Menolak Dijadikan Wanita Simpanan, TKW Asal Indramayu Dibunuh Pacar di Hotel Singapura

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dari kiri ke kanan, Muradi (57) ayah tiri almarhumah Nurhidayati (34), Wisnu Prayogi (11) anak, Achmad Supriyadi (36) kakak kedua, Warsem (53) ibunda.

"Nama Wartono Surata di belakang nama anak saya itu, nama bapak angkatnya. Bukan nama bapak kandung atau bapak sambung (tiri)," ungkap Warsem.

"Dia anak yang periang, centil, dan cerewet. Menyenangkan. Kawan curhatnya ya cuma sama saya. Apalagi setelah dia bercerai. Dia sempat bilang nggak mau buru-buru nikah lagi. Mau membesarkan anak dulu sampai lulus kuliah," kata Warsem.

Muradi membenarkan.

"Sama saya hampir nggak pernah telepon. Teman curhatnya ya cuma ibunya. Kalau telepon saya paling nanyain, 'Renovasi rumah sudah jadi belum. Bahan bangunan kurang nggak. Minta ditalangi dulu kalau kurang'," ucapnya.

Muradi dan Warsem mengakui, Nurhidayati Wartono Surata menjadi tulang punggung ekonomi keluarga mereka.

"Yang paling banyak membantu keuangan keluarga di antara anak-anak kami, ya dia," kata Warsem.

Nurhidayati sempat menikah dengan seorang pria selama tujuh tahun.

Keduanya lalu bercerai.

Dari pernikahan itu, ia dikaruniai anak bernama Wisnu Prayogi (11),

Saat ini, Wisnu duduk di kelas lima SD.

Dari hasil bekerja di Singapura, Nurhidayati mampu membeli rumah dan tanah, yang lokasinya tak jauh dari rumah orangtuanya.

"Baru selesai direnovasi Desember lalu. Habis sekitar Rp 100 juta," ujar Muradi, yang diserahi tanggung jawab merenovasi rumah Nurhidayati.

Menurut Muradi, Nurhidayati masih punya cita-cita membangun lagi rumah kecil untuk dirinya.

"Jadi rencananya, rumah yang baru selesai dibangun ini untuk anaknya. Terus mau bangun lagi rumah lebih kecil untuk masa tuanya," tutur Muradi.

Sampai larut malam, sejumlah warga Desa Kenanga yang dikenal sebagai "kampung pekerja migran" itu, masih berkumpul, datang dan pergi, di rumah duka.

Cerita Siti Badriah Mantan TKW yang Harus Nyusup di Kapal Sayur demi Pulang ke Indonesia

Sebagian memilih menunggu kedatangan jenazah Nurhidayati.

Sementara itu, rumah Nurhidayati yang baru selesai direnovasi Desember lalu, masih senyap.

Impian membangun rumah kecil berikutnya bagi masa tua Nurhidayati, pupus.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menolak Jadi Simpanan, Pekerja Indonesia Dibunuh di Singapura"

Berita Terkini