UIN Raden Intan Lampung

Kemenag Luncurkan Kurikulum Berbasis Cinta sebagai Ruh Pendidikan

Kementerian Agama luncurkan KBC, wajah baru pendidikan Islam yang lebih humanis, inklusif, dan spiritual.

Dokumentasi
LUNCURKAN KBC - Kementerian Agama luncurkan KBC, wajah baru pendidikan Islam yang lebih humanis, inklusif, dan spiritual. 

“Kita butuh kurikulum yang menyentuh akar—bukan hanya akal. Kurikulum yang membentuk empati, bukan sekadar mengisi memori,” tegas Dirjen.

 Ia juga menyoroti tantangan nyata seperti meningkatnya perundungan di sekolah, intoleransi sosial, dan kerusakan lingkungan, termasuk hilangnya jutaan hektare lahan produktif di Indonesia setiap tahun. Dalam konteks itu, KBC hadir untuk membentuk kesadaran ekologis dan solidaritas sosial sejak dini.

KBC akan diimplementasikan secara bertahap melalui pelatihan daring lewat MOOC PINTAR, pelatihan calon pelatih, dan penguatan pemantauan melalui program MAGIS, yang dikembangkan bersama mitra strategis seperti INOVASI.

Sinergi antar unit di lingkungan Ditjen Pendis seperti GTK, PAI, dan Pusbangkom juga akan memperkuat eksekusi kurikulum ini.

Kemenag secara simbolis juga menyerahkan panduan KBC kepada para guru sebagai rujukan mengintegrasikan nilai cinta ke dalam praktik pembelajaran sehari-hari.

“Kurikulum ini bukan hanya milik madrasah, tapi milik seluruh bangsa. Ia akan memperkuat tri pusat pendidikan: sekolah, rumah, dan masyarakat. Karena pendidikan yang utuh harus melibatkan semua pihak,” tambah Dirjen.

KBC digadang-gadang sebagai kontribusi nyata Kementerian Agama RI dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.

Dengan mencetak generasi yang tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga matang dalam spiritualitas, toleran, dan cinta lingkungan.

 “Melalui KBC, kita ingin melahirkan generasi yang berpikir dengan cinta, merasa dengan cinta, dan bertindak dengan cinta. Pendidikan yang bukan hanya mencetak orang pintar, tapi membentuk manusia yang utuh,” pungkas Dirjen Pendis.

Kurikulum Berbasis Cinta bukan sekadar transformasi kurikulum, tapi gerakan nilai.

Sebuah upaya menciptakan ruang belajar yang mengasah nalar sekaligus menghidupkan nurani.

Sebuah langkah berani menuju masa depan pendidikan yang tidak hanya membentuk kepala, tetapi juga hati dan karakter bangsa. (*)

(TRIBUNLAMPUNG.CO.ID/rls)

Sumber: Tribun Lampung
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved