Berita Lampung

Mahasiswa Itera Kembangkan Alat Deteksi Kelainan Tulang Belakang

Mahasiswa Itera membuat alat pendeteksi kelainan tulang belakang, diklaim sebagai pengembangan dari alat deteksi yang sudah ada.

Penulis: Vincensius Soma Ferrer | Editor: Reny Fitriani
Dokumentasi Itera
Mahasiswa Itera kembangkan alat deteksi kelainan tulang belakang, gunakan sensor untuk diagnosa yang lebih terarah. 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Mahasiswa Institut Teknologi Sumatera atau Itera membuat alat pendeteksi kelainan tulang belakang.

Alat tersebut diklaim sebagai pengembangan dari alat deteksi kelainan tulang belakang yang sudah ada.

Berbeda dengan alat konvensional, alat pendeteksi kelainan tulang belakang tersebut menggunakan teknologi dalam penggunaannya.

Yakni mencakup teknologi sensor dan pemrograman berbasis machine learning.

Alat itu disebut mampu mengidentifikasi kelainan tulang belakang seperti skoliosis, lordosis, dan kifosis secara otomatis.

"Penggunaan teknologi tersebut dapat membantu mengukur kemiringan tulang belakang dengan akurat serta memberikan output berupa diagnosis kelainan tulang belakang yang dialami pasien," kata Anisa Prasetya Putri Kartini, tim dari program kreativitas mahasiswa, Senin (22/7/2024).

Dikatakannya, alat tersebut dinamai Spine Assessment.

Spine Assessment, terusnya, tidak hanya berfungsi untuk mendeteksi, tetapi juga sebagai alat monitoring yang dapat mempermudah tenaga medis dalam memantau kondisi tulang belakang pasien serta menyusun rencana perawatan yang lebih terarah. 

"Kami berharap inovasi ini dapat memberikan dampak positif bagi dunia kesehatan, terutama dalam mempercepat proses deteksi dan monitoring pasien dengan kelainan tulang belakang," ujar dia.

Dengan kegunaannya, Spine Assessment diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam bidang kesehatan.

Diinformasikan, alat tersebut lahir dari pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa 2024 Kategori Karsa Cipta (PKM-KC).

Bersama dengan Anisa Prasetya Putri Kartini, terlibat juga sejumlah mahasiswa lain yang ikut ambil peran.

"Pada tim ini terlibat mahasiswa Mundy Malvina, Adelia Nuraini, Nadiyah, dan Putri Utami dari Prodi Matematika. Tim mahasiswa ini dibimbing oleh dosen Prodi Teknik Biomedis Itera, Rudi Setiawan," rinci dia.

Latar belakang adanya alat tersebut, masih kata dia, berawal dari kebutuhan yang mendesak akan alat yang mampu mendeteksi kelainan tulang belakang secara cepat dan akurat. 

Menurut data Kementerian Kesehatan, kasus skoliosis, lordosis, dan kifosis di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

Deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut yang bisa mempengaruhi kualitas hidup pasien.

Namun, alat deteksi yang ada di pasaran sering kali mahal dan kurang efisien dalam memberikan diagnosis yang cepat.

(Tribunlampung.co.id / Soma Ferrer)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved