Sementara itu pada Rabu, 20 Februari 2019 kemarin, terpantau adanya gempa vulkanik di Gunung Anak Krakatau dalam dengan amplitudo 7-15 mm, S-P : 1,1 -2,5 detik dan durasi 8-20 detik.
Status Gunung Anak Krakatau pun masih di level III alias Siaga.
Nelayan dan wisatawan dilarang mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 kilometer.
Gunung Anak Krakatau merupakan gunung api baru yang muncul ke permukaan laut pada tahun 1927.
Gunung ini muncul di lokasi kaldera induknya yang meletus dasyat pada 1883 silam.
Letusan ini tercatat menjadi salah satu letusan gunung api terdahsyat di dunia.
Pada tahun 2018 lalu, Gunung Anak Krakatau mulai terpantau aktif pada bulan Juni.
Aktivitas Gunung Anak Krakatau terus mengalami pasang surut.
Pada Oktober 2018, aktivitas Gunung Anak Krakatau sempat cukup tinggi.
Pada Desember 2018, aktivitas Gunung Anak Krakatau menunjukkan peningkatan, di mana hampir setiap hari mengeluarkan lava pijar.
Sabtu, 22 Desember 2018 sekitar pukul 20.30 WIB, Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi besar.
Sebagian badan gunung longsor ke laut Selat Sunda.
Longsoran ini memicu terjadinya tsunami yang menghantam kawasan pesisir Kabupaten Lampung Selatan dan Banten.
Gelombang tsunami yang diperkirakan mencapai 6-8 meter ini merenggut 437 korban jiwa.
Korban jiwa berasal dari lima kabupaten. Rinciannya, Kabupaten Pandeglang dan Serang di Provinsi Banten, serta Kabupaten Lampung Selatan, Pesawaran, dan Tanggamus di Lampung.