Ratna Sarumpaet bentuk bibir bawah hidung aslinya tidak ada paritnya. Sedangkan foto di wajah lebam itu ada nampak parit.
Ratna Sarumpaet tidak punya tahi lalat di wajah dekat bawah hidung sebelah kiri. Sedangkan foto di wajah lebam ada tahi lalat," tulis Brigaldo.
Bahkan salah satu akun atas nama Tompi @dr_tompi turut membagikan postingan akun @eLfathir_ yang mengulas soal foto yang wajahnya babak belur tersebut.
Akun tersebut berspekulasi dengan memberikan kepsyen pada foto,"Silakan perhatikan walpaper kamar RSK Bina Estetika milik dokter Sidik Setiamihardja ini. Kebetulan Ratna Sarumpaet ditangani langsung oleh dokter Sidik."
Postingan ini pun diteruskan akun Tompi @dr_tompi ke akun Mahfud Md. "Pak@mohmahfudmd terjawab sudah," tulisnya.
Netizen juga turut mengungkap, bahwa sejak Ratna Sarumpaet dikabarkan mendapat penganiayaan yaitu tanggal 21 September 2018, Ratna Sarumpaet tampak aktif di laman twitternya.
Amatan Tribun Medan, sejak tanggal 22 September 2019 Ratna Sarumpaet mengunggah 43 cuitan.
Unggahan ditanggal 22 September dia mencuitkan tentang hasil wawancaranya mengenai isu duit para raja ditrasfer untuk bantuan swadaya ke papua sebesar 23 T.
Sedangkan unggahan terakhirnya tentang Film G30S PKI.
Sedangkan Adam Nur membagikan postingan fb @maman Suherman dari GB Zulfikar Mahdanie yang menguliti kejanggalan postingan dugaan penganiayaan Ratna.
Sedangkan akun Ali Valentino mempertanyakan sikap diam Ratna yang biasanya galak.
''Ketika mobilnya diderek, dia teriak. Ketika kapal tenggelam dia teriak. Ketika kasus Kang Ahok dia teriak. Ketika relokasi dia teriak. Ketika reklamasi dia teriak. Ketika anak Presiden jualan pisang dia teriak.
Dan semua teriakannya untuk menjatuhkan Presiden. Dan menjelang Pilpres katanya dia dipukuli sampai babak belur, tiba-tiba dia DIAM dan tidak lapor polisi. Percaya?.''
Tanggapan dari pihak kepolisian
Kepala Divisi Humas Polri Irjen (Pol) Setyo Wasisto menyebutkan pihaknya belum menerima laporan polisi (LP) soal dugaan penganiayaan yang dialami oleh Ratna Sarumpaet tersebut.
"Ratna Sarumpaet, kita belum mendapatkan laporan, hanya informasi katanya dia dianiaya tanggal 21 September, nah itukan sudah lama, enggak ada laporan, ya kita enggak tahu," kata Setyo, Selasa (2/10/2018).
Sebelumnya, Ratna mengungkapkan kepada calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto, bahwa ia dianiaya oleh tiga orang pada 21 September 2018 lalu di sekitar Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat.
Setyo mengatakan, meski sudah berlangsung lebih dari satu pekan, namun Ratna masih bisa melaporkan peristiwa tersebut ke polisi.
Namun, ia mengkhawatirkan lamanya waktu tersebut dapat mengubah hasil visum. "Bisa bisa, cuman masalahnya nanti kalau divisum itu mungkin sudah sembuh kalau 10 hari," tutur dia.
Setyo juga membenarkan informasi bahwa pihaknya mencari keberadaan Ratna ke sejumlah rumah sakit yang ada di Bandung. Hal itu untuk melihat apakah Ratna Sarumpaet sempat mendapat perawatan medis.
"Kita melakukan pengecekan di sana (rumah sakit di Bandung) enggak tahunya yang bersangkutan sudah ada di rumah, dan katanya bertemu dengan Pak Prabowo, katanya ya," terang dia.
Dalam rilis Kapolda Jawa Barat yang dikutip dari Kompas.com, disebutkan bahwa tidak ditemukan laporan polisi atas nama Ratna Sarumpaet di Polrestabes Bandung dan 28 Polsek di Bandung.
Selain itu, polisi juga memeriksa 23 rumah sakit di Bandung dan tidak menemukan perawatan atas nama Ratna Sarumpaet.
Rumah sakit itu di antaranya;
RS Hasan Sadikin
RS Muhammadiyah
RSUDUjung Berung
RSHermina Arcamanik
RS Hermina Pasteur
RS Mitra Kasih
RSUD Cibabat
RSU Cililin
Rumah Sakit Kasih Bunda
RS UKM Taman Kopo Indah III
RS Dustira Kota Cimahi
RSUD Cikalong Wetan
RSU Cahaya Kawaluyan
Polisi juga sudah berkoordinasi dengan sejumlah pihak di bandara, maskapai penerbangan, taksi bandara dan lainnya untuk kasus ini.
Tanggapan pihak bandara
Berdasarkan informasi yang beredar, Ratna disebut mendapat penganiayaan di salah satu bandara di Bandung, saat dikonfirmasi kepada Executive General Manager Angkasa Pura II Andika Nuryaman mengatakan bahwa kejadian itu tidak terjadi.
"Enggak bener ah, itu enggak pernah kejadian di bandara," katanya.
Bahkan pihaknya sudah memastikannya dengan memintai keterangan dari beberapa pegawai di bandara bahwa tidak ada kejadian penganiayaan.
"Teman FC (staf), teman sekuriti, OIC (officer in charge), Personal, enggak ada (kejadian itu). Kan itu disebutin tanggal 21 tuh, enggak ada kejadiannya," ujarnya kepada Kompas.com.
Tanggapan Prabowo Subianto
Sementara itu, Prabowo Subianto yakin ada motif politik di balik dugaan penganiayaan yang dialami anggota Badan Pemenangan Nasional pasangan Prabowo-Sandiaga Uno, Ratna Sarumpaet.
Keyakinan Prabowo tersebut muncul karena tidak ada barang berharga maupun uang Ratna yang hilang pasca-penganiayaan.
Selain itu, kata Prabowo, Ratna sempat mengaku ada kalimat ancaman yang dilontarkan oleh pelaku terkait sikap politiknya.
"Ya ternyata tidak ada barang yang dicuri, tidak ada uang yang hilang, apalagi kalau bukan proses untuk intimidasi. Saya tidak tanya secara detail tapi ada kata-kata ancaman itu," ujar Prabowo saat memberikan keterangan pers di kediaman pribadinya, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Selasa (10/9/2018) malam.
Prabowo mengatakan, dalam alam demokrasi, setiap orang bebas dalam memilih sikap atau pandangan politik apapun.
Jika ada pihak yang menganggap pernyataan Ratna selama ini sebagai fitnah, menurut Prabowo, seharusnya dapat diselesaikan melalui proses hukum.
Mantan Komandan Jenderal Kopassus itu pun menyesalkan tindakan penganiayaan yang dialami oleh Ratna Sarumpaet.
"Kalau terjadi suatu fitnah ada prosesnya, bisa diadukan ke pengadilan. Tapi melakukan tindakan seperti ini terhadap seorang ibu-ibu berusia 70 tahun saya kira ini sebagai suatu tindakan yang di luar batas," kata Prabowo. (kompas.com/facebook/twitter)