Gunung Anak Krakatau Tak Bakal Meletus Lebih Dahsyat dari Tahun 1883? Ini Penjelasan BNPB

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktivitas letupan abu vulkanik dari Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda terpantau dari udara yang diambil dari pesawat Cessna 208B Grand Caravan milik maskapai Susi Air, Minggu (23/12/2018). (KOMPAS/RIZA FATHONI)

Gunung Anak Krakatau Bakal Meletus Lebih Dahsyat dari Tahun 1883? Ini Penjelasan BNPB

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Sejak tsunami yang terjadi di Selat Sunda pada Bulan Desember 2018, aktivitas Gunung Anak Krakatau menjadi perhatian.

Aktivitas Gunung Anak Krakatau terus aktif dan meningkat hingga saat ini.

Sebelum tsunami Selat Sunda, Gunung Anak Krakatau sudah erupsi sejak 29 Juni 2018.

Nama Gunung Anak Krakatau sangat tersohor.

Setelah Air Laut Berwarna Oranye, Begini Kondisi Terkini Gunung Anak Krakatau

Hal ini tak lepas dari Gunung Krakatau yang meletus sangat dahsyat pada tahun 1883 silam.

Dari letusan Gunung Krakatau pada 1883 silam, terbentuklah Gunung Anak Krakatau ini.

Dilansir dari Majalah Geologi Kemeterian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Geo Magz, diketahui bahwa Gunung Anak Krakatau lahir pada 15 Januari 1929.

Gunung Anak Krakatau lahir dari Gunung Krakatau yang Meletus pada tahun 1833 dan menewaskan 36 ribu jiwa kala itu.

Dalam pernyataan yang ditulis di majalah tersebut dikatakan.

“Pada 20 Januari 1929, asap meniang keluar dari tumpukan material gunung api yang baru dan muncul di permukaan, material itu tumbuh dari kedalaman laut 180 meter.

Itulah gunung yang baru lahir yang diberi nama Gunung Anak Krakatau”.

Yang paling mengejutkan adalah pertumbuhan Gunung Anak Krakatau yang sangat cepat.

Dalam majalah tersebut disebutkan.

“Anak gunung api ini tumbuh 4 meter per tahun dan memesona banyak orang”.

Bahkan sejak muncul ke permukaan laut, pertumbuhan Gunung Anak Krakatau lebih cepat.

Selama 80 tahun, tepatnya pada tahun 2010, tingginya sudah mencapai 320 mdpl!

Tentu hal ini dokhawatirkan oleh para ahli, karena pertumbuhannya yang cepat dikhawatirkan letusannya juga akan sehebat letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.

Menanggapi kekhawatiran akan dugaan ini, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho pada bulan Agustus 2018 pernah menyebutkan bahwa Gunung Anak Krakatau sedang dalam masa pertumbuhan.

Artinya, Gunung Anak Krakatau masih aktif dan terus tumbuh membesar.

Tentu hal ini tak jauh juga dari erupsi.

Tapi Sutopo menyebutkan bahwa letusan Gunung Anak Krakatau tak akan sebesar Gunung Krakatau pada tahun 1883.

"Sangat kecil sekali peluang terjadi letusan besar seperti letusan ibunya yaitu Gunung Krakatau pada 1883.

Bahkan beberapa ahli mengatakan tidak mungkin untuk saat ini. Jadi tidak perlu dikhawatirkan," tegasnya saat itu.

Namun diketahui kini tinggi Gunung Anak Krakatau menyusut setelah beberapa kali erupsi, terutama setelah tsunami Selat Sunda.

Letusan yang terjadi pada Gunung Anak Krakatau sebabkan penyusutan pada tingginya.

Semula Gunung Anak Krakatau memiliki tinggi 338 mdpl, kini menjadi 110 mdpl.

Selain itu, pasca tsunami Selat Sunda, Gunung Anak Krakatau juga kehilangan bagian puncaknya.

(*)

Berita Terkini