"Saya enggak tahu gimana bisa orang itu datang. Yang jelas, dia teleponan dengan Wiko," bebernya.
Setelah itu, Rafi yang mengemudikan mobil pergi dari lokasi. Ia mengaku sempat mampir ke minimarket untuk membeli tali rafia.
"Kami ikat sabu ke ban serep di bawah mobil. Wiko yang ngerjain, saya jaga. Kemudian kami bawa ke Bandar Lampung lewat (jalan) lintas timur. Sampai Hajimena (Natar, Lampung Selatan), kami dapat telepon. Lalu, kami ke Jalan Raden Gunawan untuk bongkar (sabu) di samping minimarket. Belum turun, ada petugas (Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung) jemput," paparnya.
Saat penggerebekan tersebut, Wiko meninggal dunia tertembak polisi lantaran melawan. Petugas BNNP lalu meminta Rafi menelepon kurir yang bertugas mengambil sabu itu.
"Saya bilang sudah sampai. Dia (kurir) bilang bawa motor Honda Beat. Setelah itu, saya enggak tahu. Saya baru tahu yang saya telepon itu Hendrik, di sebelah saya ini," katanya.
• Drama Penangkapan Kurir Narkoba di Bandar Lampung: Tabrak Petugas BNNP, Pelaku Tewas Ditembak
Rafi mengaku khilaf menerima tawaran menjadi kurir sabu.
"Saya enggak makai. Saya juga belum pernah ngantar, baru sekali itu. Saya kenal sama Alam karena satu pekerjaan. Tahun 2013 saya keluar, baru November 2017 ketemu lagi," jelasnya. (*)