Ia memikirkan cara mencari uang untuk membeli mesin pemotong rumput.
Hingga akhirnya, sekira pukul 04.00, sebelum azan subuh berkumandang, ia tergerak melakukan rekayasa.
Baca: Begini Pengakuan Pemuda yang Tebas Tetangga Pakai Samurai
"Pada sekira pukul 04.00 saya merekayasa kejadian itu, seolah-olah ada yang menganiaya padahal itu rekayasa saya sendiri," ujar Uyu.
Ia berharap setelah kejadian itu mendapat belas kasihan dari orang lain yang memberinya uang.
"Terjerat masalah ekonomi untuk kekurangan kebutuhan keluarga. Berharap ada yang pinjami saya uang dan ada yang memberi. Saya belum dapat uang sepeserpun," kata Uyu.
Baca: Antonio Conte Dikritik Pemain Chelsea karena Tak Mainkan Eden Hazard 90 Menit
Uyu mengaku ide tersebut berasal dari dirinya sendiri, tidak ada yang menyuruh atau mengajari.
"Semuanya ide saya sendiri. Berasal dari otak kotor saya. Saya khilaf. Saya salah melakukan pelanggaran yang dilarang pemerintah dan agama," ujar Uyu.
Saat ditanya dari mana ia mendapat ide seolah-olah dianiaya oleh orang tak dikenal, di tengah maraknya berita palsu soal penyerangan terhadap tokoh agama, Uyu mengaku tidak pernah mengikuti pemberitaan dan media sosial.
Baca: Pengamen Angklung Bikin Pengendara Betah Lama-lama di Lampu Merah, Simak Kisahnya
"Nggak, saya nggak punya televisi. Hanya tahu dari obrolan-obrolan orang saja," ujar Uyu.
Sehari-hari, Uyu tinggal di tempat ibadah, bertugas menjaga kebersihan sejak lima tahun terakhir.
Dalam kesempatan itu, Uyu mempraktikkan bagaimana ia melakukan rekayasa.
Pertama Uyu menggunting bagian atas pecinya menggunakan gunting rumput.