Lifestyle
Jeni Rahmawati Aktif Menyiarkan Kampanye Anti Kekerasan di Forum Puspa Lampung
Jeni Rahmawati hadir sebagai salah satu aktivis yang memperjuangkan keadilan bagi kaum termarjinalkan.
Penulis: Fenty Novianti | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - DI tengah maraknya kasus kekerasan pada perempuan dan anak, sosok Jeni Rahmawati hadir sebagai salah satu aktivis yang memperjuangkan keadilan bagi kaum termarjinalkan.
Kepeduliannya terhadap isu-isu sosial sudah ia geluti sejak duduk di bangku perkuliahan.
Perempuan yang lahir di bawah kaki Gunung Tanggamus ini menceritakan awalnya, ia mengikuti organisasi IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah) di Universitas Muhammadiyah Lampung.
“Organisasi yang saya ikuti pertama kali yakni IPM, saya terkhusus menangani soal permasalahan pelajar dan perempuan. Kemudian, saya aktif di Forkom Bidikmisi 2014-2017, dan saat ini tergabung dalam organisasi Nasyiatul Asiyiyah di bidang pendidikan, dan juga terlibat aktif di Forum Puspa,” ujar Jeni Rahmawati saat diwawancarai Tribun Lampung, Kamis (27/06/2024).
Diceritakan Jeni, ia acapkali terlibat dalam isu-isu pelajar saat menjabat sebagai pimpinan wilayah bidang pengkajian ilmu pengetahuan di IPM.
Contohnya saja kenakalan remaja dan kasus kekerasan antara guru dan pelajar maupun sebaliknya.
Jeni berperan memberikan edukasi tentang dampak-dampak negatif pada kenakalan remaja, dan jika terdapat laporan ia bergerak cepat untuk ikut melakukan pendampingan terhadap korban.
“Minimal langkah awal yakni edukasi, jika pelaporan baru nanti kita ada penanganan, ada beberapa kasus yang mungkin kita lakukan seperti kenakalan remaja hamil di luar nikah, kita membantu si korban agar dia tak mendapat diskriminasi,” sambungnya.
Selain di IPM, Jeni aktif menyiarkan kampanye anti kekerasan di Forum Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (Puspa) Lampung, di sana ia menjabat sebagai Ketua Koordinator Bidang Media dan Publikasi.
“Selain bekerja di Lazismu yang juga menangani isu sosial, tingkat kemiskinan, ekonomi, lingkungan, saya juga kini aktif di Forum Puspa sejak 2019. Forum ini merupakan perkumpulan organisasi perempuan yang konsentrasinya terhadap kasus kekerasan perempuan dan anak yang menaungi sebanyak 34 organisasi perempuan,” jelasnya.
Sebagai Ketua Koordinator Bidang Media dan Publikasi, ia tak henti mengkampanyekan terkait imbauan tentang kekerasan perempuan dan anak.
“Terus memperingati hari perempuan, hari-hari kekerasan perempuan dan anak. Kemudian kita menjalin kerja sama dengan para stakeholder dan media. Kita juga ada kegiatan sosialisasi dan seminar kemudian diskusi dengan berbagai komunitas,” ungkapnya.
Jeni sendiri menuturkan bagaimana Forum Puspa hadir di tengah masyarakat untuk membantu pendampingan terhadap korban. Bahkan, ia dan para aktivis perempuan lainnya menyiapkan rumah aman bagi korban kekerasan.
“Banyak dari forum yang tergabung di Forum Puspa, itu dari lembaga-lembaga yang konsen melakukan pendampingan, menemani para korban, dan semuanya gratis, dari dampingan psikolog, pendampingan advokat, kami juga menyiapkan rumah aman bagi korban,” tuturnya.
Dikisahkan perempuan 28 tahun ini, memang di Forum Puspa menyasar ke semua lapisan masyarakat.
Mulai dari masyarakat desa seperti ibu-ibu PKK dan para perangkat desa, lalu mereka memiliki program kerja bekerja sama dengan beberapa komunitas, jurnalis, sampai sekolah hingga tingkat universitas.
Mereka biasanya melakukan diskusi publik di Bandar Lampung, tetapi tak hanya daerah kota saja para aktivis perempuan dan anak juga kerap melakukan sosialisasi di berbagai daerah seperti Lampung Timur, Tanggamus dan Pringsewu.
Edukasi Pencegahan Kekerasan
Para aktivis perempuan gencar melakukan edukasi tentang pentingnya pencegahan kekerasan pada perempuan dan anak serta tata cara pelaporan jika terjadi tindak kekerasan.
Jeni menuturkan dengan adanya organisasi atau forum perempuan yang masif, para korban berani melapor tentang kekerasan yang dialaminya. Sementara menurut data dari SIMFONI PPPA, Forum Puspa ini juga membawa dampak signifikan.
“Perubahan paradigma dan mindset korban menjadi berani dilihat dari banyaknya pelaporan menurut data SIMFONI PPPA, sekarang datanya meningkat banyak yang melaporkan, lalu ada kemajuan dari orang- orang yang tidak berani melaporkan lalu berani melaporkan, yang awalnya tidak tahu harus melakukan apa akhirnya tahu,” jelasnya.
Lila-liku Aktivis Perempuan
Seiring dengan perjalanan karirnya, Jeni juga mengalami berbagai lika-liku menjadi seorang aktivis perempuan. Berbagai cacian dan cemoohan kerap menghujaninya. Kendati demikian, ia tak pantang mundur sebab berpegang teguh terhadap prinsip untuk selalu berada di pihak korban.
“Saya perempuan. Saya juga pernah menjadi salah satu yang termarjinalisasikan, atau bahkan pernah menjadi korban. Selama ini saya membela perempuan, hanya cacian dan cemooh yang kami terima selain itu sulitnya adalah memberikan pemahaman kepada korban yang enggan melaporkan karena katanya aib," katanya.
"Kemudian juga beberapa pihak yang terlalu melebih lebihkan membuat pemberitaan yang berdampak membuat korban merasa terpojokkan. Ini menjadi kendala bagi kami yang mendampingi,” terusnya.
Tumbuh dari Organisasi
Jeni merupakan wanita yang suka berorganisasi. Ia tumbuh melalui organisasi yang membesarkannya. Tak heran, ia kerap mendapat penghargaan dan prestasi dalam bidang yang ditekuninya.
“Saya memiliki hobi membaca buku, diskusi dan menulis. Saya pernah berprestasi pada saat SMA memenangkan lomba cipta baca puisi tingkat provinsi. Pada saat sarjana lulusan terbaik tingkat universitas dan tingkat fakultas,” selorohnya.
“Di Lazismu, saya berhasil melakukan fundraising sumur wakaf untuk ponpes tembus Rp 1,5 miliar. Pada tahun 2020 jadi koordinator relawan dan demokrasi dibagian kelompok marjinal, saat ini saya menjabat sebagai Manajer Area di Lazismu Provinsi Lampung, saya aktif di pimpinan Nasyiatul Asiyiyah, Forum Puspa, kemudian di BMOIWI, dan saya sebagai seorang istri,” tuturnya.
Istri Sekaligus Wanita Karir
Menjadi istri sekaligus wanita karir merupakan jalan yang dipilihnya saat ini.
Baginya, walau berstatus sebagai seorang istri, ia tak mengubur impiannya untuk terus berkarir dan terus memberikan dampak kepada masyarakat.
Bukan hanya soal materi, tetapi juga dengan menyebar pemikiran yang akan membawa perubahan untuk menghapus patriarki.
“Pertama saya pengen jadi wanita karir, bagi saya perempuan itu madrasah bagi keluarganya, perempuan itu harus cerdas, perempuan harus punya visi misi ke depan, saya punya pemikiran harus bermanfaat bagi umat, minimal secara pemikiran dan jasa, sekecil apapun kita bisa menjadi agen perubahan,” pungkas Jeni.
(Tribunlampung.co.id/Fenty Novianti)
Puncak Gaming Tempat Bermain Games yang Seru dan Kekinian di Bandar Lampung |
![]() |
---|
Antisipasi Kecanduan Main Game, Dinas PPPA Minta Pengawasan Orangtua dan Guru |
![]() |
---|
Anak Muda Bandar Lampung Senang Main Game Roblox: Banyak Tema yang Dipilih |
![]() |
---|
Tarisa Alfa Aquela Sebut Bermain Game Roblox Seru dan Menyenangkan |
![]() |
---|
Pengamat Ekonomi Sebut QRIS Bagian dari Transformasi Digital |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.