Meskipun demikian, data kependudukan yang terblokir tetap bisa aktif lagi setelah warga melakukan perekaman data e-KTP.
"Tapi kalau bisa jangan sampai terblokir, karena akan susah nanti," tegas Ahmad.
Adapun tujuan pemberlakuan blokir data kependudukan, menurut Ahmad, antara lain untuk mewujudkan data kependudukan yang lebih akurat dalam Pemilu 2019.
Berdasarkan data instansinya, masih ada 528 ribu warga Lampung yang belum melakukan perekaman data e-KTP.
Karena itulah, pihaknya mengingatkan warga agar segera datang ke kantor disdukcapil di masing-masing wilayah.
Ratusan Warga Antre
Pantauan Tribun Lampung, Kamis (13/12), ratusan warga Bandar Lampung antre untuk merekam data e-KTP di lantai 1 Gedung Mal Pelayanan Publik Pemkot Bandar Lampung, Jalan Dr Susilo, Kecamatan Telukbetung Utara.
Safrodin (24), warga Telukbetung, mengaku telah mendengar informasi bahwa data kependudukan akan terblokir jika tak melakukan perekaman sebelum akhir tahun.
"Iya, tahu kok informasi itu. Makanya mau perekaman. Soalnya kalau nggak, mau urus apa-apa, misalnya ke bank, nggak bisa," katanya di sela-sela antre.
Selama ini, Safrodin mengaku menggunakan KTP Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) untuk berbagai keperluan.
"Ya pakai KTP lama (SIAK) itu. Sudah dua kali buat (KTP SIAK). Ini yang ketiga kalinya buat, dan buatnya yang e-KTP," ujarnya.
Namun, Safrodin menyinggung layanan perekaman yang terbilang lama hingga lebih dari satu jam.
"Masukan untuk layanan, kalau bisa jangan terlalu lama nunggunya. Tapi maklum juga sih, karena rame," katanya.
Juriansyah (31), warga lainnya, mengaku baru merekam data e-KTP setelah mendengar informasi akan ada pemblokiran data kependudukan jika tidak segera perekaman hingga 31 Desember.
"Ya takut kena blokir. Sebenarnya tahun lalu (2017) sempat mau buat dan rekaman. Tapi nggak jadi-jadi, karena blangko kosong terus. Tapi sekarang katanya pasti ada," tuturnya.
Senada dengan Safrodin, Juriansyah juga merasakan layanan perekaman yang cukup lama.
Penyebabnya, menurut dia, warga yang hendak perekaman mencapai ratusan orang, sementara perangkat perekaman hanya dua unit.
"Kalau bisa, tambah lagi mesinnya. Misalnya, jadi empat mesin, supaya bisa cover maksimal. Ini aja saya nunggu dari jam 9, tapi sampai jam 11 belum juga perekaman," jelasnya.