Berita Terkini Nasional

Siswi SMP di Cianjur Alami Perundungan saat MPLS, Nyeri Tulang Belakang hingga Tak Bisa Jalan

Kisah sedih harus dialami AD (12), seorang siswi baru di SMPN I Sindangbarang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Editor: Teguh Prasetyo
Fauzi Noviandi/tribunjabar.id
PEMERIKSAAN - AD usai menjalani pemeriksaan di Klinik Saraf dan hendak dibawa ke ruang inap di RSUD Cianjur, Senin (22/7). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAWA BARAT -  Kisah sedih harus dialami AD (12), seorang siswi baru di SMPN I Sindangbarang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Sekolah baru setelah lulus dari sekolah dasar yang seharusnya menjadi dunia indah berubah menjadi petaka karena AD diduga jadi korban perundungan saat mengikuti kegiatan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS).

Disebutkan kalau perundungan terhadap AD terjadi saat upacara penutupan MPLS pada Kamis (18/7/2024) siang.

Kasus tersebut terungkap saat AD yang pulang sekolah mengeluh sakit di bagian tulang bekalang.

Bahkan pada Kamis malam, korban kesulitan berdiri dan tak bisa berjalan.

Kepada keluarganya, AD mengaku dipukul oleh teman di sekolah sampai tersungkur.

Hal tersebut diungkapkan paman korban, Y (35) saat dihubungi Kompas.com pada Minggu (21/7/2024) malam.

“Saat buang air kecil juga mengeluhkan nyeri. Penuturannya, karena ditonjok sama temannya di sekolah sampai tersungkur,” ucap dia.

Ia juga menyebut AD menjadi pemurung dan karena kondisinya lemah, gadis 12 tahun itu dibawa ke rumah sakit.

“Sejak kejadian itu jadi pemurung dan besok mau di-scanning lagi di rumah sakit, rencananya mau didampingi dari pihak dinas,” ujar Y.

Sementara itu Dian (53), ayah korban mengatakan, anaknya dianiaya teman sekolah diduga karena cemburu.

Menurut anaknya, kata Dian, terduga pelaku berstatus sama yakni sebagai siswa baru di sekolah tersebut.

"Sebelum memukul anak saya itu, pelaku sempat bilang 'dendam ka sia' (dendam sama kamu). Dendamnya karena apa juga anak saya tidak tahu," kata Dian di RSUD Cianjur, Senin (22/7/2024).

Dari pengakuan AD, pelaku telah menunjukkan sikap tak suka kepadanya sejak hari pertama MPLS.

"Anak saya sering diganggu oleh pelaku dan puncaknya sewaktu hari Kamis itu, anak saya dipukul lima kali di bagian belakang sampai jatuh tersungkur," ujar dia.

Ironisnya tindak kekerasan yang diperbuat pelaku terjadi saat acara penutupan MPLS dan disaksikan siswa lain.

"Ada guru-gurunya juga di sana. Tapi, kenapa pihak gurunya tidak segera menghampiri anak saya dan menanyakan kenapa, apa yang terjadi. Pihak sekolah terkesan kurang tanggap," ucap dia.

Dian mengatakan, anaknya pulang sendiri ke rumah dalam kondisi kesakitan.

"Dalam keadaan sakit anak saya pun pulang sedirian, lalu pada sekitar pukul 14.00 WIB, anak saya mengeluhkan sakit pada saat buang air kecil, Saat itu baru menceritakan bahwa dirinya telah mendapatkan tindak kekerasan," ucapnya.

Hingga sore, lanjut dia, anak keduanya tiba-tiba tidak bisa berdiri dan jalan seperti biasanya.

Tapi kondisinya pada Jumat (19/7/2024) sudah mulai membaik.

"Saat itu saya pun langsung menghubungi orangtua teduga pelaku untuk memberitahu kondisi anaknya. Tapi saya tidak meminta apapun cuma ingin memberitahu aja," ucapnya.

Ia mengatakan, langsung membawa anaknya ke RS Katika Sukabumi untuk diperiksa perawatan serta dilakukan rontgen di bagian tubuh yang terluka.

"Hasil pemeriksaan rontgen terlihat di bagian pinggul kiri anak saya terdapat luka memar cukup parah. Saat dilakukan rontgen pun, saya mengeluarkan uang pribadi. Karena kekerasan tidak diakomodasi BPJS," ucapnya.

Dian menegaskan, tidak terima anaknya diperlakukan demikian dan menuntut pertanggungjawaban pihak keluarga pelaku dan juga pihak sekolah.

"Anak saya sekarang kondisinya sakit, masih merasakan nyeri dan sakit pada bagian pinggang kiri. Buang air kecil juga terasa nyeri," ujar Dian.

Saat ini korban tengah dirawat di RSUD Sayang Cianjur usai menjalani pemeriksaan lanjutan.

Namun ayah korban, Dian meminta CT ditunda karena keluarganya yang tak punya biaya.

"Biaya CT scan di RSUD Cianjur itu sebesar Rp6 juta, saya belum punya uang sebesar itu sehingga sekarang harus dirawat inap dulu," tambahnya.

Dian berharap Disdikpora Kabupaten Cianjur bisa lebih memberikan perhatian lebih, terutama dalam pembiayaan selama menjalani perawata di RSUD Cianjur.

Sementara pihak Disdikpora Cianjur melalui Kepala Bidang SMP Helmi Halimudin mengaku belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut karena masih menghimpun keterangan dari para pihak terkait.

"Informasinya (kejadian) di SMPN I Sindangbarang. Besok pagi saya akan berangkat ke sana untuk kroscek, biar fair,” kata Helmi melalui telepon, pada Minggu malam.

Selain itu, pihak dinas juga akan melakukan pendampingan terhadap korban yang rencananya akan menjalani pemeriksaan kesehatan di RSUD Sayang Cianjur.

"Kami sangat menyayangkan kejadian ini. Seharusnya di akhir kegiatan MPLS, sebagaimana surat edaran, semua warga sekolah diharuskan melaksanakan deklarasi antikekerasan dan anti-bullying,” ujar dia.

“Namun tentunya, langkah dinas selanjutnya dalam menyikapi permasalahan ini, besok, ya setelah kami menghimpun informasi secara menyeluruh dari semua pihak yang terkait kejadian ini,” pungkasnya. (tribunnetwork)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved