Berita Lampung

Sambut Lebaran dengan Festival Sekura di Lampung Barat, Hadirkan Dua Jenis Topeng

Festival Sekura atau topeng yang merupakan tradisi khas masyarakat Lampung Barat saat perayaan Idul Fitri, kembali digelar dengan meriah Lebaran ini.

Penulis: Riyo Pratama | Editor: Teguh Prasetyo
Tribunlampung.co.id/Riyo Pratama
SEKURA - Festival Sekura yang digelar untuk merayakan Idul Fitri 1445 Hijriah ditaja Desa Kenali, Kecamatan Belalau, Lampung Barat, Selasa (1/4/2025). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, LAMPUNG BARAT - Festival Sekura atau topeng yang merupakan tradisi khas masyarakat Lampung Barat saat perayaan Idul Fitri, kembali digelar dengan meriah pada Lebaran tahun ini.

Di setiap perayaannya, terdapat dua jenis Sekura yang memeriahkan acara yakni, Sekura Kamak (kotor) dan Sekura Betik (Bersih).

Festival Sekura sendiri biasanya digelar sejak H+2 Lebaran hingga H+7 Lebaran.

Adapun lokasinya ada di beberapa kecamatan di Lampung Barat, seperti di Kecamatan Belalau, Batu Ketulis, Batu Brak, Balik Bukit, Sumber Jaya, hingga Sukau.

Dan pada H+2 Lebaran kemarin, Selasa (1/4/2025), Festival Sekura digelar di Desa Kenali, Kecamatan Belalau, Lampung Barat.

Pantauan Tribun Lampung di lokasi, ribuan warga dan wisatawan memadati jalan-jalan utama untuk menyaksikan parade topeng khas yang menjadi daya tarik utama acara ini.

Adapun Sekura Betik memiliki ciri khas tersendiri, yaitu wajah yang dibalut dengan kain panjang dilengkapi dengan kopiah adat dan kain yang diikat pada pergelangan pinggang.

Untuk kostum yang digunakan nampak rapi dan bersih, sesuai dengan julukannya yakni Sekura Betik.

Di dalam festival, Sekura Betik menggambarkan karakter yang kalem dan bersih.

Sementara Sekura Kamak menggambarkan karakter yang kotor dengan wajah ditutup kayu yang dibentuk menyerupai wajah yang relatif jelek.

Menurut Ajo, salah satu peserta yang mengenakan topeng Sekura Bukhak mengatakan, Festival Sekura merupakan tradisi turun-temurun yang digelar setiap tahun saat Lebaran.

"Sekura adalah topeng yang dikenakan peserta festival yang terbagi dalam dua jenis, yaitu Sekura Betik (bersih) dan Sekura Kamak (kotor). Masyarakat dari berbagai penjuru Lampung dan daerah lain, turut berpartisipasi dengan mengenakan pakaian unik dan topeng berwarna-warni. Sehingga menciptakan suasana penuh kegembiraan," katanya.

Momentum bersekura ini, lanjutnya sebagai ajang silaturahmi dan mengekspresikan diri di tengah masyarakat. Selain juga sebagai wujud menyambut hari kemenangan.

"Masyarakat bertopeng sebagai wujud mengekpresikan diri. Karena dengan bertopeng, masyarakat bebas melakukan berbagai kegiatan setelah berpuasa satu bulan. Tentunya dengan tetap menjunjung tinggi ketertiban dan keamanan," ujar Ajo.

Sementara Eka, salah satu masyarakat yang mengenakan kostum Sekura Betik mengaku, dirinya sengaja memakai Sekura Betik lantaran ingin terlihat rapi.

"Tahun kemarin saya pakai Sekura Kamak, makanya tahun ini saya pakai Sekura Betik. Keduanya sama saja, tergantung masyarakat mau pilih kostum apa," imbuhnya.

Dia menyampaikan, tradisi Sekura harus terus dilestarikan agar generasi muda tetap mengenal dan mencintai budaya leluhur.

"Ini adalah warisan budaya yang sudah ada sejak lama. Kita harus terus menjaganya agar tetap hidup dan dikenal oleh generasi mendatang," tambah Eka.

Disinggung terkait banyaknya peserta sekura yang membawa pedang saat festival, ia mengaku hal itu sebagai salah satu ciri khasnya.

"Pedang ini hanya hiasan saja dan sebagai budaya kita di sini. Setiap kali ada acara adat dan pernikahan, biasanya juga bawa pedang atau keris sebagai pegangan," ucapnya.

Dia memastikan festival sekura yang telah berlangsung puluhan tahun ini tetap aman dan kondusif.

Sementara terpisah Bupati Lampung Barat, Parosil Mabsus menyampaikan bahwa Festival Sekura bukan sekadar hiburan, tetapi juga bagian dari pelestarian budaya daerah.

“Festival ini jadi ajang untuk memperkenalkan budaya Lampung Barat ke tingkat nasional dan internasional. Kami berharap tradisi ini terus lestari dan semakin menarik perhatian wisatawan,” paparnya.

Menurut Parosil, selain parade topeng, festival ini juga dimeriahkan dengan berbagai atraksi seni lainnya.

Seperti tarian tradisional, musik khas Lampung, dan lomba permainan rakyat termasuk seni bela diri pencak silat.

Pengunjung juga dapat membeli benda antik dan khas dari Lampung Barat, seperti Bambu Buntu, Sekura Kayu, dan berbagai jenis makanan tradisional lainnya.

Antusiasme masyarakat terhadap festival ini terlihat dari jumlah pengunjung yang terus meningkat setiap tahunnya.

Salah satu pengunjung bernama Tama, mengaku terkesan dengan keunikan acara ini.

“Saya baru pulang merantau dari Pulau Jawa dan langsung datang ke Festival Sekura ini dengan membawa keluarga. Semoga Sekura terus membudaya dengan tetap mempertahankan keamanan dan kondusifitas," pungkasnya.

(tribunlampung.co.id/Riyo Pratama)

 

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved