Tribun Bandar Lampung

Sulthon Hasanudin, Prajurit TNI-AU yang Jadi Bos PT KAI Tanjungkarang

Penulis: Eka Ahmad Sholichin
Editor: Daniel Tri Hardanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sulthon Hasanudin

Laporan Reporter Tribun Lampung Eka Achmad Solihin

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Jalan hidup manusia sukar ditebak. Itulah yang dialami seorang Sulthon Hasanudin.

Lama mengabdi sebagai prajurit TNI-AL, kini Sulthon menjadi bos alias kepala PT Kereta Api Indonesia Divisi Regional IV Tanjungkarang.

Ia menggantikan posisi yang ditinggalkan Suryawan Putra Hia sejak 5 November 2018.

Menjadi tentara pun sebenarnya tak terpikir ketika Sulthon kecil dan remaja.

Apalagi, tutur dia, jika ditanya mau jadi apa, orang dulu umumnya menjawab dokter atau pilot.

"Waktu kecil saya nggak punya cita-cita masuk Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Saya ikut-ikutan aja, diajak teman. Karena masuk, sudah telanjur, nggak mungkin balik lagi," kenangnya di sela-sela berbincang dan makan bareng awak media di Rumah Makan Ayam Penyet Surabaya, Kecamatan Enggal, Bandar Lampung, pekan lalu.

Baca: Curi 15 Keping Kayu di Kantor PT KAI, Pria Ini Diseret ke Pengadilan

Pria kelahiran 1965 ini memilih Angkatan Laut yang pendidikannya di Surabaya, Jawa Timur, dari empat matra sekolah militer saat itu.

Lulus tahun 1988, ia mengabdi total 27 tahun di TNI.

Terakhir, jabatannya adalah direktur Logistik Pasukan Perdamaian Dunia Mabes TNI.

"Saya ngurusin Pasukan Garuda ke luar negeri. Ngurusin logistik. Saya kirim helikopter ke Sudan, kirim tank ke Kongo," kata pria bernama asli Muhammad Sulthon ini.

Masuk ke dunia perkeretaapian berawal dari komunikasi Sulthon dengan seniornya yang terakhir berpangkat mayor jenderal. Sang senior bertugas sebagai Eksekutif Vice President Security di PT KAI.

"Itu kakak akrab saya. Saya tanya, 'sekarang di mana?' Dia jawab, 'di KAI.' Terus saya bilang, 'wah enak dong di KAI.' Dia bilang lagi, 'kamu mau?' Akhirnya saya ikut ke KAI dan keterusan," tuturnya.

Baca: VIDEO - PT KAI Divre IV Tanjungkarang Berkunjung ke Tribun Lampung

Sulthon lalu diminta menjadi General Manager Security di Daerah Operasi (Daop) I Jakarta pada tahun 2013, saat bertugas di Mabes TNI.

Setahun berjalan, ia menjabat kepala Daop IX Jember (Jawa Timur) yang membawahi sembilan kabupaten.

"Kemudian pindah-pindah. Dari Banyuwangi sampai Aceh sudah mengalami," kata Sulthon.

"Dari Jember, sempat ke kantor pusat. Lalu pindah ke Surabaya (Daop VIII), 8), ke Yogyakarta (Daop VI), kepala Divre I Medan dan Aceh," sambungnya.

Sebelum ke Lampung, Sulthon sempat ke Divre II Sumatera Barat dan Daop VII Madiun.

"Dalam bekerja, saya memegang prinsip bahwa pada dasarnya jabatan adalah amanah dan tanggung jawab. Jika masih dipercaya, berarti saya masih punya kehormatan. Kalau dalam hidup ini sudah tidak dipercaya orang, selesai sudah. Kalau masih dipercaya orang, maka jangan mengkhianati kepercayaan yang sudah diberikan," jelas Sulthon.

Baca: Masyarakat Negeri Agung Antusias Ikuti Rail Clinic PT KAI

"Itu saja perinsip saya. Kalau saya diberi tugas sesuai dengan sekolah di Akabri, tugas harus dikerjakan sebaik-baiknya. Dan itu tetap akan saya terapkan di sini," katanya.

Tugas di PT KAI pada prinsipnya tinggal menjalankan saja.

Ibarat diberi kendaraan, ia tinggal mengemudikannya saja karena target sudah ditentukan perusahaan. 

"Itu saya yang diberi tugas untuk menjalankan. Karena kita BUMN, maka mencari uang lewat program, misal pendapatan penumpang, pendapatan angkutan barang batu bara, termasuk aset," paparnya.

Karena aset ini sudah menjadi amanat bahwa aset ini adalah milik negara yang dikuasakan kepada PT KAI.

"Jadi kalau tidak dikelola, berarti sama saja dengan mengkhianati perusahaan," tandasnya. (*)

Berita Terkini