Berita Terkini Nasional

Modus Warga Lampung Pura-pura Jadi Prabowo-Gibran, Tipu 11 Orang hingga Rp 30 Juta

Modus warga Lampung Tengah, Lampung, berpura-pura menjadi Presiden Prabowo Subianto lalu tipu 11 orang hingga merugi Rp 30 juta.

|
Kompas.com / Shela Octavia
Tersangka penyebar video deepfake Presiden saat ditampilkan dalam konferensi pers di Lobi Utama Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Kamis (23/1/2025). | Modus warga Lampung Tengah, Lampung, berpura-pura menjadi Presiden Prabowo Subianto lalu tipu 11 orang hingga merugi Rp 30 juta. 

Tribunlampung.co.id, Jakarta - Modus warga Lampung Tengah, Lampung, berpura-pura menjadi Presiden Prabowo Subianto lalu tipu 11 orang hingga merugi Rp 30 juta.

Kasus penipuan tersebut terungkap setelah Bareskrim Polri menerima laporan dan menelusurinya.

Akhirnya, Bareskrim Polri menangkap satu orang tersangka asal Lampung yang mengunggah dan menyebarkan video deepfake menggunakan wajah dan suara Presiden Prabowo Subianto.

Video deepfake ini digunakan tersangka untuk menipu korban agar mengirimkan sejumlah uang kepadanya dengan modus pemberian bantuan oleh pemerintah.

“Kami dari Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri akan menyampaikan pengungkapan kasus deepfake yang mengatasnamakan pejabat negara."

"High profile dalam bentuk video dengan isi konten menawarkan bantuan pemerintah kepada masyarakat yang membutuhkan,” ujar Direktur Tindak Pidana Siber Badan Reserse Kriminal (Dirtipidsiber Bareskrim) Brigjen Himawan Bayu Aji saat konferensi pers di Lobi Utama Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Kamis (23/1/2025).

Satu orang tersangka berinisial AMA (29) ditangkap di rumahnya yang berada di Lampung Tengah, Lampung, pada 16 Januari 2025.

AMA mengunggah sejumlah video deepfake menggunakan foto dan suara sejumlah petinggi negara, seperti Presiden Prabowo Subianto, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, dan Menteri Keuangan Sri Mulyani untuk menipu korban.

Dalam video itu, para pejabat ini seakan-akan menyatakan akan menyalurkan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Padahal, program bantuan ini tidak pernah ada.

Korban yang tertipu narasi dari AMA pun menghubungi nomor yang tertera di dalam video.

Setelah terhubung dengan AMA, korban diminta mengirimkan sejumlah uang dengan dalih biaya administrasi agar bantuan ini bisa dicairkan.

“Dengan alasan biaya administrasi, korban atau masyarakat yang telah membayar biaya administrasi dijanjikan pencairan dana oleh tersangka."

"Sehingga korban percaya untuk kembali mentransfer sejumlah uang yang sebenarnya dana bantuan tersebut tidak pernah ada,” jelas Himawan.

Sejauh ini, ada 11 korban yang telah teridentifikasi.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved