
Guntoro mengatakan, polusi dari debu batu bara mengubah kebiasaan masyarakat setempat.
Guntoro mengatakan, dalam sehari masyarakat bisa membersihkan lantai rumah hingga 4-5 kali sehari.
Keluhan masyarakat atas debu batu bara itu sudah kerap disampaikan kepada pihak perusahaan.
Meski demikian, dampak pengurangan debu masih belum bisa dirasakan masyarakat.
Demo di Hari Ibu
Puluhan warga yang didominasi kaum ibu-ibu berdemonstrasi di Jalan Yos Sudarso, Bandar Lampung, Jumat (22/12/2023).
Emak-emak itu tercatat sebagai warga Kelurahan Sukaraja dan Way Lunik, Bandar Lampung.
Mereka berdemo akibat terus merasakan gangguan kesehatan akibat udara yang tercemar karena aktivitas stockpile batu bara.
Unit stockpile batu bara yang dikeluhkan yakni PT SME dan PT GML berdiri di dekat dua daerah tersebut.
Dalam orasinya, warga mengeluhkan gangguan kesehatan seperti pernapasan, pencernaan, dan kesehatan kulit.
"Seperti batuk hingga gatal-gatal," ucap seorang warga dalam orasinya.
Mereka menuntut ada tindak lanjut dari pemerintah akibat gangguan tersebut.
Dengan tegas, mereka meminta agar tidak ada lagi aktivitas stockpile batu bara di wilayah itu.
Mereka khawatir jika aktivitas tersebut tak dihentikan bakal memengaruhi pertumbuhan anak-anak.
Dalam aksinya, puluhan emak-emak itu didampingi oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandar Lampung dan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Lampung.
(Tribunlampung.co.id/V Soma Ferrer)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.