Berita Lampung

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Lupus pada Anak

Lupus adalah peradangan kronis pada berbagai organ tubuh yang disebabkan adanya kondisi autoimun yakni kegagalan sistem imun mengenali diri sendiri, m

|
Penulis: Jelita Dini Kinanti | Editor: Indra Simanjuntak
Tangkap layar
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Alergi Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Reni Ghrahani Majangsari, SpA(K), MKes 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Lupus adalah peradangan kronis pada berbagai organ tubuh yang disebabkan adanya kondisi autoimun yakni kegagalan sistem imun mengenali diri sendiri, menyebabkan diproduksinya antibodi yang menyerang diri sendiri.

Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Alergi Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Reni Ghrahani Majangsari, SpA(K), MKes mengatakan, lupus umumnya ditemukan pada pasien dewasa, namun dapat juga ditemukan pada pasien anak.

"Untuk anak-anak, lupus lebih sering ditemukan pada anak perempuan, khususnya usia remaja, dengan usia paling banyak mengalami lupus adalah 11-12 tahun," kata dr Reni dalam seminar media IDAI, Selasa (7/5/2024).

Lupus dipengaruhi oleh usia dan genetik, selain itu ekspresi penyakit lupus dipengaruhi oleh etnisitas.

Itu sebabnya lupus biasanya ditemukan pada pasien dengan kerentanan genetik, dan dicetuskan faktor lingkungan yang salah satunya adalah matahari, atau infeksi.

"Perlu diketahui, sinar matahari dapat mencetuskan dan memperberat lupus," ujar dr Reni.

Biasanya lupus pada anak memiliki tanda dan gejala yang lebih berat dibandingkan dengan lupus pada pasien dewasa.

Gejala lupus pada anak yakni penurunan berat badan, kelelahan tanpa sebab yang jelas, demam pucat, rambut rontok, morning stiffness atau nyeri badan dan kaku di pagi hari, serta nyeri sendi dan otot.

Lupus juga dapat menimbulkan gejala gangguan saraf, stroke, kejang, gangguan kognitif, demam, penumpukan cairan di rongga paru dan rongga jantung, serta peradangan selaput jantung dan otot jantung.

Gejala lain adalah penurunan sel darah merah atau anemia, sel darah putih, dan trombosit, pembesaran kelenjar getah bening, keterlambatan pubertas, gangguan pertumbuhan kerontokan rambut, kebotakan, gangguan hormon tiroid, pembesaran hati dan limpa, penyakit ginjal, penumpukan cairan di rongga usus, peradangan sendi, serta kaku sendi.

Selain itu lupus dapat menimbulkan gejala luka mulut yang tidak nyeri, yang umumnya terjadi pada 17-22 persen pasien lupus.

Selanjutnya gejala kerontokan rambut, yang dapat mengenai seluruh area kepala tanpa disertai tanda-tanda peradangan di kulit kepala.

Ada juga gejala ruam malar yakni ruam yang khas pada lupus yang berbentuk kupu-kupu pada bagian pipi dan hidung, tanpa mengenai garis senyum.

Gejala bercak diskoid yakni bercak berbentuk seperti koin dengan batas tegas, wana kemerahan, biasanya terdapat kulit di berbagai bagian tubuh, dan tampak mengelupas halus di atasnya.

Lupus juga dapat menimbulkan gejala pada sistem saraf, paru-paru, jantung, sistem pencernaan, ginjal, nyeri sendi, dan gangguan hormon.

Gejala pada sistem saraf yakni nyeri kepala, kejang, gangguan fungsi kognitif, gangguan cemas, depresi, dan halusinasi.

Gejala pada paru-paru yakni penumpukan cairan radang pada lapisan selaput paru (pleura), sesak, dan peradangan paru.

Gejala pada jantung paling sering adalah peradangan selaput jantung (pericarditis), yang jika dipresentasekan adalah 5-38 persen.

Pada jantung ada juga gejala perikarditis meliputi demam, rasa berdebar, nyeri dada terutama saat berbaring, sesak napas, dan suara jantung terdengar melemah.

Kemudian peradangan pada otot jantung (miokarditis) dan gangguan pada katup jantung, serta terdapat juga risiko 4-8 kali lebih besar untuk mengalami penyakit jantung koroner.

Selanjutnya gejala pada sistem pencernaan yakni rasa tidak nyaman di ulu hati, mual, muntah, nafsu makan hilang, diare, dan penumpukan cairan di rongga perut.

Berikutnya gejala pada ginjal adalah gejala yang lebih sering terjadi pada anak dibandingkan dewasa, meliputi tekanan darah tinggi, serta bengkak terutama wajah, perut, dan kaki.

Gejala nyeri sendi adalah bengkak dan nyeri pada sendi-sendi, dan dapat disertai keterbatasan gerak.

Nyeri sendi terjadi pada kedua sisi tubuh dan seringkali memberat di pagi hari (morning stiffness) atau saat setelah lama tidak beraktivitas.

Berikutnya gejala gangguan Hormon paling sering adalah kurangnya hormon tiroid yang karena antibodi yang menyerang kelenjar gondok.

Lupus Neonatal

dr Reni menjelaskan, bayi baru lahir belum tentu terkena lupus, dan kemungkinan sekitar 2 persen bayi terdampak dari ibu dengan penyakit lupus sebagai lupus neonatal.

Ini terjadi karena autoantibodi dari ibu yang memiliki penyakit lupus akan masuk ke dalam tubuh bayi melalui tali pusat.

Kemudian menyebabkan berbagai tanda dan gejala, seperti ruam kulit, gangguan jantung, serta penurunan jumlah sel darah.

Gangguan jantung tersebut berupa gangguan ritme jantung pada bayi yang bersifat permanen.

Dapat juga berupa perlambatan detak jantung janin yang memerlukan terapi berupa pemasangan pacemaker.

Namun ada juga yang dapat sembuh tanpa gejala sisa setelah bayi berusia 6 bulan, bersamaan dengan hilangnya autoantibodi ibu dari peredaran darah bayi.

Kondisi ini dapat dideteksi sejak kehamilan trimester kedua (minggu ke-18 hingga ke-26).

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium berguna untuk diagnosis penyakit lupus, mengawasi perburukan atau perbaikan penyakit lupus, dan kemajuan pengobatan.

Pada saat pemeriksaan laboratorium akan terlihat tanda lupus berupa kurangnya sel darah merah ataun anemia, peningkatan parameter peradangan, kurangnya sel darah putin atau limfopenia.

Peningkatan laju endap darah, kurangnya trombosit, gangguan fungsi hati dan ginjal, kurangnya kadar albumin darah, adanya protein dalam urin, serta adanya sedimen sel darah merah dalam urin.

Lupus Tidak Bisa Sembuh Total

Lupus merupakan penyakit kronis yang tidak bisa sembuh total namun dapat terkontrol.

Pengobatan pasien lupus melibatkan berbagai bidang ilmu seperti reumatologi, nefrologi, kesehatan remaja, psikiatri, psikologi, perawat, pekerja sosial. rehabilitasi medik, dan terapi okupasi.

"Selain itu juga harus menjalani pola hidup sehat, sering olah raga, makan makanan bernutrisi, dan mendapatkan support," ujar dr Reni.

(TRIBUNLAMPUNG.CO.ID)

 

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved