Berita Lampung

Sapi Peternak Lamsel Dibeli Presiden Jokowi untuk Kurban, Sigit Masih Merasa Tidak Percaya

Salah seorang peternak yang sapinya terpilih menjadi kandidat hewan kurban Banpres Joko Widodo adalah milik perternak bernama Sigit warga Lamsel.

tribunlampung/dominius desmantri
BANPRES - Peternak Sigit Riyanto foto bersama sapi miliknya yang menjadi kandidat sapi kurban Bantuan Presiden (Banpres) Joko Widodo di Provinsi Lampung. Sapi tersebut berasal dari Desa Margo Mulyo, Jati Agung, Lampung Selatan. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, LAMPUNG SELATAN - Setiap tahunnya saat perayaan Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Kurban, Presiden Joko Widodo selalu melakukan pemotongan hewan kurban berupa sapi di tiap provinsi di Indonesia.

Biasanya sebulan sebelum hari raya, sapi para peternak diseleksi terlebih dahulu agar memenuhi syarat menjadi hewan kurban.

Di Provinsi Lampung, salah seorang peternak yang sapinya terpilih menjadi kandidat hewan kurban bantuan presiden (Banpres) Joko Widodo adalah milik perternak bernama Sigit Riyanto, warga Dusun I, Desa Margo Mulyo, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan.

Adapun jenis sapi yang terpilih berjenis brangus, berumur kurang lebih 3,5 tahun dan memiliki bobot sekitar 900 kilogram.

Saat ditemui Tribun Lampung, pada Senin (10/6/2024), Sigit mengaku merasa kaget karena sapi miliknya jadi salah satu kandidat sapi kurban bantuan presiden (Banpres).

"Waktu itu saya dikabari teman dari Metro, katanya sapi saya menang jadi sapi kurban bantuan presiden (Banpres). Dia itu ngabarin hari Kamis (6/6) atau Jumat (7/6) malam kemarin kalau nggak salah," kata Sigit.

Menurut Sigit, sebelumnya ada yang menelfon dirinya dan mengaku sebagai staf presiden. Orang tersebut menanyakan harga sapi miliknya.

"Tapi saya nggak mengira kalau sapi saya masuk kandidat sapi kurban bantuan presiden (Banpres) tersebut," sambungnya.

Ia mengaku baru pertama kali mengikuti pemilihan sapi kurban Banpres. Sigit mengatakan, awalnya diajak temannya untuk mendaftarkan sapinya.

"Awalnya saya diajak temen dari Metro ikut pemilihan sapi kurban Banpres. Lalu saya daftarkan sapi ke Puskeswan Jati Agung. Pendaftarannya satu bulan lalu," ujarnya.

Sigit mengatakan, alasannya memilih jenis sapi Brangus karena ia sempat melihat berita bahwa pemenang sapi milik Prabowo tahun lalu jenis Brangus.

Selain itu juga, sapi miliknya tinggal yang jenis Brangus yang belum dijual.

Ia menyebut, sudah merawat sapi tersebut kurang lebih satu tahun lamanya.

"Kalau saya merawatnya kurang lebih sudah satu tahun. Sebelumnya yang ngerawat adik saya di Way Jepara, Lampung Timur. Ia merawatnya sekitar satu tahunan. Pas beli tahun 2020, kata yang jual sapi tersebut sudah berumur kurang lebih 1,5 tahunan," imbuhnya.

Untuk harga sapinya, Sigit mengatakan sekitar Rp 70 juta.

"Kalau saat telfon sama staf presiden deal diharga Rp 70 juta. Tapi masih ada satu tahapan yang mesti dilakukan yakni pemberkasan. Katanya akan dilakukan Kamis (13/6) atau Jumat (14/6) besok. Mereka yang langsung ke sini katanya buat ngecek," kata Sigit.

"Mungkin yang dicek kesehatannya lagi. Mungkin akan ditimbang lagi. Kalau kemarin waktu tes pertama ditimbang bobotnya sekitar 900 kg kurang. Kalau nanti ditimbang lagi InsyaAllah sampai 920 kg sih," sambungnya.

Maka dari itu, ia pun tidak mau langsung berbesar hati karena menurutnya saat ini hasilnya belum mutlak.

"Kalau saya belum berani ngomong sapi saya sebagai pemenangnya. Karena masih ada satu tahapan lagi. Nah kalau saat pemberkasan besok kita dinyatakan menang, baru saya berani ngomong. Karena datanya sudah valid," ujarnya.

Ia menjelaskan, selain dirinya, ada juga kandidat sapi kurban Banpres asal Lampung.

Namun untuk di Lampung Selatan, hanya dirinya yang mewakli.

"Kalau kandidat sapi kurban Banpres ada dari Metro, Pesawaran, Pringsewu, Kotabumi, dan Way Kanan. Kalau nggak salah ada sekitar 6 kandidat. Maka dari itu saya belum berani ngomong kalau sapi saya yang menang. Kalau nantinya pas di pemberkasan kalah, kan nggak enak juga," ucapnya.

Sigit mengatakan, dirinya punya 15 ekor sapi yang mulai diternaknya dari tahun 2018.

"Awalnya tahun 2018 saya menernak tiga sapi. Dari situ sapinya saya jual. Saya belikan sapi lagi. Terus begitu sampai akhirnya sekarang punya 15 ekor. Kalau saya memang konsepnya untuk menabung, bukan untuk dijual. Kalau laku, saya belikan sapi lagi begitu seterusnya," ujarnya.

Untuk jenis sapi peliharaanya ada OP, brangus, dan simental.

Kalau jenis brangus, kata dia, adalah hasil persilangan dari sapi brahman dan angus.

Makanya dikasih nama jenis Brangus.

Dalam sehari, sapi miliknya bisa menghabiskan rumput kurang lebih 300 kg.

"Kalau untuk Brangus bisa menghabiskan 20 kg rumput sehari per satu ekor ekor. Kalau semua sapi miliknya sehari bisa 300 kg rumput. Kebetulan saya menyediakan lahan rumputnya. Selain rumput, sapi saya juga makan kolonjono atau pakcong ditambah sedikit racikan. Saya juga baru belajar," sambungnya.

Sigit menyebut, sejauh ini pihak Puskeswan dan Dinaskeswan Lampung Selatan selalu membantunya merawat sapi-sapinya.

"Kalau dari Puskeswan mereka rutin mengecek kesehatan sapi-sapi di sini. Kemarin pas ngurus berkas dibantu Puskeswan dari Dinaskeswan Lampung Selatan," tambahnya.

Ia berharap sapinya bisa terpilih menjadi sapi kurban Banpres asal Lampung.

"Ya harapannya menang. Jadi bisa membanggakan warga kampung sini juga sekaligus Lampung Selatan. Siapa yang tidak senang kalau sapinya dibeli presiden," pungkasnya. (tribunlampung.co.id/dominius desmantri barus)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved