Berita Lampung

Hingga Maret 2024, Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tembus 941 Ribu Orang

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung sebanyak 941,23 ribu orang pada bulan Maret 2024.

Penulis: Vincensius Soma Ferrer | Editor: Teguh Prasetyo
Ilustrasi
peta Lampung 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung sebanyak 941,23 ribu orang pada bulan Maret 2024.

Jumlah itu setara dengan 10,69 persen jumlah penduduk Lampung.

Adapun jumlah itu turun 0,42 persen dibandingkan Maret 2023 atau 29,4 ribu orang.

"Persentase penduduk miskin pada Maret 2024 sebesar 10,69 persen dan menurun 0,42 persen poin dari Maret 2023," kata Kepala BPS Provinsi Lampung, Atas Parlindungan Lubis, Selasa (2/7/2024).

Meski menurun secara komulatif, BPS Lampung mencatatkan terdapat peningkatan jumlah penduduk miskin di wilayah perkotaan.

Secara angka, jumlah penduduk miskin perkotaan di Lampung pada Maret 2024 ada 244,04 ribu orang.

Naik dibanding Maret 2023 yang jumlahnya 232,96 ribu orang.

"Persentase penduduk miskin di kota naik jika dibandingkan Maret 2023 yakni meningkat 0,16 persen," ujar dia.

Sementara masih kata Parlindungan, persentase penduduk miskin di perdesaan pada Maret 2024 menurun jika dibanding tahun sebelumnya.

Jumlah penduduk miskin di perdesaan di Lampung pada Maret 2024 ada 697,19 ribu orang atau turun dari sebelumnya 737,71 ribu orang.

Menurutnya, jumlah itu dihimpun dari hasil analisis Garis Kemiskinan pada Maret 2024 yang tercatat sebesar Rp586.551/kapita/bulan.

Atau bila dihitung dalam komposisi rumah tangga, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga secara rata-rata adalah sebesar Rp2.704.000/rumah tangga.

BPS, menurut Parlindungan, menghimpun beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kemiskinan selama periode Maret 2023 hingga Maret 2024 yang paling dominan adalah pengangguran terbuka.

Hal itu disusul dengan perbandingan nilai tukar petani yang meningkat.

“Persentase perubahan nilai tukar petani pada Maret 2024 meningkat dibandingkan Maret 2023 sebesar 15,42. Pertumbuhan ekonomi Lampung 2024 meningkat dibandingkan 2023 sebesar 3,03 persen,” pungkasnya.

Inflasi Terjaga

Sementara itu Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Irfan Farulian menyebut, pihaknya optimistis inflasi di Lampung akan terjaga hingga akhir tahun 2024.

Angka inflasi yang diperkirakan ada di rentang 2,5 persen (yoy).

"Ke depan, inflasi Indeks harga konsumen di Provinsi Lampung akan tetap terjaga pada rentang sasaran inflasi 2,5±1 persen (yoy) sampai dengan akhir tahun 2024," kata dia, Selasa (2/7/2024).

Namun, angka tersebut akan tepat bila beberapa hal yang menjadi catatan bisa diantisipasi.

Salah satunya yang ia sebut seperti potensi berlanjutnya kenaikan harga emas dunia sejalan dengan belum meredanya tensi geopolitik di Timur Tengah.

"Lalu melemahnya nilai tukar berpotensi menghambat komoditas yang bertumpu pada impor," jelas dia.

Sementara dari sisi Inflasi Volatile Food (VF), hal yang harus diantisipasi adalah peningkatan harga komoditas hortikultura, terutama bawang merah akibat banjir di daerah sentra produksi.

Selain itu juga kenaikan harga bawang putih sejalan dengan masih tingginya harga di negara asal impor. Lalu juga kenaikan harga referensi minyak kelapa sawit pada awal tahun.

"Serta meningkatnya harga beras yang tercermin dari revisi atas HET," jelas dia.

Tak cukup dengan itu, kata Irfan, risiko dari Inflasi Administered Price (AP) yang perlu mendapat perhatian di antaranya adanya potensi kenaikan harga minyak dunia sejalan dengan berlanjutnya ketidakpastian kondisi perang di Timur Tengah.

Juga kenaikan harga aneka rokok sejalan dengan kenaikan tarif cukai rokok tahun 2024 sebesar 10 persen dan rokok elektrik sebesar 15 persen.

"Serta meningkatnya harga BBM sejalan dengan meningkatnya harga acuan," imbuhnya.

Sedangkan untuk Indeks harga konsumen (IHK) di Provinsi Lampung pada Juni 2024 tercatat mengalami deflasi.

Catatan Bank Indonesia Provinsi Lampung, angka deflasi ada sebesar 0,11 persen (mtm) pada Juni lalu.

Angka tersebut lebih rendah, sebab pada Mei 2024 Lampung mengalami inflasi 0,09 persen (mtm).

Deflasi terjadi karena sejumlah bahan pokok yang turun harga. Khususnya pada komoditas bawang merah, tomat, daging ayam ras, ikan nila, dan bawang putih.

"Penurunan harga bawang merah sejalan dengan terjaganya pasokan seiring dengan telah masuknya musim panen dari Brebes. Penurunan harga tomat disebabkan oleh terjaganya pasokan akibat cuaca yang terkendali," lanjut dia.

Sementara penurunan harga komoditas daging ayam ras disebabkan terjaganya permintaan pasca Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Adha.

Sedangkan untuk penurunan harga ikan nila dan bawang putih disebabkan terkendalinya cuaca serta impor masing-masing komoditas. (tribunlampung.co.id/vinsensius soma ferrer)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved