UMKM Lampung

Kopi Cangkir: Minum Kopi Premium Tak Harus Mahal

Adalah Kopi Cangkir, brand lokal UMKM di Lampung yang hadir dengan satu pesan kuat, menikmati kopi premium tak harus mahal.

Penulis: Riyo Pratama | Editor: Noval Andriansyah
Tribunlampung.co.id/HO
KOPI CANGKIR: Outlet Kopi Cangkir yang bertempat di Perum Korpri Blok C.4 No.24, Harapan Jaya, Sukarame, Bandar Lampung. Brand lokal UMKM di Lampung yang hadir dengan satu pesan kuat, menikmati kopi premium tak harus mahal. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar Lampung – Di tengah lonjakan harga kopi dunia akibat gagal panen di Brasil dan Vietnam, serta cuaca ekstrem akibat perubahan iklim, sebuah UMKM di Bandar Lampung justru membawa angin segar bagi para penikmat kopi.

Adalah Kopi Cangkir, brand lokal yang hadir dengan satu pesan kuat: menikmati kopi premium tak harus mahal.

Berlokasi di Perum Korpri Blok C.4 No.24, Harapan Jaya, Sukarame, Bandar Lampung, usaha ini terus berkembang dan semakin dicintai masyarakat.

Kopi Cangkir lahir dari kegelisahan Fikri, sang pendiri, terhadap kualitas kopi yang biasa dikonsumsi masyarakat petani.

“Saya lihat sendiri, petani justru menjual biji kopi terbaiknya keluar. Sementara yang mereka minum sehari-hari, kualitasnya justru sisa-sisa,” kenangnya saat ditemui, Rabu (28/5/2025).

Dari situ tekadnya tumbuh. Ia ingin menciptakan produk kopi berkualitas tinggi yang bisa dinikmati siapa saja, termasuk para petani.

“Banyak yang mengira kopi enak pasti mahal. Saya ingin ubah cara pikir itu. Semua orang berhak menikmati kopi enak, apalagi petani yang menanamnya,” tegasnya.

Fikri membeli langsung biji kopi dari petani di Lampung Barat, Tanggamus, dan wilayah sekitarnya. Prosesnya pun digarap serius. Mulai dari penyortiran biji, penjemuran hingga kadar air ideal, hingga proses sangrai yang ia pelajari secara otodidak.

“Dulu saya dampingi petani dari mulai memetik sampai menggiling. Semua proses berpengaruh ke rasa. Bahkan awal-awal, saya menyangrai sendiri demi konsistensi rasa,” jelasnya.

Nama “Kopi Cangkir” sendiri muncul secara spontan. Produk olahan pertamanya ia jual dari mulut ke mulut, mulai dari rumah makan, teman-teman, hingga ke pusat oleh-oleh dan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok.

Kini, ia dikenal sebagai produsen kopi robusta khas Lampung Barat.

“Saya putra daerah Lampung Barat. Saya ingin angkat cita rasa kopi dari daerah saya yang tak kalah saing. Letaknya yang berada di ketinggian 450–750 mdpl memang ideal untuk kopi robusta,” jelasnya.

Dari mulut ke mulut, Kopi Cangkir makin dikenal, terutama di kalangan menengah ke bawah. Bahkan, produk Fikri kini menembus pasar luar daerah, seperti Palembang, Semarang, hingga Bandung.

“Kami punya tiga varian: biasa, sedang, dan premium. Semua terjangkau. Mulai dari Rp30 ribuan per 200 gram, yang premium pun cuma Rp37 ribu,” ungkapnya.

Tak hanya bubuk kopi, Fikri juga menjual biji kopi yang sudah disangrai (roast bean), baik robusta maupun arabika seperti Gayo, tergantung permintaan.

Meski harganya bersahabat, kualitas tetap jadi prioritas. 

Ia pun mulai beralih dari alat sangrai manual ke teknologi modern demi menjaga kualitas dan meningkatkan produksi.

“Semua proses kami tangani sendiri, dari pemilihan biji sampai pengemasan. Itu yang membuat kami bisa jaga kualitas sekaligus menekan biaya produksi,” ujarnya.

Produksi kopi dilakukan langsung dari rumahnya di Korpri, Bandar Lampung.

Namun, Fikri tak menampik ada kendala. Kenaikan harga bahan baku kopi cukup berdampak bagi pelaku UMKM seperti dirinya.

“Kalau dulu dengan modal terbatas masih bisa beli cukup banyak. Sekarang harus pintar menyiasati. Tapi saya tetap pastikan kemasan kami tetap ramah di kantong,” katanya.

Kini, Kopi Cangkir juga tercatat sebagai UMKM binaan Dinas Perindustrian Kota Bandar Lampung. Produknya telah dilengkapi izin resmi, label halal, dan berbagai sertifikat pendukung lainnya.

Dari Dapur ke Rak Oleh-Oleh

Usaha ini memang dimulai dari dapur rumahnya sendiri. Namun kini, Kopi Cangkir sudah mengisi rak-rak oleh-oleh di Palembang, Semarang, hingga Bandung. Jalan menuju sana tak mudah.

“Awalnya banyak yang ragu. Tapi begitu coba, banyak yang repeat order. Itu yang bikin kami makin percaya diri,” ujar Fikri.

Ia aktif mengikuti berbagai pameran UMKM, event kuliner, hingga bazar yang digelar pemerintah maupun swasta. Dari situ, jaringannya terus bertambah dan produk semakin dikenal.

Kini, Kopi Cangkir tak hanya menjual kopi. Fikri menjadikannya ruang edukasi bagi pelanggan. Ia membuka kelas roasting sederhana dan memperkenalkan berbagai varian kopi lokal.

“Harapan saya, UMKM kopi lain juga bisa tumbuh. Ini bukan cuma soal Kopi Cangkir, tapi juga tentang kopi Lampung dan masa depan UMKM Indonesia,” pungkasnya.

Membangun Kualitas dari Hulu – Petani, Proses, dan Rasa

“Kami percaya, kopi enak berasal dari petani yang bahagia,” kata Fikri.

Kunci kualitas Kopi Cangkir tak lepas dari keterlibatannya sejak hulu. Ia rutin turun ke kebun untuk memastikan biji kopi yang dibeli berasal dari panen terbaik.

“Kalau petani untung dan diberi nilai lebih, mereka akan semangat menjaga mutu. Itu penting buat kami,” ujarnya.

Biji kopi pilihan lalu diolah dengan teknik roasting modern untuk menjaga aroma dan rasa. Fikri juga terus melakukan uji coba metode penyeduhan untuk menemukan rasa yang cocok di lidah banyak orang.

“Cita rasa kopi kami kuat tapi tetap halus. Cocok buat pemula maupun penikmat kopi sejati,” jelasnya.

Kopi Murni Justru Baik untuk Lambung

Fikri juga ingin meluruskan anggapan bahwa kopi selalu buruk bagi lambung.

“Banyak yang bilang sakit lambung karena kopi. Tapi setelah saya tanya-tanya, ternyata mereka minum kopi campuran—pakai gula, krimer, atau bahan lain. Padahal kopi murni justru baik,” katanya.

Menurutnya, kopi adalah sari buah dengan cita rasa khas: pahit, asam, dan manis alami. 

Bahkan beberapa pelanggan mengaku merasa lebih sehat setelah rutin minum kopi murni.

( TRIBUNLAMPUNG.CO.ID / RIYO PRATAMA / BINTANG )

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved